Bagian 7

174K 12.3K 1.4K
                                    

Dear mantan, Ketahuilah bahwa kasih sayang itu adalah memperjuangan selagi masih ada kesempatan. Bukan memohon saat semuanya sudah terlambat.

Happy reading 😎
Vote dan commentnya boleh donk 😎
0_0

Bagaimana tingkah kalian jika mantan yang membuat kita gagal move on terus saja menatap kita semenjak tadi penuh cinta untuk balikan? Itulah yang kini Fara rasakan. Wajahnya merah menahan gejolak di dada karena terus ditatap oleh Aga sepanjang pelajaran berlangsung.

Aga menopang kepala dengan satu tangan, memiringkan kepala menatap lekat ke arah Fara.
Fara membuka bukunya, membuat pagar dengan buku yang terbuka, agar Aga tidak bisa melihat wajahnya dari samping. Fara sudah tidak kuat ditatap sedemikian rupa oleh Aga. Lama-lama Fara bisa meleleh jika terus ditatap oleh Aga.

Aga menarik buku yang dijadikan pagar oleh Fara. Menyembunyikan buku Fara ke dalam laci mejanya.
"Jangan ditutupi Far, ntar gue gak bisa liatin wajah cantik lo," ucap Aga setengah berbisik agar tidak terdengar oleh guru yang tengah menggajar di kelasnya.

"Aga! Ini lagi pelajaran, lo hadapnya ke depan, perhatiin pak Agung biar lo paham," titah Fara memberanikan diri menatap Aga.

Aga mengulum senyum tipis. Senyum maut yang membuat Fara tersipu.

"Ngebosenin Far, mending liat wajah lo yang gak bakal bikin gue bosen sedetik pun," goda Aga dengan seringaian khasnya.

Fara meneguk salivanya  dengan susah payah. Aga benar-benar pintar membuat Fara semakin salah tingkah. Hanya Aga yang bisa membuat Fara terlahir sebagai orang idiot, hanya Aga yang berhasil membuat degup jantung Fara berdetak lebih cepat dari normal, hanya Aga yang mampu membuat wajah Fara memanas hanya dengan ucapan gombal Aga yang sebenarnya sangat receh.

"Aga!" cicit Fara.
Aga terkekeh lirih sembari mengusap puncak kepala Fara yang semakin membuat Fara salah tingkah.

"Fara! Silahkan kerjakan soal di papan tulis!" Suara Pak Agung membuat Fara tersentak kaget.

Fara menelan salivanya susah payah, melihat soal Fisika yang tertera di papan tulis. Ini bagaikan mimpi buruk bagi Fara. Ia tak tahu apapun tentang soal yang tertera di sana. Sejak pelajaran pak Agung dimulai, Fara tak memperhatikannya karena Aga yang terus saja mengganggu pikirannya.

"Fara! Cepat kerjakan, sedari tadi bapak perhatikan kamu gusrak-gusruk sendiri," ucap Pak Agung kembali.

Tanpa sadar Fara meraih tangan Aga yang tergeletak santai di meja. Meremasnya dengan kuat-kuat.

Fara takut jika ia akan mendapatkan semprotan dari pak Agung jika ia tak bisa mengerjakan soal yang diberikan pak Agung. Ia tak bisa membayangkan bagaimana wajah pak Agung yang murka. Saat tidak marah saja wajah pak Agung lebih menyeramkan dari ketemu begal di jalanan sepi.

"Maju aja, nanti gue bantu kok. Lo tenang aja, i'll be there for you," gumam Aga setengah berbisik.

Fara menganggukan kepala. Ia melepas genggamannya di tangan  Aga. Menghela napas sekali lantas bangkit dari duduknya. Fara mengayunkan kedua kakinya perlahan menuju papun tulis.

"Makanya jangan pacaran kalau lagi pelajaran," ejek Lena saat Fara melintasi Lena.
Fara mendengkus kesal, yang namanya teman memang suka kayak gini.

Fara meraih spidol yang tergeletak di meja guru. Tangannya bergetar, sekujur tubuhnya terasa dingin.

Ia berdiri menghadap papan tulis yang berisi soal yang diberikan pak Agung. Fara menoleh ke belakang, menatap teman-temannya yang cekikikan dan lega karena terbebas dari soal mematikan dari pak Agung.

MANTAN [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang