📚 20: Awal hijrah

45.6K 2.7K 73
                                    

Zaphika

Sepulang sekolah aku menemui Bapak Umar di ruang guru, Pak Umar sendiri yang memintanya. Aku duduk tepat di kursi depan Pak Umar yang tersekat meja.

"Ini adalah jadwal tes, ada 3 kali tes, kalau kamu berhasil lolos ke tiga-tiganya kamu bisa kembali ke kelas reguler," ucap Pak Umar sambil menyodorkan selembar kertas berisi jadwal tes.

What??? Tiga tes? Apa tidak kebanyakan? Aku meraih selembaran itu, kemudian membacanya.

"Kamu tinggal pilih, mau ikut tes atau menaikkan semua nilai raport kamu?" Tanya Pak Umar.

Aku harus pilih yang mana? Duh... sama-sama pusing deh..

"Pak saya pikir-pikir dulu boleh?" Tanyaku.

"Boleh."

Aku ke luar dari ruang guru, aku bingung tidak ada motivasi untuk aku kembali ke kelasku yang dulu, selain mengembalikan citraku saja, Masa iya aku terus di cap sebagai cewek oon. Ini tidak bisa dibiarkan!

Setibanya aku di rumahku, aku duduk di kursi depan meja belajar kamarku. Aku memikirkan kembali dengan tawaran yang diberikan Pak Umar. Aku harus pilih yang mana? Atau mau tetap tinggal di kelas khusus saja?

Kring, kring, kring...

Bunyi wa ponselku yang membuat lamunanku buyar, aku meraih ponselku yang sedari tadi tergeletak di atas ranjang. Aku lihat, ternyata pesan yang masuk datang dari Radit.

Radit : Weekend ini kamu gak kemana-mana? Aku mau ngajak jalan.

Jalan? Radit mengajakku jalan? Wah sepertinya asyik, aku juga bosan jika diam di rumah terus.

Zaphika : Boleh banget.

***

Aku sudah menonton berjuta-juta video tutorial jilbab. Aku memang belum biasa pakai jilbab, jadi aku masih bingung bagaimana cara memakainya. Aku tidak mau kalau sampai terlihat seperti emak-emak. Untuk mencegah itu terjadi, aku memakai kerudung yang diputar-putar, untungnya kepalaku tidak sampai ikut berputar juga. Ternyata ada juga yang instannya atau biasa disebut pasmina instant, jadi tidak terlalu ribet ketika memakainya.

Radit sudah menungguku dari tadi, kasihankan kalau aku terlalu lama pakai kerudung, nanti dia jamuran. Aku melihat pantulan diriku di cermin, sepertinya aku sudah oke, tapi aku masih memakai celana, belum seperti Qonita yang selalu memakai rok kemana-mana. Mungkin tidak masalah yang pentingkan aku menutup aurat bukan?

Aku menghampiri Radit dan kita mulai jalan-jalan ke mall naik motor Radit. Sekalian, aku mau beli kerudung lagi dan baju-baju panjang nanti, biar tambah banyak koleksiku.

Di keramaian mall yang cukup padat dengan pengunjug, aku mendatangi salah satu toko pakaian muslimah. Sejak tadi Radit hanya mengikutiku tanpa banyak bertanya, aku rasa dia sangat penyabar. Ketika aku sedang asyik-asyiknya memilih baju, eh tiba-tiba saja aku melihat dua orang munafik. Si Rangga sama si Anjani, lagi-lagi mereka! Kali ini mereka lebih romatis. Eumm.. si Anjani ngelapin keringat basah di wajah si Rangga pake tissue, oh mesranya. Mereka tertangkap basah lagi olehku. Seperti apa wajah mereka ketika aku memergoki mereka lagi? Jadi penasaran. Aku segera menghampiri mereka.

"Oh romantisnya...," sahutku. Mata mereka berdua terbelalak ketika melihatku, gelagat mereka pun terlihat sangat kaget. Anjani langsung menjauhkan tangannya dari pipi Rangga, kemudian menyembunyikannya ke belakang.

"Zaphika?" Anjani berucap lirih dengan wajah yang terlihat sangat kaget, bahkan suaranya hampir tidak bisa aku dengar. Radit sejak tadi masih mengikutiku di belakang.

School Scandal ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang