Part 33: 🌟Sebuah bukti..🌟

34.8K 2.6K 102
                                    

Galang :
Aku udah melacak datanya dan menyimpan virus di komputer Bapak direktur, jadi kita akan tahu data awal beasiswa.

Jasmin :
Wah keren tuh!

Qonita

Lalu apa yang harus kita lakukan?

Galang :
Tunggu aja, sampai semua buktinya lengkap, kita bisa memberikannya pada pihak polisi.

Qonita
Ada yang bisa aku bantu? Apa gitu?

Galang :
Ngak, biar sama aku aja dulu, kamu belajar aja benar lagi kan UAS.

Qonita :
Makasih kalau gitu.

Aku menutup layar ponselku. Aku kembali belajar mengerjakan contoh soal. UAS tinggal beberapa Minggu lagi, besok adalah hari tes percobaan UAS dari pak Umar. Aku juga harus membantu temen-temen ku yang kesulitan.

Akhir-akhir ini aku selalu menemukan sosok Galang setiap kali berangkat sekolah, kenapa aku dan dia jadi selalu berangkat di jam yang sama? Apa ini kebetulan? Atau kesengajaan?

Aku sampai dikelas. Sebelum pelajaran dimulai, sekarang harus diawali dengan membaca Al-Quran dulu, itu ide Galang, aku suka idenya, tapi aku lupa belum menanyakan pada Galang, kenapa dia?

"Sekarang tes percobaan UAS pertama ya, kerjakan tanpa mencontek, tanpa bertanya pada teman, bapak ingin melihat kemampuan kalian yang sebenarnya," kata pak Umar, sambil berdiri didepan kelas.

"Iya pak," jawab semua murid.

Kami mulai mengerjakan soal, pak Umar merangkum semua soal yang biasa muncul dalam UAS, sungguh guru luar biasa. Setelah selesai mengisi soal, saat itu juga langsung dibahas dan dinilai.

"Baik, dari hasil percobaan UAS hari ini, banyak yang nilainya jelek. Dan nilai tertinggi diraih oleh Qonita," kata pak Umar. Semua langsung bertepuk tangan.

"Ya iyalah juara 2 se IPA gitu lho," ujar Tukimin.

"Bapak umumkan semua nilainya agar kalian mau belajar mengejar teman-teman kalian, ya.."

"Jangan pak malu pak," ujar Zaphika.

"Sama temen sendiri gak usah malu, nanti kita saling membantu kan," jawab pak Umar. Pak Umar mengambil hasil UAS percobaan yang ada di mejanya, lalu ia membacakannya, "yang pertama Qonita, jarak peringkat pertema ke selanjutnya dan selanjutnya lagi lumayan jauh, tapi ya lumayan, yang kedua Galang,..."

"Wih Galang kedua gaya," sahut Doni.

"Iya dong, sekarang gue jadi anak rajin," kata Galang, sambil tersenyum bercanda. Yang lain malah tertawa. Aku rasa juga sebenarnya Galang itu pintar, tapi dia selalu tidak mau menunjukkan sisi positifnya.

"Bapak lanjut dulu ya, meskipun ini nilainya kecil, tapi ia berada di peringkat ke tiga, yaitu Agus,"

"Hah! Agus?" Sahut semua orang bersamaan, nampaknya mereka heran.

"Selanjutnya lebih kecil lagi nilainya, yaitu Zaphika, lalu Tukimin, Doni, Asep, Jojo, Andri, Deden, dan Heri. Nah itu urutannya, silahkan tingkat kan!"

"Hahah, si Heri terakhir," ujar Doni.

"Jangan saling meledek!" Kata pak Umar. Pak Umar duduk kembali di kursinya, "pulang sekolah, jangan main terus! Lebih baik belajar tanya temen yang pintar gimana caranya," kata pak Umar, tiba-tiba ia melihat ke arahku, "Qonita, kamu mau kan bantu mereka?" Tanya pak Umar.

"Iya pak, kalau dari merekanya ada kemauan untuk belajar," jawabku.

"Yeeeee..." sorak anak laki-laki, kenapa mereka?

School Scandal ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang