Part 41 : Berharganya Iman Ini...

37K 2.8K 46
                                    

Qonita POV

Rangga berlari menuju gedung R-3. Mau apa dia sebenarnya?

"Galang, Rangga mau apa? Kenapa dia masuk ke gedung R-3?" Tanyaku.

"Kamu tunggu di sini ya, aku mau ikutin dia," kata Galang. Galang langsung berjalan mengikuti Rangga. Tapi masa iya aku membiarkan mereka berdua? Kalau mereka berkelahi bagaimana?

"Galang!" Panggilku, Galang menghentikan langkahnya dan melihat ke arahku.

"Jangan melakukan tindakan fisik apapun ya," pintaku. Galang hanya tersenyum sambil mengangguk dan kembali berjalan mengikuti Rangga. Ya aku percaya padanya, tadi juga Galang sudah berusaha keras menahan emosinya.

Tapi aku ingin tahu apa yang akan Rangga lakukan? Tenang-tenang! Lebih baik aku kembali ke kelas, tapi Galang dan Rangga tidak boleh dibiarkan berdua, bagaimana kalau mereka benar-benar berkelahi?

Tidak-tidak, tadi Galang sudah bisa menahan emosi, aku yakin dia bisa.

Aku pun kembali berjalan ke kelas, tapi perasaanku tidak enak, karena tidak ada orang lain di sana, kalau mereka benar-benar berkelahi, maka tidak akan ada yang memisahkan mereka. Sepertinya aku harus memastikan.

Aku memutar arahku kembali ke gedung R-3. Aku mulai memasuki lantai satu. Ku buka pintunya, suasananya sangat sepi seperti tidak ada kehidupan. Dimana Galang dan Rangga?

Sepertinya mereka tidak ada di lantai satu. Ini hanya ruangan kosong.

Brak! Brak!

Suara yang mengagetkanku, seperti suara kursi yang jatuh, dimana asalnya, aku khawatir mereka tengah berkelahi.

Aku mulai panik dan mencari-cari sumber suara. Aku yakin suara ini bersumber dari lantai dua. Aku menaiki tangga menuju lantai dua. Suaranya semakin jelas. Suara orang yang sedang saling memukul.

Apa mereka benar-benar berkelahi? Aku berjalan cepat mencari keberadaan Galang dan Rangga, sampai kutemukan mereka berada di ruangan paling ujung.

Mataku membulat lebar, ketika melihat Rangga memukuli Galang.

Posisi Galang terbaring dan Rangga berada di atasnya sambil memukuli Galang tiada henti, sedangkan Galang malah diam tidak melakukan perlawanan sama sekali.

Ini tidak bisa dibiarkan. Aku mencoba mendekat.

"Rangga hentikan!" Teriakku. Rangga hanya sedikit melihat ke arahku, lalu ia malah kembali memukuli Galang, tanpa mengindahkan permintaanku.

Aku harus bagiamana? Kenapa Galang diam saja? Kalau Galang pingsan atau terluka parah gimana?

"Rangga hentikan!!!!!" Teriakku lagi dengan suara lebih keras dari sebelumnya. Ternyata tetap aku di acuhkan. Terpaksa aku mendekat lagi dan menarik tas gendong Rangga, "Rangga udah!! Kalau Galang terluka parah gimana?" Pekik ku, sambil menarik tas gendong Rangga.

Rangga berhenti memukuli Galang, tapi dia malah mendorongku sampai aku terjatuh ke lantai, "berisik lo!!!" Teriaknya. Tiba-tiba Galang langsung menendang Rangga hingga Rangga juga terjatuh, dan Galang bangkit dari berbaring nya.

"Lo gila dorong cewek!!!!" Bentak Galang. Dia langsung menghampiriku dan jongkok disebelahku.

"Kamu gak apa-apa?" Tanyanya. Aku berusaha bangkit dan mengusap-usap baju seragam dan kerudung putihku yang jadi kotor, tanpa menjawab pertanyaan Galang. Tapi Galang malah berdiri dan mengahampiri Rangga lalu manarik kerah baju Rangga.

"Sialan lo!!!!" Pekik Galang lagi, ia langsung menonjok wajah Rangga. Dan mereka menjadi benar-benar berkelahi, saling memukul satu sama lain.

Aku tidak bisa diam saja, aku mulai berdiri. Tapi aku tidak bisa memisahkan mereka, aku harus keluar untuk mencari orang yang bisa memisahkan mereka.

School Scandal ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang