Bonus chapter

157K 8.8K 648
                                    

Tiada malam paling indah bagi seorang Aga yang kini sudah resmi balikan dengan si manis tak terlupakan, Fara. Proses balikan yang cukup menyita emosi, waktu, dan begitu menarik ulur hati Aga, akhirnya membuahkan hasil manis. Membuat semua yang Aga lakukan tidak ada yang sia-sia.

Dari kejadian kemarin, Aga mendapatkan pelajaran untuk lebih percaya kepada perasaan pasangannya. Bahwasannya sebuah rasa sayang tidak bisa diuji dengan permainan. Kasih sayang itu nyata dalam bentuk sikap dan perhatian. Tidak perlu diragukan lagi.

Harusnya saat itu Aga sadar betapa cinta dan sayangnya Fara. Terlihat bagaimana sikap Fara menghadapi Aga dengan kesabarannya. Bagaimana Fara yang peduli pada Aga dengan selalu memberikan perhatian kecil yang terasa mengesankan.

Aga meraih ponselnya yang tergeletak di nakas. Baru beberapa beberapa jam yang lalu ia berpisah dengan Fara, namun ia sudah merasakan kerinduan. Rindu itu indah, menyadarkan arti sebuah pertemuan. Mengajarkan kita untuk tidak menyia-nyiakan pertemuan yang mengharuskan adanya perpisahan dan memicu sebuah kerinduan.

"Hallo, assalamualaikum" ucapan seseorang di seberang sana yang suaranya sangat Aga rindukan. Seseorang yang mampu membuat Aga melakukan hal konyol demi melihatnya tertawa. Melakukan apa yang bukan jati dirinya hanya demi memenuhi keinginannya.

"Waalaikumsalam sayang, ini Fara kan? Pacarnya Aga. Ini Aga pacarnya Fara, yang di sini kangen. Yang di situ gimana? Kangen aja atau kangen banget"
Terdengar suara cekikikan kecil. Aga tahu pasti saat ini Fara tengah menertawai dirinya. Masa bodoh dengan itu, Aga tidak terlalu mempedulikan.

"Apa sih Aga? Kayak orang baru pacaran aja. Ngapain telfon malam-malam gini? Gue udah ngantuk"

"Telfon pacar sendiri masa gak boleh? Gue kangen sama Lo, makanya telfon"

"Ya ampun, Lo kangen? Kita aja baru ketemu beberapa jam yang lalu lho. Udah kangen aja, udah ya gue ngantuk banget, mau tidur. Ini gue juga kayaknya demam deh, gara-gara tadi hujan-hujanan"

Aga terhenyak mendengar ucapan Fara.
Fara sakit? Ini pasti karena Aga yang mengajaknya hujan-hujanan terlalu lama. Bayangkan saja, mereka baru pulang ke rumah masing-masing saat adzan Maghrib terdengar. Dan itu artinya mereka menghabiskan waktu bersama di bawah guyuran hujan hampir empat jam lamanya.

"Duh kesayangan Aga jangan sakit dong. Duh coba aja kalau kita udah nikah, Lo sakit pasti gue rawat dengan baik. Gue beliin obat buat Lo, buatin bubur, terus bantu Lo minum obat. Gak cuma itu gue pasti bakal tidur di samping Lo, meluk Lo biar cepat sembuh. Kapan coba kita halalnya? Udah gak sabar"
Aga menatap ke arah langit-langit kamarnya. Seolah langit-langit kamarnya adalah bioskop yang tengah memutar film dengan adegan seperti apa yang ia katakan kepada Fara.

Indahnya.
Khayalanku.

"Udah Aga, Lo mikirnya nikah mulu. Pusing gue, ini kepala nyut-nyutan banget"

"Udah minum obat?"

"Belum, males minum obat. Udah iya gue mau istirahat, gak kuat"

"Iya udah istirahat aja, tidur sendirian gak papa kan? Gak dikelonin gak nangis kan? Masih sabar, masih kuat kan kalau tidur sendiri?"

Tut Tut
Suara panggilan terputus.
Aga menatap ke arah layar ponselnya, Fara dengan sadisnya memutus panggilannya secara sepihak. Aga hanya menghela napas.

Aga_
Ada yang ketinggalan, tadi belum sempat ucapin Selamat malam dan semoga mimpi indah. Cepat sembuh, sayang.

Tidak ada balasan dari Fara meski sudah sepuluh menit berlalu. Tidak masalah bagi Aga, mungkin Fara memang langsung istirahat.

∆∆

Aga memarkirkan motornya di depan pintu gerbang rumah Fara yang menjulang hingga dalam keadaan terbuka setengah bagian. Helm yang ia kenakan ia lepas. Sebelum turun dari motornya, Aga mengambil bungkusan plastik putih yang ia persiapkan untuk Fara.

MANTAN [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang