📚 18 : Hidayah???

44.6K 2.6K 88
                                    

Zaphika

Radit mengajakku ke kantin, dia juga sudah memberiku kado. Aku merasa Radit sangat baik padaku. Dia berbeda dengan kebanyakan cowok, dia sangat perhatian dan juga berkarisma. Sebelum pergi ke kantin, aku menoleh ke arah Qonita, barangkali Qonita mau ikut ke kantin, ternyata dia sedang bersama Galang. Mungkin Galang lagi pendekatan sama Qonita, baiklah aku tidak akan mengganggu mereka.

Aku menuju kantin bersama Radit, Radit memesankan dulu makanannya, sementara aku hanya menunggunya. Sudah lama sekali aku tidak ke kantin, yang membuatku malas ke kantin adalah ketika aku harus bertemu dengan para pengkhianat. Yap! siapa lagi kalau bukan Tasya, Mimi, dan Denty. Sekarang saja aku melihat mereka sedang berjalan menghampiriku,.

"Zaphi, gue ikut seneng banget lo udah terbukti nggak bersalah," ucap Tasya. Mereka menunjukkan senyum palsu di depanku, aku tetap menatap sinis mereka dan tidak akan tertipu oleh sandiwara busuk mereka lagi.

"Sekarang lo semua baru tahu kan kalau gue emang nggak salah, dari kemarin pada kemana aja?" Tanyaku dengan sedikit bentakkan. Mereka terdiam hanya beberapa detik.

"Zaphi, kenapa kamu kayak gini terus sih? Kita kan udah minta maaf," ucap Denty.

"Permintaan maaf kalian cuma kedok doang kan? Kalau emang lo semua niat minta maaf, kenapa lo semua nggak pernah nyari gue ke kelas khusus?" tanyaku masih dengan bentakkan. "Kenapa? Malu punya temen kayak gue," ketusku. Mereka kembali terdiam, tidak ada yang menyanggah, sepertinya ucapanku benar, mereka malu memiliki teman sepertiku.

"Udah kita ke sini kan mau makan, bukan mau ribut," ucap Radit yang tiba-tiba datang menyela pembicaraanku dengan trio macan ini, eh maksudnya trio pengkhianat. Belum aku menjawab, Radit meraih lenganku dan membawaku pergi.

Aku perhatikan wajah Tasya, sepertinya dia cemburu melihatku sama Radit, secara Tasya suka sama Radit sudah sangat lama. Bodoh amat ah, toh mereka bukan temanku lagi. Untuk apa aku menjaga perasaan mereka.

Aku duduk di salah satu kursi kantin dan Radit duduk di kursi yang ada di depanku. Kami sedang menunggu pesanan makanan kami yang belum datang.

"Berarti kamu bakal balik ke kelas IPA dong?" Tanya Radit.

"Enggak, Pak Umar nggak ngijinin gue pindah kelas," jawabku.

"Kenapa?"

"Katanya nilai gue ancur, jadi gue harus benerin dulu nilai gue."

"Oh gitu, sayang banget. Aku kira kamu bakal balik lagi ke kelas sekarang, di kelas sepi nggak ada kamu," ucap Radit.

Ya tentu saja, kelasku yang dulu itu terlalu sepi, bagai di kuburan. Akulah satu-satunya orang yang berhasil membuat kelas itu menjadi ramai

"Ya lo bantu gue dong, biar gue bisa cepet-cepet keluar dari kelas khusus." .

"Tentu aja aku bakal bantu dengan senang hati."

***

Sepulang sekolah, aku menuju tempat parkir untuk mengambil mobilku. Aku memang biasa pulang pergi naik mobil pribadi, biasalah, anak orang kaya. Belum juga sampai di sana sudah ada makhluk gaib menghampiriku. Tasya, mau apa dia? Membuat suasana hatiku buruk.

"Zaphi, jadi lo gini sekarang," ucap Tasya mengawali pembicaraan yang aku tidak tahu apa topik pembicaraannya.

Aku membuang pandanganku darinya, tak sudi aku menatapnya. "Gini gimana maksud lo? Gue nggak ngeri, ngomong tuh pake judul, emang gue malaikat bisa tahu isi hati lo," sergahku, kemudian menatapnya sinis.

"Lo nggak usah pura-pura nggak tahu, ini tentang Radit." Tasya menghembuskan napasnya kasar, mengambil jeda. "Lo tahu gue suka sama dia, kenapa lo nusuk gue dari belakang? Itu namanya temen makan temen!"

School Scandal ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang