📚 19 : Menemukan sisi lain Galang

41.3K 2.6K 102
                                    


"Ya ampun gue nyari nih dompet kemena-mana, akhiranya ketemu juga..." ucap perempuan itu dengan wajah yang begitu girang sambil loncat-loncat, dan tiba-tiba dia meluk Galang. Aduh! Apa dia pacar Galang?

"Makasih ya Galang," lanjutnya.

Galang malah melihat ke arahku. Aku segera mengalihkan pandangku dari Galang, khawatir dia mengira yang tidak-tidak.

"Sel lo apaan sih? Lepasin gue ah!, bukan mahram," ucap Galang.

Mendengar Galang menyebut bukan mahram, aku melihat lagi ke arahnya. Rasanya aneh sekali mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Galang. Galang sedikit mendorong perempuan yang bernama Seli itu.

"Ih Galang! Apaan sih? bukan mahram? Haha.. kok gue lucu ya ngedengernya," ucap Seli.

Apa nya yang lucu? Memang bukan mahram kan? kenapa agama dianggap lelucon? Dia ini aneh sekali. Apa perlu aku ceramah sekarang?

"Qonita!" Panggil seseorang, seperti suara Jasmin. Iya Jasmin muncul dari belakang Galang dan teman-temannya. Jasmin tengah berlari menghampiriku. Aku mulai berdiri, aku kurang fokus lagi dengan percakapan Galang dan teman-temannya, aku mulai fokus pada Jasmin.

"Ada apa?" Tanyaku.

"Ikut aku yuk!" Ajak Jasmin, sambil menarik tanganku. Aku pun mengikuti Jasmin, dan meninggalkan Galang beserta kedua temannya.

"Qonita!" Galang memanggilku, membuatku harus menghentikan langkahku., kemudian menoleh ke arahnya.

"Apa?" Tanyaku, teman-teman Galang ikut melihat ke arahku. Galang seperti orang bingung. Sebenarnya dia mau bicara apa?

"Enggak jadi," ucapnya. Kenapa dia? Karena tidak jelas, aku dan Jasmin kembali melanjutkan langkah kami. Jasmin ternyata membawaku ke mesjid. Dia hanya ingin aku ikut kumpul di sana bersama teman-teman rohis yang lain.

Di perjalanan menuju mesjid, tiba-tiba ada yang membuat langkahku terhenti, aku melihat buletin yang kubuat berhari-hari, yang aku menulisnya dengan sekuat tenaga, ada di tong sampah.

"Jasmin, tunggu!" Pintaku. Lagi-lagi Jasmin menghentikan langkahnya.

"Lihat buletin yang aku buat dengan susah payah ada di tong sampah," ucapku. Jasmin terheran, dia melihat ke arah buletin yang ada di tong sampah.

"Ih! Orang-orang nggak sopan ya bukannya dibaca, malah dIbuang," pekik Jasmin kesal.

Yang lebih parahnya lagi, aku melihat kertas buletin yang hanya satu lembar itu, ada yang melipat-lipanya hingga menjadi kapal-kapalan, bahkan bungkus gorengan, padahal aku membuatnya sampai memutar-mutar seisi kepalaku. Aku dan Jasmin saling melihat, dan menggeleng-gelengkan kepala kami, kemudian melanjutkan langkah kami. Setibanya di mesjid, kutemukan teman-teman rohisku sedang berkumpul mengerubungi andien,

"Assalamu'alaikum.." sapaku dan Jasmin.

"Wa'alaikummussalam.." jawab semua orang yang di masjid ini. Aku ikut duduk dengan mereka, tepatnya aku duduk di sebelah Andien. karena aku masih merasa pangling Andien ada di sini.

"Andien, Alhamdulillaah kamu udah betah masuk rohis?" tanyaku sambil menjabat tangannya, dan mencium pipi kanan dan kirinya. Ini sudah menjadi kebiasaan akhwat Risma di sini. Tak lupa aku pun menjabat tangan teman-teman yang lainnya.

"Iya Qonita, di sini aku belajar lebih banyak tentang Islam," jawabnya.

"Mudah-mudahan kamu Istiqomah ya, oh iya bagaimana setelah kamu melakukan pengakuan waktu itu apa ada orang yang ngeganggu kamu lagi?"

School Scandal ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang