Gue suka tidur bukan berarti gue pemalas. Hanya saja mimpi gue sama lo lebih indah dari kenyataan.
-korban doi yang gak peka-peka
**Langit malam yang begitu cerah dengan hiasan bintang terang yang kerap tertangkap basah tengah berkedip manja ke arah Aga membuat Aga mengulum senyum saat mendongak ke atas sana. Bisikan lembut angin malam memanjakan telinga Aga. Sekali lagi Aga mendongakkan kepala, menatap luas ke hamparan ribuan bintang yang terus saja berkedip ke arahnya. Seakan terus menggoda Aga.
Aga menghela napas, seperti malam minggu sebelumnya, Aga merasakan kehampaan. Tidak ada sesuatu yang membuat Aga merasakan malam minggunya terasa berarti.
Bayang semu Fara yang tengah tersenyum memenuhi otaknya. Belum pernah Aga seperti ini, Fara benar-benar mampu mengendalikan otaknya.Betapa Aga merindukan masa saat bersama Fara dulu, saat keduanya terikat satu sama lain di dalam status pacaran. Berbeda dengan gelar jomblowan, saat berstatus sebagai pacar Fara, Aga begitu menantikan kedatangan malam minggu. Malam di mana ia bisa memadu kasih, memanjakan Fara agar Fara merasa beruntung menjadi kekasih seorang Aga. Bahkan setiap sabtu sore, Aga selalu searching gombalan romantis, cara memperlakukan perempuan, sesuatu yang disukai seorang perempuan saat kencan dan semua hal tentang perempuan Aga pelajari lewat mas google.
Aga benar-benar merutuki malam minggu kelabu tempo dulu yang berhasil menghancurkan semua masa indah bersama Fara. Malam terlaknat menurut Aga, bisa-bisanya Aga dengan bodohnya menyetujui ajaran sesat dari Bayu untuk menguji Fara dengan memutuskan Fara.
Saat itu Aga benar-benar bodoh, Aga juga tak yakin malam itu Aga waras 100%. Ia merasa saat itu ia tengah mabok micin. Ahh-mengingat malam itu, membuat Aga ingin pindah ke meikarta dan beli sprite yang nyatanya nyegerin di bukalapak biar nego.
"Bayu sialan," geram Aga meremas kaleng minuman yang ia genggam.
"Andai aja gue gak nurutin ajaran konyol Bayu, pasti saat ini gue sama Fara lagi malmingan, boncengan pake motor. Fara peluk gue dari belakang, kan enak dingin-dingin dipeluk. Lah ini, boro-boro dipeluk-sialan emang," gumam Aga lirih.
Aga semakin kuat meremas kaleng minumannya sampai tak berbentuk lagi lalu melemparnya jauh. Andai saja galaunya bisa dibuang seperti kaleng tadi, Aga sudah pasti membuangnya jauh-jauh.
Bukan tak bisa Aga mencari pacar baru sebagai pengganti Fara. Bisa, bahkan sangat bisa bagi Aga untuk mencari perempuan lain. Dengan modal wajah yang masuk kategori tampan, otak tidak diragukan, dan kepopulerannya seantero sekolah mampu mendongkrak hati para perempuan agar mau menjadi kekasih Aga. Di tambah prestasi dan kesan laki-laki baik di mata semua orang, bukan laki-laki petakilan tidak jelas.
Semua sudah jelas, Aga tidak perlu menjelaskan lagi. Kalau masih sayang sama yang lama, kenapa harus cari yang baru? Sudah cukup jelas bukan?
Dan itulah prinsip gagal move-on. Seperti prinsip kedua dalam move-on, patah hati berlanjut hubungi mantan. Dan Aga sudah melakukan prinsip kedua gagal move-on.Aga sudah mengubungi Fara, mengkode Fara dengan kode yang sangat-sangat keras, lebih keras dari batu. Sekeras-kerasnya kode yang Aga berikan, nyatanya tidak membuat mereka balikan. Kadang saat kesal Aga greget sendiri, rasanya ingin menulis woy! Balikan yok! di batu bata lalu melempar ke arah Fara biar Fara peka.
Aga memasukan ponsel yang tadi ia letakan di bangku ke dalam saku hoodie yang ia kenakan. Ia melenggang pergi meninggalkan taman menuju motor merah miliknya. Segera ia mengenakan helm miliknya untuk segera meninggalkan Area taman menuju tempat yang biasa membuatnya melupakan galau dengan kejombloannya.
Baru saja hendak memutar kunci motornya, gerakannya terhenti saat melihat sebuah motor melintas di hadapannya. Motor berwarna hitam yang dikendarai seorang cowok yang mengenakan kemeja kotak-kotak yang kancingnya tidak dimasukan membuat kemeja itu meliuk diterpa angin. Cowok itu tidak terlalu menyita perhatian Aga, bahkan Aga tidak peduli dengan cowok berambut jabrik tadi yang rambutnya tertarik paksa ke belakang akibat angin yang menghempas.
Seorang cewek yang duduk manis di belakang si cowok jabrik tadi yang menyita perhatian Aga. Cewek dengan kaus putih di balut cardigan berlengan panjang dan celana jin selutut yang menyita seluruh perhatian Aga. Cewek yang rambutnya terus saja menari, Aga yakini itu adalah Fara.
"Mentang-mentang gue sayang, lo bisa seenaknya gitu sama gue Far?" Batin Aga yang merasa dicurangi hatinya oleh Fara. Aga merasa ada ketidakadilan di sini, dan Aga sebagai korban. Fara menyuruhnya untuk membuktikan rasa sayangnya sebagai pertimbangan balikan, namun disaat Aga berjuang mati-matian, bukan mati beneran karena Aga masih ingin hidup. Yang Aga perjuangin malah asyik dengan cowok lain. Nyatanya berjuang sendirian itu terasa menyakitkan dan seolah sia-sia.
Aga menggeram pelan, ia benar-benar kesal dengan semua ini. Segera ia pacu motornya dengan kecepatan penuh untuk meluapkan kekesalannya.
Ia sendiri tidak tahu harus kemana membawa dirinya yang hatinya tengah terluka. Berjuang sendirian dan berakhir disia-siakan.
Itu menyakitkan.Berjuang tidak sebercanda itu. Bukankah berjuang itu melibatkan dua pihak?
Di sini Aga yang merasa dicurangi, dibiarkan berjuang sementara Fara, membuat perjuangannya kandas sia-sia.Aga mulai tak mengerti dengan Fara yang menuntutnya untuk membuktikan keseriusannya. Fara terus menuntut Aga, tapi apa Fara melakukan kewajibannya? Harusnya ketika Fara menuntut Aga untuk menunjukkan keseriusannya pada Fara, Fara tidak bertindak seperti tadi. Malam mingguan bersama cowok lain di belakang Aga.
Apa itu sering Fara lakukan selama ini?
Tapi apa Fara setega itu pada Aga yang selama ini sudah memberikan semuanya pada Fara.
Fara menutupi semuanya, membuat Aga memiliki prasangkat tak baik pada Fara.Bukan salah Aga jika seperti ini, bukan juga salah Fara. Mungkin ini yang namanya suratan bahwa diantara Aga dan Fara memang tak lagi ada kata bersama.
"Sekuat apapun gue maksa Lo kembali, kalau emang tuhan berkata lain, gue bisa apa, Far?" gumam Aga lirih yang mulai memelankan pacuan motornya.
Motor yang dikendarai Aga berhenti menepi di jalan yang masih sepi dengan penerangan minim. Ia membiarkan motornya dalam keadaan menyala sebagai penambah penerangan.
"Diantara mantan dan balikan ada perjuangan yang disia-siakan dan itu menyakitkan," Aga melepaskan helm miliknya.
Kedua tangannya memeluk helm, tatapan matanya menatap lurus ke depan.**
KAMU SEDANG MEMBACA
MANTAN [Sudah Terbit]
Jugendliteratur[Sudah Terbit] Kalau masih sayang yang lama, kenapa harus nyari yang baru? Bagaimana rasanya dihantui mantan yang udah mutusin di malam minggu, disaat sudah siap berdandan cantik, berharap diajak dinner romantis? Namun harapan kandas hanya...