Bagian 13•B

110K 8.7K 337
                                    

Happy Reading 😎😎

**

"Maaf ga, gue rasa lo bersikap biasa aja sama gue, gue gak mau terlalu baper sama lo yang berdampak gue terlalu ngarep sama lo, ujungnya cuma ketidakpastian dan kecewa. Lo pikirin kata-kata gue, kalau lo masih sayang dan pengen balikan, lo tunjukin keseriusan lo. Begitu sebaliknya. Gue gak bisa diginiin. Wassalamualaikum."

Sambungan terputus begitu saja, Aga segera menjauhkan ponsel dari telinganya sembari membalas salam dari Fara yang terucap. Pandangannya kosong ke arah depan dimana poster band dari negara barat kesukaannya menempel di dinding kamar Aga.

Aga menelan salivanya susah payah, kata-kata yang Fara ucapkan benar-benar menohok hatinya. Aga mengakui selama ini memang Aga salah. Semua dari awal adalah kesalahan Aga. Kesalahan kecil yang di biarkan hingga membuat semuanya serumit ini.

Andai saja dulu Aga tidak bermain-main dengan kata 'putus' pasti semuanya akan baik-baik saja. Hubungannya dengan Fara pasti akan baik-baik saja dan malam minggu Aga pasti tidak akan kelabu.

Aga mulai bosan sekarang, setiap malam minggu ia sengaja tidak aktif di media sosial yang ia miliki agar teman-temannya mengira bahwa ia tengah sibuk malam mingguan hingga lupa membuka akun media sosial yang ia miliki. Padahal setiap malam minggu Aga di rumah bermain gitar walaupun suaranya tidak terlalu bagus. Itung-itung buat menghibur diru walaupun ujung-ujungnya nanti sandal ibunya mendarat di hadapannya dan otomatis menghentikan konser akustiknya.

Status jomblo menurut Aga mengerikan, horor, mencekam, laknat, penuh cobaan dan harus kuat mental saat dicemooh, di ledek, dibully. Jomblowati lebih elit daripada jomblowan.

Cewek jomblo lebih dimaklumi daripada cowok jomblo. Jomblowan lebih sering makan hati daripada jomblowati. Jomblowan lebih menyakitkan, keluar rumah sendirian bagi jomblowan itu horor, main ke rumah temen sendirian entar di kira udah belok, saking frustasinya jadi jomblo sampe gebet teman sejenis.
Beda pokoknya antara jomblowan dan jomblowati.

"Gue harus ngapain Far?" gumam Aga menatap wallpaper ponselnya yang masih menggunakan foto Fara dan dirinya yang belum ia ganti.

"Lo minta gue berjuang? Katanya mantan bukan pahlawan? Kok gue disuruh berjuang?"

"Lo kira selama ini gue gak berjuang buat lo? Lo kira perhatian yang gue kasih ke lo itu apaan? Apa itu bukan berjuang menurut lo? Apa iya gue harus bawa bambu runcing buat berjuang demi lo kayak pahlawan dulu. Lama-lama gue tembak lo pake senjata warisan kakek moyang yang ada di bawah perut," greget Aga.

Aga membuka aplikasi instagram miliknya untuk memantau postingan Fara, siapa tahu Fara posting foto bersama gebetan kan bahaya, apalagi sampai bikin caption kalau sudah taken sama cowok lain kan horor banget.

Aga tersenyum lega, kondisi hati Fara masih aman, tentram dan sejahtera. Belum ada yang membobol benteng hati Fara.

"Kok kangen mantan yah, Fara emang ngangenin banget cius deh, gak kuat nahan kangennya," gumam Aga layaknya orang gila, cengengesan sendiri.

Egonya berteriak untuk tetap diam, tidak usah mengirim Fara pesan, tapi hatinya berteriak berbeda. Hatinya menginginkan agar Aga mengirim pesan untuk Fara.
Aga membuang jauh-jauh egonya, ia lebih mengikuti kata hatinya. Rindu yang dipendam terlalu lama tidak baik. Kalau bisa diobati saat ini kenapa enggak? Setidaknya mengirim pesan pada Fara, rindu Aga sedikit terobati.

MANTAN [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang