📚 12: Kegagalan Bukanlah Akhir Dari Segalanya.

41.9K 3K 102
                                    

Qonita POV

Aku memasuki kelas khusus, aku benar-benar gugup, rasa maluku terus mengikutiku. Aku berdiri di depan kelas dan Pak Umar sudah berdiri di sebelahku.

"Kamu mau memperkenalkan diri? Atau mau langsung duduk?" Tanya Pak Umar sambil menatapku.

Aku mencoba mendongakkan kepalakudan melihat ke arah Pak Umar, Pak Umar nampaknya tahu kalau aku sangat gugup. Pak Umar memalingkan pandangannya dan melihat ke arah seluruh murid di kelas."Sudah pada kenalkan ya? Jadi ngak usah perkenalan lagi?" Ucap Pak Umar.

"Iya Pak," jawab semua murid. Namun tiba-tiba ada siswa yang mengacungkan tangannya.

"Tapi Pak, kenapa Qonita bisa ada di sini? Dia kan murid berprestasi?" Tanyanya.

Pak Umar kembali menatapku. "Qonita kamu mau menceritakannya?" Tanyanya.

"Emmm.. tidak sekarang, kalau nanti tidak apa-apakan?"

"Baikalah! Kalau gitu kamu langsung duduk saja. Bangku depan kosong semua, kalau kamu mau di bangku paling depan silahkan," ucap Pak Umar.

Aku baru berani melihat ke depan. Aku lihat memang bangku depan kosong semua. Aku duduk dimana? Kalau paling depan sendiri itu akan terlihat mencolok. Ada bangku kedua kosong, sebelahnya Zaphika, mungkin aku duduk di situ saja. Tapi belakangnya Galang. Tidak apa-apa, aku rasa Galang tidak akan macam-macam.

Aku pun beranjak menuju bangku kedua itu. Galang menatapku, aku mengabaikannya dulu dan langsung duduk di bangkuku. Aku merasa suasana dikelas ini menjadi canggung. Entah perasaanku saja, apa karena pikiranku yang sedang kacau.

"Ya sudah sekarang kita mulai pelajarannya ya," ucap Pak Umar.

Bahkan aku tidak bisa fokus belajar. Ada apa dengan diriku? Ya Allah kembalikanlah​ diriku yang dulu.

Sampai jam istirahat tiba, sama sekali aku tidak fokus belajar. Meskipun sudah berkali-kali aku mencoba untuk fokus, tapi fokusku selalu hilang.Yang lain sibuk pergi ke kantin. Aku tetap duduk di bangkuku, karena ini hari Senin, tadi aku sudah niat shaum Senin Kamis. Zaphika menghampiriku.

"Kenapa nggak makan?" Tanyanya. Sambil duduk di bangku yang ada di depanku yang kosong dengan wajah menghadapkan ke arahku.

"Aku shaum," jawabku singkat.

"Ouhh. Gue juga nggak pernah ke kantin kok istirahat." ucapnya. Dia beranjak menuju bengkunya kembali, kemudian membuka tasnya. Dia membawa bekal makanan. Lalu ia taruh di atas meja dan ia duduk kembali di kursinya untuk menyantap makanannya.

"Sorry ya, lo gak apa-apa kan gue makan di sini?" Tanyanya lagi.

"Enggak apa-apa," jawabku. Dia mulai menyantap makanannya.

"Tapi kenapa kamu enggak pernah ke kantin?" Tanyaku. Zaphika menyimpan sendoknya dan melihat ke arahku.

"Lo kayak yang nggak tahu aja, kalau gue ke luar, gue di bully massa terus," jawabnya dan kembali menyantap makanannya.

Oh! Zaphika masih dianggap sevagai pelaku percobaan pembunuhan oleh teman-teman yang lain. Aduh! Aku melupakan sesuatu, bukankan kemarin-kemarin aku melakukan investigasi terhadap kasus Andien. Mungkin itu bisa membantu membersihkan nama Zaphika. Gara-gara masalah ini aku melupakan banyak hal.

Cutter? Dimana aku menyimpannya? Jangan sampai hilang, itu adalah bukti, aku harus mengeceknya lagi. Lalu apa yang ku kerjakan sekarang? Zaphika asyik makan. Astagfirullah, seharusnya sekarang aku datang ke mesjid. Melaksanakan sholat Dhuha bersama anak rohis yang lain. Kenapa aku malah merenung terus?

School Scandal ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang