**
Malam minggu, malam yang ditunggu darah muda. Malam yang ditunggu selama seminggu, malam yang akan dihabiskan bersama sang pujaan. Makan romantis berdua ditemani lilin dan alunan nada yang membuat suasana hati tenang lalu disempurnakan dengan suara tangisan mantan yang belum dapat gebetan baru.
Fara, remaja berusia enam belas tahun yang saat ini tengah menjalin hubungan dengan Aga, sudah ribut sejak jam dikamarnya menunjukkan pukul lima sore. Sekarang jam sudah menunjukan pukul tujuh malam dan Fara masih sibuk memilih baju yang akan ia kenakan.
Isi lemari hampir sudah keluar semua dan berserakan di kasur dan lantai. Entah kenapa semua koleksi bajunya terasa jelek di lihat saat malam minggu. Membuatnya tidak pede saat mengenakannya. Padahal saat hari-hari biasa, Fara fine-fine saja soal baju yang akan ia kenakan. Ia tidak pernah bingung seperti di malam minggu.
Entahlah, kebayakan remaja jaman now suka ribut kalau malam minggu. Malam minggu selalu diistimewakan bagi kaum remaja yang memang belum menikah, tidak seperti orang dewasa yang yang menantikan malam jumat untuk sunah rasul, perbanyak pahala meski kadang lelah, waktu tidurnya berkurang karena baca surat yasin dieja.
Fara berlari secepat kilat saat ponselnya berdering tanda notifikasi masuk.
Bugh. Saking cepetnya, Fara sampai menabrak kursi di meja rias.
"Dasar kursi gila? Mau jadi PHO hubungan gue sama Aga? Pake ngalangin jalan gue buat liat notif kan? Itu notif pasti dari Aga. Jomblo lo ya?" Hardik Fara pada kursi yang sedari tadi diam tak bersalah apapun, sesekali Fara menggoyankan kursinya.Aga_
Far! maaf ya kita harus putus. Gue rasa kita udah gak cocok lagi.Senyum di bibir Fara perlahan mulai menghilang setelah membaca line yang baru saja masuk dari Aga, kekasihnya. Ia kembali membaca pesan dari Aga siapa tahu dia salah membaca. Namun isi tulisannya tetap sama, tidak ada yang berubah.
Plak.
Fara menampar pipinya sendiri untuk membuktikan bahwa ini semua adalah mimpi. Namun, ini bukan mimpi. Ini kenyataan, pipinya terasa sakit saat ditampar dan itu artinya ia benar-benar putus dari Aga.Air mata Fara menetes begitu saja. Diputuskan cowok di malam minggu disaat ia sudah berdandan rapi berharap diapelin malah diputusin. Ini sangat miris, ingin sekali Fara meminta Aga untuk tidak memutuskannya namun, ego nya terlalu tinggi.
"Hiks kok lo tega banget sih Ga? Lo putusin gue tanpa alesan yang jelas. Gue kan masih sayang sama lo," isak Fara sembari meremas-remas bantal yang ada dipangkuannya. Dada Fara bergemuruh hebat. Ingin rasanya Fara berteriak dan mengamuk tidak jelas. Semua yang kini terjadi tidak bisa di terima dengan alasan apapun.
"Gue udah siapin diri dari jam lima. Kirain lo line gue karena mau ngajak jalan, tapi kenapa lo putusin gue, monyet?!"
Seingat Fara hubungannya dengan Aga masih biasa saja. Tidak ada masalah apapun. Tadi siang saja mereka masih sempat jalan setelah pulang sekolah sampe sore. Disekolah juga biasa saja. Lalu kenapa tiba-tiba Aga mengakhiri hubungan mereka?
Sebenarnya siapa yang salah?
Aga atau Fara?Fara menghapus air matanya dengan kasar, walau ujung-ujungnya air matanya kembali menetes.
"Ayolah Far! Jangan mewek kayak gini, tunjukin sama Aga kalau lo bisa tanpa dia. Percuma aja lo nangisin dia, dianya aja udah dapet gandengan baru," gumam Fara pura-pura kuat padahal hatinya nangis bombay."Dasar cowok sok ganteng, iya sih emang ganteng. Gorila lo, monyet, keturunan syaitonirojim, awas lo, dikira gue bakal ngemis cinta? Hiks kok sakit ya? Nyesek juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
MANTAN [Sudah Terbit]
Fiksi Remaja[Sudah Terbit] Kalau masih sayang yang lama, kenapa harus nyari yang baru? Bagaimana rasanya dihantui mantan yang udah mutusin di malam minggu, disaat sudah siap berdandan cantik, berharap diajak dinner romantis? Namun harapan kandas hanya...