Part 26: Setelah lulus sekolah, mau apa?

41.4K 2.7K 104
                                    

Galang POV

Allah SWT berfirman:

اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَ هَاجَرُوْا وَجَاهَدُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْ ۙ  اَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ اللّٰهِ ۗ  وَاُولٰٓئِكَ هُمُ الْفَآئِزُوْنَ

"Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah, dengan harta dan jiwa mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah. Mereka itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan."
(QS. At-Taubah 9: Ayat 20)

Keimanan harus disertai dengan hijrah, jangan mengaku beriman kalau belum berhijrah, karena orang-orang yang mendapat derajat yang tinggi di sisi Allah dan yang orang memperoleh kemenangan ialah orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dijalan Allah.

Tok tok tok,

Gue lagi khusyuk baca buku dari Qonita, tiba-tiba ada yang ngetok pintu, tumben banget si Ucup ngetok pintu, biasanya juga main masuk aja.

"Cup kalau mau masuk, masuk aja, biasanya juga gak pernah ngetok pintu," teriak gue. Ucup mulai membuka pintu, lebay banget dia pake ngetok-ngetok.

Tapi ternyata yang masuk bukan si Ucup, tapi bokap gue. Mau ngapain dia?

"Ucup, Ucup! Panggil nama om kamu dengan benar, om Yusuf," sentak bokap gue, gue langsung menutup buku dari Qonita. Bokap gue malah ikutan duduk di ranjang gue.

"Kemana kamu? Kenapa tidak ikut acara keluarga?" Tanyanya.

"Tadi ada acara kelas," jawab gue singkat.

"Lebih penting mana, acara keluarga atau acara kelas?" Aduh! Pasti bokap gue mau nyeramahin gue, gue malas ngedengernya, gue gak jawab ajalah. Bokap gue mengalihkan pandangannya.

"Om kamu akan menikah, dia akan tinggal bersama istrinya, jadi sebaiknya kamu tinggal di rumah, sama papa, mama, dan adik-adik kamu," ucap bokap gue, dia kembali menatap gue.

"Gak mau pa, sampai kapanpun juga Galang gak mau," tolak gue.

"Kamu adalah anak laki-laki papa satu-satunya, kamulah calon penerus perusahaan Adhytama, papa ingin kamu mulai belajar sama papa mengurus perusahaan,"

Gak mau banget gue kerja di kantoran. Gue diam, karena kalau gue nolak sekarang, pasti bokap gue bakal ceramah panjang banget.

"Kalau bukan kamu siapa lagi lang?" Lanjut Bokap gue. Gue lagi mikirin cara supaya Bokap gue cepet-cepet pergi.

"Iya pah, Galang pikir-pikir dulu,"

"Untuk apa kamu mikir-mikir? Memangnya kamu punya pilihan lain? Kalau sudah lulus sekolah, kamu mau ngapain? Masih mau main-main? Mau sampai kapan?"

Bokap gue selalu aja berburuk sangka sama gue, gue ngomong apapun kayakanya salah. Gue menghembuskan nafas kesal.

"Galang juga punya keinginan pa, jadi Galang mau mikir-mikir dulu, Galang tuh cocok nya dimana,"

"Punya keinginan? Apa? Menghamburkan uang gitu?"

Tuh kan! ini bokap berburuk sangka mulu. Gak pernah coba ngertiin anaknya sendiri.

"Ya enggaklah pah, intinya kalau Galang mau, nanti Galang kasih tahu papa, yang jelas bukan Sekarang," jawab gue. Mudah-mudahan dengan gue jawab gini, bokap gue cepet-cepet pergi.

"Baikalah, papa tunggu," katanya, akhirnya dia mulai beranjak dari ranjang gue, namun dia masih tetap melihat gue. "Galang, bagiamana pun juga kamu adalah anak papa, papa ingin kamu jadi orang yang bener, lelaki yang mapan, yang bertanggung jawab," lanjut Bokap gue. Gue hanya mengangguk. "Papa pergi, jaga diri!" Pamitnya, ia langsung pergi dari kamar gue. Tumben banget Bokap gue nyuruh gue jaga diri.

School Scandal ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang