Part 31: Team H

35.3K 2.7K 74
                                    

Braakkk!!!

Itu Sepertinya Qonita, apa dia merekam kita?

Kejar dia?

⭐⭐⭐

Aku berlari, tapi sepertinya mereka bisa menebak kalau akulah orangnya. Bagaiaman ini? Apa mereka akan melakukan sesuatu kepadaku? Ya Allah lindungilah hamba dari orang-orang zalim, mereka tidak mengikutiku kan? Ya Allah kenapa aku sangat takut? Wahai hati tenanglah, ada Allah dan para malaikat di sisimu.

Aku berhenti berlari, aku meneruskan langkahku dengan berjalan, iya aku harus tenang, mereka tidak mengikutiku. Akhirnya aku keluar dari gerbang sekolah, aku berjalan menuju kosanku, nampak aneh, di bangunan kosong yang tinggi yang konon katanya banyak orang yang bunuh diri disitu, kutemukan sosok pak Tama. Bukan kah tadi dia berada di ruang kesiswaan? Kenapa dia sudah berada lagi di sini? ini aneh!!!

Ia menatap ke arahku fokus. Apa yang akan dia lakukan padaku?

"Qonita," Panggilnya sambil mendekat. Mau apa dia? di sini cukup ramai dia tidak mungkin melakukan sesuatu yang aneh kepadaku kan? Tapi kenapa aku takut? Dia semakin mendekat. Aku berlari menuju arah sekolah lagi, kutemukan anak-anak kelas rehabilitasi, syukur ada mereka.

"Lah, ustadzah dicari-cari, kirain kemana?" Kata Tukimin, aku merasa capek telah berlari.

"Mau kemana? Kok lari-lari?" tanya Asep. Aku melihat lagi ke arah pak Tama, dia menghilang!!! Apa tadi aku berhalusinasi? Tapi kenapa sangat nyata? Aku melihat lagi ke arah Asep.

"Aku mau pulang," jawabku.

"Kenapa wajahnya panik gitu?"

"Enggak apa-apa, aku duluan," pamitku, aku langsung meneruskan langkahku ke kosanku, mereka masih mengikutiku di belakang. Aku masih bingung, tadi itu nyata? Atau halusinasi?

Aku sampai di depan warung nasi Padang. Aku membalikan badanku melihat ke arah anak-anak laki-laki kelas rehabilitasi yang mengikutiku di belakang.

"Makasih sebelumnya, aku masuk duluan," pamitku lagi.

"Iya hati-hati ustadzah," balas Tukimin.

Aku sampai di kamarku. Badanku terasa lelah karena sudah berlari 10 putaran, aku mandi, lalu memakai baju lengkap syar'i, karena nanti aku harus memfotokopi contoh soal dari pak Umar.

Setalah Maghrib aku akan keluar untuk pergi ke tukang fotokopi. Sambil menunggu adzan Maghrib, aku duduk di kursi kamarku, teringat kejadian tadi, aku melihat ada sosok pak Tama, pak Toto, dan dua orang lagi yang tidak terlihat, siapa mereka?

Mereka berencana akan mengambil kembali uang beasiswa para siswa, sungguh rakus. Lalu apa yang bisa aku lakukan? Aku tidak punya bukti apapun. Selalu saja begini, aku tahu kejahatan, tapi aku tidak bisa melakukan apa-apa, itu membuatku kesal.

Galang? Ya mungkin Galang bisa menemukan informasi korupsi mereka, aku harus menghubungi Galang. Tidak-tidak aku baru melakukan kejadian yang memalukan, masa iya aku yang menghubunginya duluan?

Tapi ini urgen, bagaimana ya? Aku buka layar ponselku, aku masuk ke wa aku cari chat terakhir dari Galang, kirim pesan jangan ya? kenapa aku jadi bingung begini? Aku simpan ponselku di ranjang, lalu aku tiduran disebelahnya, jari-jari ku menekan-nekan ponselku yang ada disebelahku.

Wa jangan? Wa jangan? Aduh! Kenapa aku pusing begini sih?

"Assalamu'alaikum, bu haji, ada apa?" Tanya seseorang, aku bingung dari mana asal suaranya? Aku bangkit dari tiduranku, aku tengok kanan kiri, "tumben banget nelpon," lanjutnya. Seperti suara di telepon.

School Scandal ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang