Semilir angin menerpa rambut panjang yang dibiarkan terurai itu.
Deru ombak seolah membuat ia menanggalkan semua rasa lelah yang ia rasakan.
Ketenangan...
Hanya itu yang ia butuhkan.
Menghentikan sejenak semua pekerjaannya dan menenangkan diri dari semua masalah yang terjadi. Ia rasa ia butuh istirahat, maka dari itu ia memutuskan untuk pergi ke pantai ini dan mencoba menjernihkan pikirannya.
Tetesan air mata perlahan turun dari kelopak mata yang indah itu. Gadis itu terpejam seolah membiarkan air mata itu meluruh.
Tiba-tiba sebuah tepukan di bahunya menyadarkannya dari keterdiamannya.
"Woy! Lu mah, gua udah susah-susah bujuk Caca buat minta ijin nemenin lu eh malah sekarang nangis. Gak asik tau gak!" Dicky, pria itu yang menepuk bahu Andrea tadi.
Pria itu kesal karena Andrea malah menangis, bukannya bersenang-senang padahal niatnya menemani Andrea adalah supaya Andrea mau tersenyum lagi.
Andrea terkekeh kecil dan kembali menolehkan wajahnya ke arah ombak yang mengenai telapak kaki telanjangnya dengan lembut.
"Jangan banyak pikiran, buk. Ibu hamil gak boleh stres. Ntar suaminya kabur lagi." Andrea melotot kesal mendengar ucapan Dicky.
"Ih lu mah malah do'ain gua yang enggak-enggak ya!" Ujarnya sambil memukuli kepala Dicky dengan bringas.
"Haduh, nih bumil tenaganya napa kenceng amat yak..." gumam Dicky yang masih bisa didengar oleh Andrea.
"Apa lu bilang?!" Andrea melotot kesal.
"E-enggak kok, gua gak bilang apa-apa." Sangkal Dicky.
"Iiih, nyebelin! Gua do'ain si Caca mutusin lu baru tau rasa."
"Eh jangan dong. Kejam banget tau gak."
"Bodo amat" ucap Andrea tak perduli.
Gadis, eh maksudnya wanita itu berdiri kemudian berjalan-jalan di tepi pantai sambil memegangi perutnya yang membuncit itu.
Usia kandungannya kini sudah 8 bulan. Bayinya di deteksi akan terlahir kembar, mungkin karena memang Andrea juga terlhir dengan memiliki kembaran.
"Eh, tunggu! Ntar gua dicincang ama bison lu. Ast-"
"Siapa bisonnya?" Suara baroton itu memotong ucapan Dicky.
Dicky terdiam kaku. Mulutnya mangap-mangap ingin berucap tapi tak mengeluarkan sepatah katapun.
"Sayang, masa tadi Dicky bilang kamu bakal kabur lagi?!" Adu Andrea sambil bergelayut manja di lengan suaminya.
Pria itu terkekeh dengan sikap manja istrinya. Sejak hamil memang perilaku Andrea banyak berubah.
Pria itu mengelus poni Andrea dan berbisik di telinga wanita itu. "Aku gak akan pergi lagi..."
Andrea tersenyum lebar kemudian memeluk suaminya dengan perut buncit yang menghalanginya.
"Tenang aja, habis ini aku bakal bilang ke Caca kalo suaminya abis lirik-lirik bule di pantai." Lanjut pria itu dengan suara yang di keraskan bermaksud agar Dicky dapat mendengarnya.
Dicky mendelik dan memandang Andrea dengan wajah memelasnya, karena ia tau jika hanya Andrea yang bisa mengatur bisonnya itu.
Andrea hanya memandang Dicky dengan sinis.
Hancur sudah hidup Dicky setelah ini. Pasti ia akan disuruh tidur di luar oleh istri tercintanya itu.
Dicky pergi dengan segala harapan yang hancur dan meninggalkan sepasang suami istri yang sedang berpandangan itu.
"Aku tadi lihat kamu nangis, kenapa lagi hm?" Tanya pria itu. Istrinya ini semenjak hamil, selain manja ia juga menjadi semakin sensitif.
"Aku keinget kejadian dua tahun lalu..." jawab Andrea lirih.
Pria itu mendesah pelan. "Jangan di inget, gak ada gunanya. Sekarang aku di sini, akan selalu ada buat kamu..."
Andrea tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca. Kemudian ia memeluk suaminya itu dengan haru.
Mereka berpelukan di hadapan ombak yang menyaksikan keromantisan mereka.
Pria itu kemudian membawa istrinya duduk di ayunan dan mendorongnya pelan.
"Sayang..."
"Hm"
"Sayang..."
"Hm"
Sayang ih, jangan ham hem ham hem muku dong!" Kesal Andrea.
Pria itu terkekeh kemudian berjongkok di hadapan istrinya yang duduk di atas ayunan.
"Kenapa, cintah?"
Tak lama kemudian Andrea tersenyum. Ajaib, mood emak emak hamil emang sadis.
"Bayi kita, kamu belum kasih dia nama..." ucap Andrea.
Pria itu nampak berfikir. "Aku mau, salah satu diantara mereka di beri nama Emilio. Bagaimana?"
Andrea mengangguk antusias. "Bagus, aku suka." Ucapnya riang sambil bertepuk tangan.
"Trus yang satu lagi?" Tanyanya kemudian.
"Kamu yang kasih nama..."
Andrea nampak berfikir. "Ivan? Apa itu bagus?" Tanyanya.
Pria itu tersenyum lembut pada istrinya. "Emilio dan Ivan Suhanda. Tidak buruk." Setelah itu Andrea kembali bertepuk tangan seperti anak kecil yang baru saja memenangkan lomba balap karung.
Tiba-tiba...
"Aarrgh... s-sakit..." pria itu panik saat istrinya mengerang kesakitan sambil memegang perutnya.
"A-apa kamu mau melahirkan? Tapi- tapi kan masih delapan bulan." Paniknya.
"Bodoh! Bawa saja aku ke rumah sakit!" Kesal Andrea sambil berusaha menahan rasa sakitnya.
"Ayo. Bertahan, Sweety."
"S-sakit, Aldi..."
**********************
Yessssss akhirnya selesai juga...
Tinggal bikin squelnya aja kalo jadi😄
Bisa follow ig Rea biar tau info2nya: andrea170204_
Atau save Wa Rea, ntar chat aja: 085853006428
Info bakal ada lewat dua akun itu, buat yang mau aja sih😂
Thathaaaaa🙌
Sampai jumpa di lain cerita...
KAMU SEDANG MEMBACA
Childish Boy [REVISI]
Fiksi RemajaPERHATIAN! Beberapa part diPRIVATE secara acak. Jadi buat yang belum FOLLOW akun Rea harap diFOLLOW dulu. Hal ini dilakukan untuk mencegah para plagiat yang berkeliaran. Cerita ini murni dari imajinasi penulis, jadi apabila ada kesamaan tempat, toko...