Part 21

8.1K 304 5
                                    

Sepasang anak manusia berbeda jenis kelamin sedang berjalan di sebuah taman kota, mereka berjalan sambil bergandengan tangan.

"Kamu lihat permen kapas itu?" Tanya seorang gadis pada laki-laki disampingnya.

Laki-laki itu mengangguk.

"Tau kenapa aku suka permen kapas?" Tanyanya lagi.

"Karena manis." Jawab laki-laki itu yakin. Gadis itu mengangguk membenarkan.

"Dan kamu tau, apa yang gak aku suka dari permen kapas?" Laki-laki itu mengernyit bingung.

"Karena bikin gigi rusak?" Ucap laki-laki itu ragu. Gadis disampingnya menggeleng.

"Bukan."

"Terus kenapa?"

"Karena permen kapas tuh rapuh." Jawaban gadis itu membuat laki-laki disampingnya makin bingung.

"Maksudnya?"

"Permen kapas tuh bentuknya besar kan? Tapi dia bakal menyusut saat disentuh. Itu berarti dia rapuh. Dan aku gak suka apapun yang berbau kerapuhan ."

Glek

Penjelasan gadis itu membuat laki-laki disampingnya menelan ludah, gugup.

"Ng-"

"Dicky!" Panggilan seseorang membuat ucapan laki-laki itu, yang ternyata adalah Dicky terpotong.

"Lu kemana aja sih? Gua sama Yash muter-muter nyariin lu, ternyata lu malah berduaan ama cewek. Cantik lagi, kenalin dung." Ucap Andrea, orang yang memanggil Dicky tadi.

"Enggg,, anu."

"Alah, nganu-nganu. Kenalin, gua Andrea. Mantannya Dicky, tapi jangan khawatir. Dicky jelek, gua gak tertarik. Jadi, lu gak usah merasa terganggu sama keberadaan gua." Ucap Andrea sambil mengulurkan tangannya pada gadis disamping Dicky.

"Anggep aja makhluk halus." Celetuk Yash yang membuat Andrea melotot. Dicky pun terkekeh.

Gadis yang diajak kenalanpun menyambut dengan riang uluran tangan Andrea.

"Gua Scarletta Sakhira, panggil aja Caca. Dan yang kata lu gua merasa terganggu sama lu, emang terganggu karena apa?" Tanya Caca bingung.

"Yaaa lu kan pacarnya Dicky-"

"Whattt? Gilaaa ya enggak lah." Jawaban Caca membuat Dicky yang ada disampingnya tersenyum kecut.

Andrea terkekeh melihat ekspresi Dicky.

"Makanya, di resmikan dung. Biar gak diembat cowok lain." Dicky melotot.

Caca menoleh heran kepada Dicky, dia tidak paham apa yang dibicarakan dua anak manusia dihadapannya itu.

"E-eh, jangan dipikirin." Ucap Dicky gelagapan saat melihat Caca kebingungan. Kemudian ia menghembuskan nafasnya lega melihat Caca yang tak ambil pusing dengan semua itu. Caca memang tidak peka.

Caca adalah gadis yang sudah ditaksir oleh Dicky sejak tiga bulan yang lalu, saat mereka pertama kali bertemu. Caca adalah adik dari teman Yash, mereka bertemu saat Yash mengajak Dicky bertemu dengan temannya yang dari Indonesia dan kebetulan teman Yash saat itu mengajak adik perempuannya.
Singkat cerita, Dicky mengalami Love at the first sight dengan Caca. Awalnya ia ragu, tapi ia menjadi yakin saat ia tidak merasakan cemburu pada Andrea yang sedang bergandengan tangan dengan teman kuliahnya di kantin kampus.

Bisa dibilang, Dicky udah Move on dari Andrea. Dan sekarang, ia sedang menjalani PDKT dengan Caca.

"Yaudah, yok makan. Laper nih." Celetuk Yash yang membuat Andrea bersorak dan langsung menarik kembarannya ke restoran terdekat.

"Yey! Makan!"

***

Senyumannya sendu. Sambil memandang pemandangan dari balkon kamarnya, ia meneteskan air matanya bersamaan dengan tawanya yang syarat akan rasa sakit.

"Gak ada lagi tujuan aku hidup, k-kamu gak mau ketemu aku. Kamu pergi, a-aku sendiri lagi. Hiks,, a-apa aku harus mati supaya kamu mau melihat aku lagi? W-walau,, hiks,, hanya mayatku." Siapapun yang mendengarnya, pasti akan dengan mudah mendengar nada penuh kesakitan itu.

Laki-laki itu kembali tertawa. Jika kalian bertanya, kenapa? Jawabannya, karena ia depresi. Tiba-tiba ia berteriak.

"AARGGGH! Kamu dimana, sweety? D-dimana?" Laki-laki itu berjalan tertatih menuju ranjangnya. Tubuh kurus itu ambruk tak berdaya, tapi tidak dihiraukannya sama sekali.

"S-sweety, aku kangen. Hiks,, a-aku sakit, s-sakit."

Tanpa ia sadari, seseorang sedang meneteskan air matanya. Melalui CCTV di kamar itu, gadis itu mengamati apa yang dilakukan laki-laki itu.

Rey, laki-laki itu berhasil membuat gadis yang memandang layar laptop yang terhubung dengan CCTV di kamar Rey menangis.

Sejak ia pergi meninggalkan Rey, ia masih memantau laki-laki itu yang tidak pernah keluar dari kamarnya.

Sedih? Pasti. Andrea, gadis itu menyesal membuat Rey seperti itu. Tapi apa boleh buat? Ia masih ingin menggapai cita-citanya. Setelah cita-citanya tercapai, ia akan kembali. Ia tidak benar-benar ingin meninggalkan Rey, sungguh. Tapi Rey sendiri yang membuatnya meninggalkan laki-laki itu.

Dua bulan lagi, tepat saat ulang tahun Rey, ia akan kembali. Sudah lima tahun ia pergi, sekarang ia sudah sukses. Menjadi designer ternama, meraih cita-citanya.

Tiba-tiba ia menutup mulutnya saat melihat sesuatu dilayar laptopnya.

"A-andrea..." ia melihat Rey mengukir namanya di lengan kirinya menggunakan pecahan kaca, membuat lengan kirinya mengeluarkan darah.

Andrea segera meraih hpnya dan menghubungi Athaya.

"Ma, Aldi. D-dia menyayat tangannya,, hiks."

'A-apa? Ya Allah. Mama ke kamar Rey sekarang, kamu tenang. Jangan nangis yah.' Setelah itu panggilan terputus.

Andrea menelungkupkan kepalanya diatas meja kerjanya. Air mata membasahi kertas-kertas berisi gambar-gambar rancangannya.

Bukan hanya Rey yang tersakiti, tapi Andrea juga. Tapi untuk mengejar cita-citanya, ia harus melakukan ini.

Sebenarnya, ia tak mau meninggalkan Rey yang saat itu keadaannya sangat memprihatinkan, tapi sikap Rey juga begitu mengecewakan.

"Tunggu dua bulan lagi, Al. Saat umur kamu genap 26 tahun, saat itu juga aku pulang." Gumam Andrea. Setelah itu, gadis itu terlelap di meja kerjanya dengan posisi menelungkup.

Tanpa ia sadari, Yash dari tadi sudah mengamati semua yang dilakukan kakak kembarnya itu.

Yash menghela nafas penuh kesedihan. Ia menghapus rasa cintanya dan merelakan Andrea bukan untuk disakiti, tapi sekarang gadis itu malah tersakiti.

Yashpun masuk ke kamar Andrea dan memindahkan gadis itu ke atas ranjang, kemudian menyelimutinya dan mengecup dahinya.

"Mimpi indah, baby. Aku harap, dalam tidur, kamu melupakan semua rasa sedih kamu." Gumam Yash sambil mengusap puncak kepala Andrea. Setelah itu, ia keluar dan berjalan menuju kamarnya untuk beristirahat. Besok, ia harus mengantar Andrea ke butik kemudian berangkat ke kantornya.

Ia hanya bisa berharap, kesedihan kembarannya itu berkurang disetiap detiknya. Semoga.

TBC.

Yg di mulmed itu Scarletta Sakhira as Vania Larissa.

Childish Boy [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang