📚 8 : Mengungkap kebenaran

45.3K 3.1K 92
                                    

Qonita POV

Setelah aku mendatangi undangan dari Pak Umar untuk sharing di kelas khusus aku kembali ke kelasku. sebenarnya aku bingung, kenapa aku yang diundang? Padahal Fatir lebih pintar dariku. Aku memasuki kelasku, kelas terasa sepi tanpa Zaphika. Andien pun masih belum masuk. Sepulang sekolah, aku masih duduk di bangkuku aku melihat ke arah pintu masuk, ada Zaphika berdiri di sana.

Sedang apa dia di sana? Terlihat seperti sedang mencari seseorang namun, sungkan untuk bertanya. Aku menghampirinya. "Nyari siapa?" Tanyaku. Kulihat Zaphika membawa jaket di tangannya.

"Pak KM mana? Eh dia bukan KM gue lagi, maksudnya Raditya Syahputra. Dimana dia?" Tanyanya. Aku melihat ke dalam kelas, mencoba mencari sosok Radit namun, tidak ada.

"Kayaknya dia udah pulang," jawabku. Di menit itu juga Radit muncul dari arah perpustakaan. "Eh itu dia!" Ucapku. Sambil menunjuk ke arah Radit yang ada di belakang Zaphika. Zaphika membalikan badannya.

"Radit!" Panggil Zaphika. Radit menghampiri Zaphika sambil tersenyum.

"Gue mau balikin jaket lo yang kemarin, makasih ya,” ucap Zaphika.

"Oke!" Radit mengambil dari tangannya.  "Gimana udah sembuh kakinya?" Tanya balik Radit.

Aku tidak bisa terus memperhatikan mereka, nanti malah dikira menguping. Aku pergi meninggalkan mereka, di luar juga nampaknya banyak orang. Tapi, entah kenapa aku merasa Radit dan Zaphika semakin dekat?

Aku kemasi barang-barangku ke dalam tas untuk segera pulang. Jasmin sudah siap siaga disebelahku.

"Ayo pulang!" ajaknya. Aku hanya mengangguk, aku masih memperhatikan Zaphika yang masih mengobrol dengan Radit, kali ini mereka duduk di teras depan kelas. Jaraknya sedikit menempel dan aku merasa ada yang aneh.

Apa mereka menjalin hubungan? Haruskah aku muncul diantara mereka? Untuk apa? Hanya sekedar menjalankan tugasku sebagai seorang muslimah, menegur jangan berdua-duaan? Apa mereka akan menanggapiku? Ah! Bahkan aqidah mereka saja mungkin belum kuat, jika aku bicara begini begitu mungkin mereka tidak akan mengeti. Stress kalau sudah begini.

Amanah berdakwah sungguh berat, dikala aku mengetahui kebenarannya, maka aku harus menyampaikannya kepada yang belum tahu. Tapi terkadang apa yang susah payah aku pikirkan, kata-kata yang susah payah aku rangkai sebelum aku ucapkan. Hanya lewat saja ditelinga mereka. Aduh! Qonita ingatlah tugasmu hanya menyampaikan, mau dia menerima atau tidak, itu urusan dia dengan Allah. Tidak usah risau dan galau seperti ini.

"Jasmin!" Panggilku. Jasmin yang tengah berjalan berhenti dan menoleh ke arahku.

"Apa?" Tanyanya. Sebelum aku menjawab, aku melihat Zaphika dan Radit pergi ke arah lapangan dan ada yang aneh siswa-siswi yang lainpun beramai-ramai menuju lapangan.

"Ada apa sih? Kok orang banyak yang berlari ke lapangan?" Tanyaku.

"Ayo kita kesana!" Ajak Jasmin. Aku dan jasmin bergegas ke lapangan.

Aku membelalakan mataku, ketika melihat pengumuman yang terpampang di layar monitor di lapangan, yang menanyangkan data siswa-siswi yang menunggak. Ku lihat dengan seksama, namaku ada di sana, terlihat jelas tunggakan ku senilai 2 juta.

Semua siswa heboh melihatnya. Di sana juga tertulis "Harap segera dilunasi, karena sebentar lagi akan UTS, bagi yang belum melunasi tidak bisa mengikuti UTS."

Bagaimana ini? Apakah orang tuaku menyimpan uang tabungan sebanyak 2 juta? Tidak! Seharusnya aku tidak memiliki tunggukan. Tapi aku tidak mau mengungkapkannya sekarang-sekarang, kata Galang aku bisa dicurigai hacker yang mengganggu sekolah. Lalu  bagaimana? waktunya terlalu sebentar.

School Scandal ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang