Bagian 13•A

124K 9K 359
                                    

Mantan adalah bagian dari masa lalu yang sudah mengajarkan kita bagaimana indahnya dicintai dan bagaimana sakitnya saat ditinggalkan.
**

Fara berdiri di halte untuk menunggu bus atau taksi yang lewat. Selama ia sekolah, ia tak pernah membawa kendaraan sendiri. Selain dilarang oleh bundanya, Fara juga lebih suka naik kendaraan umum. Menurutnya menaiki kendaraan umum lebih parktis, ia tinggal duduk tanpa perlu berkonsentrasi penuh mengendarai kendaraan disaat tubuhnya sudah lelah setelah dijejali materi oleh sang guru mapel saat di sekolah.

Saat masih pacaran dengan Aga, tentu saja Aga tidak pernah absen untuk mengantar jemput Fara setiap hari sekolah. Bahkan Aga siap mengantarkan Fara kemanapun Fara pergi. Mau ke tempat saudara, ke mall, ke rumah teman, ke pasar dan ke mana saja asal Fara yang minta dan Aga sedang tidak ada urusan, pasti Aga bersedia menerima tanpa penolakan.

Aga memang tipikal pacar idaman bagi Fara dan kebanyakan cewek di sana. Jiwa penyayang, humoris, mengerti keadaan pasangannya dan perhatian yang Aga berikan mampu membuat sebuah kenangan manis yang tidak mudah dilupakan oleh Fara.

Ada banyak kenangan yang sudah Aga ukir dalam diri Fara. Jujur dalam hati Fara yang paling dalam, Fara masih belum bisa melupakan dan merelakan Aga. Ia masih berharap agar semuanya kembali seperti dulu, hanya ada Fara dan Aga yang bersama-sama menuliskan perjalanan romansa kisah mereka berdua di kertas putih kosong nan suci.

Keraguanlah yang memaksa Fara untuk tetap sendiri dan tidak menerima Aga secepat ini. Ia terlalu ragu dengan kata 'balikan' yang Aga kumandangkan. Tak ada keseriusan yang tersirat dalam wajah Aga saat mengatakan ingin kembali merajut kasih seperti dulu. Ucapan Aga hanya sekedar di mulut, di hati mungkin hanya sekedar permainan yang masih menjadi keraguan dalam diri Fara.

Sebuah motor sport berwarna hitam ala anak laki-laki dengan pengendara memakai jacket kulit dan celana jins panjang yang wajahnya sempurna di tutupi helm berhenti tepat di depan Fara yang tengah duduk berdiri. Sang pengendara melepaskan helm yang langsung menampakan wajah tampannya. Diacaknya sebentar rambut miliknya.

"Bang Elang," gumam Fara tak percaya saat melihat siapa yang kini berhadapan dengannya. Hal yang sangat jarang dijumpai bagi Fara. Seorang Elang yang selalu menyibukkan diri dengan tugas kuliahnya, menyempatkan diri untuk mampir ke sekolah Fara.

Fara berdiri, meninggalkan bangku halte lantas menyeret kedua kakinya untuk menghampiri Elang.
"Bang Elang ngapain ke sini?" tanya Fara menatap lekat ke arah Elang yang tengah menatap dirinya lewat kaca spion.

Elang yang awalanya menunduk kini mendongakkan kepala.
"Jemput lo lah. Gue kasihan sama lo, jomblo kan? Gak ada yang nganter pastinya," Sahut Elang dengan nada bercanda.

Fara mendengus kesal, tangan kanannya memukul bahu Elang dengan lirih membuat Elang terkekeh pelan.
"Kaya lo gak jomblo aja bang," sinis Fara.

"Iya udah buruan lo naik gih! kita pulang. Gue risih di lihatin," ajak Elang pada Fara.

Fara mengedarkan pamdangan ke sekeliling yang memang kebanyakan tengah mengamati Elang apalagi para cewek-cewek centil. Siapa yang tidak terpesona dengan aura yang Elang pancarkan.

Tubuh Fara menegang saat melihat Aga yang nangkring di motornya sambil menatap ke arah Fara dan Elang. Raut wajah Aga sulit diartikan, wajahnya terlalu datar tanpa ekspresi. Di belakang Aga, ada Fita yang nangkring manis di boncengan motor yang biasa Fara boncengi.

MANTAN [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang