📚 21 : Ketidakadilan pihak Sekolah

43.8K 2.6K 109
                                    

Direktur mengijinkan anak-anak kelas khusus mengikuti perlombaan, ini gawat karena beberapa donatur akan hadir,

Lalu?

Lalu? Kalau sampai Qonita terlihat menonjol, itu akan memunculkan pertanyaan dari donatur dab Direktur, bagiamana bisa murid berprestasi bisa ada di kelas khusus dan tidak diberikan beasiswa.

Benar juga, lalu sekarang harus bagaimana?

Seperti waktu itu buatlah soal paling susah untuk Qonita.

***

Kenapa Jasmin biacara seperti itu? Aku suka Galang?

"Jasmin, kenapa kamu ngomong kayak gitu?" Tanyaku panik.

"Aku bercanda kok, panik gitu sih,"

"Aku nggak panik gimana? kamu nggak boleh kayak gitu lho, aku cuma ingin mendakwahi Galang, karena Galang berpotensi, aku ingin menunjukkan pada sekolah bahwa anak yang bermasalah itu dididik bukan dengan cara mengumpulkan mereka di kelas khusus, tapi dengan mendekatkan diri mereka kepada Allah," ucapku panik.

"Iya aku cuman bercanda, soalnya kamu nggak pernah ngomongin laki-laki, jadi aku aneh aja,"

Aku terdiam, memang baru kali ini aku membicarakan laki-laki, tapi bukan berarti aku suka pada Galang.

"Iya, aku hanya mencari cara untuk membuat anak kelas khusus sadar, tapi sulit. Tiba-tiba saja terpikirkan olehku mendakwahi Galang saja dulu, karena kebanyakan mereka nurut sama Galang, mungkin kalau Galang hijrah, meraka akan kebawa-bawa hijrah, gitu maksudku."

"Iya, iya udah aku percaya, ngak usah panik gitu dong," ucap Jasmin sambil mengusap-usap bahuku.

Gimana aku gak panik? Kalau aku kepikiran gimana? Astaghfirullah...

"Hayu mau sekarang menemui Fatir?" Tanya Jasmin.

"Wa dulu saja, takut mengganggu dia," jawabku

"Oke!" Jasmin langsung mengambil ponselnya dan mengetik pesan untuk Fatir.

"Jas, kamu ikut lomba nggak?" Tanyaku dengan tiba-tiba, namun Jasmin masih sibuk mengetik di ponselnya.

"Ikut dong, tapi kamu juga ikut kan?" Jasmin balik bertanya kepadaku, dengan mata yang terus fokus melihat layar ponselnya.

"Ikut, aku udah daftar."

"Nih Fatir balas!" sahut Jasmin membuatku sedikit kaget. "Katanya, iya kalau mau ngobrol bisa sekarang, nanti Fatir mengabari kalau dia sudah beres ngobrol dengan ikhwan lainnya," lanjut Jasmin, kemudian dia langsung menyimpan lagi ponselnya ke dalam saku roknya dan mulai melihat ke arahku lagi.

"Alhamdulillaah, kalau kamu bisa ikut lomba juga. Ikut lomba apa aja?"

"Melukis, Fisiki, Kimia, dan memasak."

"Wah aku pasti kalah ikut lomba kimia kalau ada kamu,"

"Jangan gitu dong, belum tentu juga,"

"Kenapa nggak ikut matematika?"

Aku terdiam sejenak. "Emmm, Fatir pasti ikut itu, dia kan sangat jago dalam matematika aku pasti kalah," jawabku pesimis.

"Lah, kok menyerah sebelum bertanding sih? kalau dapet juara 2 juga kan lumayan."

"Juara 2 juga belum tentu, aku ikut yang benar-benar aku sukai sajalah."

Di tengah obrolanku dengan Jasmin, tiba-tiba saja Fatir datang menghampiri kami. "Mau ngobrol dimana?" Tanyanya,

School Scandal ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang