Part 9✔

10.9K 386 2
                                    

Rey saat ini sedang duduk disamping Andrea yang sedang membaca buku, dia sedang menatap sendu pada Andrea yang bahkan tak meliriknya sedikitpun. Ia tau Andrea masih kecewa dengan perilakunya yang menonjok saudara kembar gadis itu, ia sadar akan hal itu. Rey selalu mencoba mendapat maaf dari Andrea, tapi Andrea juga selalu mengacuhkannya. Bukan menghindar, tapi mendiamkan. Dan itu lebih menyakitkan.

Rey awalnya merasa bingung dengan dirinya sendiri yang sangat frustasi saat diacuhkan oleh Andrea, selalu seperti itu. Ia juga bingung dengan jantungnya yang selalu berdetak tidak normal saat bersama Andrea, bahkan ia merasa tak mau jauh dari Andrea, tak bertemu sehari saja sudah merasa rindu. Namun sekarang ia sadar, ternyata semua yang ia rasakan bukan semata-mata karena nyaman, tapi juga karena ia sayang. Atau mungkin cinta? Ya, sepertinya ia sudah jatuh cinta pada Andrea.

"Andrea..." panggil Rey dengan suara serak menahan tangis. Ia sudah tak tahan, sudah 5 hari Andrea mendiamkannya seolah ia tak terlihat. Andrea mendengar panggilan itu, bahkan ia mendengar suara serak menahan tangis itu, tapi ia mencoba tak perduli, mengingat Rey juga tak perduli telah memukul Yash saat itu.

"Ya..." panggil Rey lagi. Kemudian ia memeluk tubuh Andrea dari samping dengan sangat erat, ia melakukannya dengan nekat. Andrea meronta, tapi Rey semakin mengeratkan pelukannya.

"Lepas!" Ucap Andrea dengan kesal. Ia merasakan Rey menggeleng dengan keras di ceruk lehernya, ia juga merasakan ceruk lehernya yang basah. Rey menangis.

"Maaf, maafin aku. A-ku gak mau didiemin gini, maafin aku. Aku mohon..." pinta Rey sambil memandang wajah Andrea dengan sendu.

"Aku tau, aku kasar. Tapi itu karena Yash mencoba jauhin kamu dari aku, aku gak mau."

"Tapi gak dengan memukul!" Bentak Andrea. Reypun terkesiap, tapi ia mencoba untuk tidak mengeluarkan air mata. Untung ini saat jam pulang sekolah, jadi tak ada siswa selain mereka berdua. Sungguh, ia sedih mengetahui fakta bahwa Andrea barusaja membentaknya, tapi memang ini salahnya yang memukul Yash saat itu.

"Maaf, maaf, maaf, maaf, maaf." Hanya kata maaf yang mampu terucap dari mulutnya.

Andreapun melepaskan genggaman tangan Rey yang sedari tadi bertengger di atas tangannya. Ia benar-benar benci dengan kenyataan bahwa Rey membuat ingatan kelam itu kembali, di mana saat itu ia nyaris terbunuh jika saja sang ayah tak datang tepat waktu. Andreapun bergegas meninggalkan perpustakaan, berharap Yash sudah menjemputnya untuk pulang.

Saat dijalan Rey terus saja melontarkan permintaan maafnya sambil mencoba menggapai tangan Andrea, namun selalu ditepis oleh gadis itu.

Setibanya di parkiran, Andrea menoleh pada Yash yang sedang memanggilnya sambil melambaikan tangan ke arahnya, tapi pandangan Yash berubah kesal saat mengetahui Rey ada di belakang Andrea.

Andreapun berjalan menuju Yash yang sedang berada di atas motor ducati hitamnya, begitupun Rey yang masih dengan senantiasa mengekor di belakang Andrea. Yashpun menyerahkan helm untuk Andrea pakai, kemudian menolehkan wajahnya pada Rey.

"Ngapain lu masih di sini? Gak liat Andrea udah mau pergi?" Tanya Yash dengan sinis. Rey tak menghiraukan pertanyaan Yash, melainkan ia masih berusaha meminta maaf pada Andrea.

"Ya, maaf." Ucapnya lagi untuk kesekian kalinya. Andreapun tak menghiraukan Rey dan menaiki ducati milik Yash.

"Ayo jalan." Ucap Andrea pada Yash.

"Pegangan." Perintah Yash, Andreapun menurutinya denga melingkarkan tangannya pada pinggang milik Yash. Yashpun mengusap punggung tangan Andrea yang ada di depan perut Six packnya sambil tersenyum mengejek pada Rey. Rey yang melihat hal itu pun menggeram tertahan, ia ingin menarik Andrea, tapi terlambat karena motor Yash sudah terlebih dahulu melesat pergi. Meninggalkan Rey dengan berjuta umpatan yang ia rapalkan dalam hatinya.

Childish Boy [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang