Author's POV
Sejak kejadian Rey yang mengantarkan Andrea pulang mereka menjadi semakin akrab, tak jarang mereka keluar bersama untuk sekedar berjalan-jalan guna mengisi waktu luang.
Satu tahun berlalu dan kini mereka seperti tidak bisa dipisahkan, bahkan sekarang Andrea sudah tidak merasa canggung lagi untuk berbicara menggunakan bahasa lu-gua dan tidak lagi menggunakan aku-kamu jika berbicara dengan teman-temannya.
Pagi ini Andrea akan berangkat sekolah di antarkan oleh Rey seperti yang telah mereka lakukan beberapa bulan belakangan ini. Rey sendiri yang memaksa Andrea untuk mengantar jemputnya selagi dia tidak sibuk dan Andrea sebenarnya mempermasalahkan itu, karena dia merasa akan merepotkan Rey, tapi Rey mengatakan kalau dia samasekali tidak keberatan. Kalau keberatan untuk apa dia menawarkannya pada Andrea?
Andrea's POV
Tin,,tin,,
Kayaknya Rey udah dateng, aku emang bakal berangkat sekolah bareng sama Rey karena dia sendiri yang minta. Aku juga gatau kenapa, tapi dianya maksa banget. Sebenernya aku ngerasa gak enak sama dia, tapi dia sendiri yang ngeyakinin aku dan akhirnya aku juga cuma bisa pasrah nurutin sifatnya yang diktator itu.
"Ya, ada Rey tuh"
"Iya, Yash. Bentar"
Aku buru-buru keluar kamar, takut kalo bakal ada perang dingin di luar.
Dan apa yang aku takutin itu bener-bener terjadi, Yash sedang menatap Rey dengan pandangan tajamnya sedangkan Rey membalas tatapan Yash dengan tatapan datarnya. Yash emang sejak ketemu sama Rey udah kelihatan gasuka sama Rey, tapi kenapa?
"Kamu berangkat sama aku aja ya, Ya"
"Eh, tapi kan Rey udah terlanjur kesini"
"Ayolaaaaah"
Aduuuuh melas banget sih Yash, tapi aku juga gak enak kalo ninggalin Rey soalnya dia udah repot-repot mau barengin aku berangkat sekolah.
"Tapi Yash, Rey udah disini. Lagian kan kita ga satu sekolah, beda arah juga kan?"
Yash natap mata aku sambil berkaca-kaca.
"Kamu lebih milih dia daripada kembaran kamu sendiri?"
Yash ngomong sambil nunduk, aku tau pasti abis ini dia bakal nangis. Walaupun Yash itu berandalan, tapi dia itu manja banget sama aku bahkan ga segan-segan buat nangis karena hal sepele didepan aku.
Huuuuh trus aku harus gimana?
Aku ngelihat Rey yang juga natap aku dengan pandangan sedih, trus aku harus gimana?
"Yash..."
"Hiks,,hiks,,hiks"
"Yash, eh jangan nangis..."
Aku jalan ke Yash dan langsung meluk dia. Gini nih kalo dia nangis cuma bisa di peluk biar agak tenang, tapi tetep gak biakal diem kalo permintaannya ga dipenuhin.
"Oke fix gua ga berangkat sekolah"
Mereka kaget mendengar kata-kataku.
"Kenapa?" Tanya Rey.
"Daripada kalian ribut buat nganterin gua, lebih baik gak usah di anter sekalian. Gua ga sekolah, Rey. Titip absen ya..."
"Gak. Kalo lu gak sekolah, gua juga gak sekolah."
"Kok gitu?"
"Pokoknya gua ngikut elu titik!"
Huuuuuuuh
"Okey terserah lu aja"
Aku lihat ke Yash dan dia mandang aku dengan mata sembabnya itu.
"Kamu sekolah gih" ucap Yash
"Enggak"
Aku lihat Yash ngehela nafasnya.
"Hmm terserah kamu deh"
Aku cuma bisa senyum.
"Trus lu mau kemana?" Tanyaku ke Rey.
"Disini"
Aku melotot gak terima. Dikira ini rumah emaknya apa?
"Enak aja, pulang!"
"Ntar kalo bunda marahin gua gimana?"
"Itu mah derita elu." ucapku santai.
"Andrea mah gitu ih. Gua kan gamau pergiiii" rengek Rey sambil berkaca-kaca.
Aku jadi gak tega. Akhirnya aku cuma ngangguk aja.
Mata Rey langsung berbinar-binar kayak anak kecil abis dikasih permen.
"Yeyyyyyy"
Rey jingkrak-jingkrak gak jelas saking senengnya.
Hadeeeeeeh nasib punya kembaran dan temen yang childish kayak gini.
***
Dan disinilah aku bersama dengan dua cowok manja yang ngeselin. Gimana gak ngeselin coba? Masa gegara mereka aku jadi ga sekolah? Kan sebel, tapi gapapa deng. Mayan kan bisa nyante di rumah.
Aku ngelihat jam menunjukkan pukul 12.23 dan aku memutuskan ke dapur untuk memasak makan siang. Sampe sekarang Rey masih di rumahku, dia sekarang lagi debat sama Yash buat milih-milih kaset. Rencananya sih mau movie marathon, tapi kalo lihat mereka gitu sih kayaknya gabakal jadi.
Akhirnya aku masak ayam kecap di dapur.
*yaiyalah masa di telolet
*toilet njirr
*di dapur kali thor
*dapur atau kali?
*udah-udah kesian readers
*okay, back to topick
Setelah siap aku membawa ayam kecap dan nasi ke meja makan kemudian memanggil Rey dan Yash yang sedang di depan tv.
"Yash, Rey ayo makan siang"
Abis itu...
Duuuk
Eh?
"Sakit, bego!"
"Ya sorry..."
Yash lagi duduk di lantai sambil megang kening.
"Kenapa, Yash?"
"Rey nubruk aku sampe aku jatuh..."
Yash dan mukanya yang cemberut itu bikin aku makin sayang sama kembaran aku ini.
"Duhduh,, sini-sini"
Aku pun menghampiri Yash dan memeluknya, Yash membalas pelukanku sama eratnya.
"Gua ga di peluk, Ya?"
Aku noleh ke Rey yang matanya udah merah nahan tangisan. Nih anak pake acara cengeng segala sih.
Akhirnya gua meluk Rey yang dibalas sangat erat sama.
"Udah-udah, yuk makan dulu"
Rey gamau lepas pelukannya.
"Rey..."
Aku merasakan Rey menggeleng dalam pelukanku. Akhirnya Yash menarik paksa Rey agar melepas pelukannya.
Rey cemberut dan melepas pelukannya dariku.
"Ayo..."
Akhirnya kami bertiga makan siang bersama yang di sertai dengan perdebatan Yash dan Rey, tapi itulah yang membuat kenyamanan tersendiri.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Childish Boy [REVISI]
Подростковая литератураPERHATIAN! Beberapa part diPRIVATE secara acak. Jadi buat yang belum FOLLOW akun Rea harap diFOLLOW dulu. Hal ini dilakukan untuk mencegah para plagiat yang berkeliaran. Cerita ini murni dari imajinasi penulis, jadi apabila ada kesamaan tempat, toko...