Bagian 6

190K 12.9K 1K
                                    

Jangan suka memberi perhatian kalau ujungnya berakhir dengan ketidakpastian, yang menimbulkan kekecewaan bahkan penyesalan yang berlanjut menjadi kebencian.
Fara_
***
Happy Reading
Vote, comment, and Share 😂😂
 


Fara masih sibuk mengobrak-abrik lemari kecil tempat ia menyimpan bukunya. Ia mencari buku pelajaran sesuai dengan jadwalnya. Tadi malam ia terlalu terbuai dengan kenangan bersama Aga, hingga ia lupa untuk menyiapkan buku-buku pelajarannya.

Gerakannya semakin cepat setelah melirik jam tangan yang melingkari pergelangan tangan kiri yang kini sudah menunjukan pukul 06.35.

"Bodo amat, bawa asal aja deh, capek gue nyarinya. Kayak nyari kepastian sama si mantan," gerutu Fara.

Fara membuka tas punggung miliknya yang berwarna putih, memasukan empat buku yang ia ambil secara asal tanpa melihat itu buku mata pelajaran apa. Ia kembali menutup resleting tas punggungnya dan bergegas turun ke bawah untuk sarapan.

Fara duduk di kursi meja makan, menunggu bundanya selesai menyiapkan sarapannya. Sembari menunggu, Fara memainkan ponselnya untuk melihat apakah Aga sudah memberi kabar atau belum. Bukankah hari ini Aga berjanji untuk menjemputnya?

"HPnya simpen dulu! Mau sarapan atau mau main HP?" sinis Elang kakak Fara yang terpaut usia lima tahun. Elang saat ini tengah menjalankan study S2 nya di salah satu universitas ternama di Ibu kota. Otak Elang memang berbeda dengan otak Fara yang jauh dari kata pintar. Sifat keduanya memang berbeda, saling bertolak belakang meski mereka terlahir dari pertemuan sperma dan sel telur yang sama.

Fara yang terkenal cerewet, petakilan, pemalas dan kurang memiliki sifat penyabar, namun Fara lebih periang dan mudah bergaul dengan orang baru. Berbeda dengan Elang yang sedikit bicara, lebih kalem, tegas dan disiplin. Terkadang ketegasan dan kedisiplinan Elang membuat Fara ingin nyemplung ke kali Ciliwung.

"Iya, iya, " kesal Fara meletakan ponselnya di meja. Meski ponselnya sudah diletakan di meja, mata Fara masih terus saja ngelirik ke arah layar ponselnya. Memastikan pesan Aga tidak akan ada yang terlewatkan.

Elang menghentikan kunyahannya, meraih ponsel Fara dan memasukan ke dalam saku kemeja yang ia kenakan.

"Bang....!" rengek Fara meminta ponselnya dikembalikan.

"Makan dulu, baru abang balikin."

"Gamau balikan dulu, mau lihat perjuangannya," sahut Fara menggelengkan kepala cepat.

"Balikan? Apa sih lo? Ngelindur ya?"
Fara menutup mulutnya dengan telapak tangannya rapat-rapat. Ia merutuki mulutnya yang salah ngomong mulu. Inilah efek dari otak yang dipenuhi kenangan sama mantan, gagal move on karena mantan terus gentayangan.

"Abang salah denger kali," elak Fara mengalihkan pandangannya dari kedua mata Elang. Fara tak mau Elang menemukan ada kebohongan dalam dirinya. Ia tahu persis jika Elang sangat pandai mencari kejujuran dan kebohongan lewat tatapan mata.

"Fara buruan habisin makannya, udah siang," titah Siska, bundanya sembari menyodorkan mangkuk berisi sereal kesukaanya.

"Iya udah elang berangkat yah bun, elang ada kelas pagi," pamit Elang sembari mencium tangan Siska setelah membersihkan bibirnya dengan tisu lalu melempar tisu ke arah Fara dan mengenai jidat Fara.

"Abang!" Fara kesal dengan Elang. Ia melempar kembali tisu yang dilempar oleh Elang. Beruntung dengan cepat Elang berhasil menghindar.

"Elang udah! Jangan gangguin Fara terus, kasihan dia," tegur Siska untuk melerai kedua anaknya.

"Bang tunggu!" Fara berlari menghampiri Elang sembari membawa mangkuk serealnya. Sontak elang menghentikan langkahnya.
"Apaan? Minta uang jajan? Gak ada uang jajan!"

MANTAN [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang