Pria itu tersenyum lebar dari balik tembok sambil memandangi wajah seorang wanita yang amat dicintainya itu.
Ia baru saja sampai di negara ini beberapa jam yang lalu bahkan rasa lelah tak dihiraukannya demi bisa memandang wajah wanita yang dicintainya.
Tak sia-sia ia mengikuti saran ayahnya. Ia bahagia saat bisa melihat wanitanya tersenyum sangat lebar di dalam rangkulan saudara kembar wanita itu.
"Terus tersenyum, sweety. Aku bahagia kalo lihat kamu bahagia." Lirihnya.
Namun tak lama kemudian matanya memanas melihat pemandangan menyesakkan didepannya itu.
***
"Andrea..."
Andrea menolehkan wajahnya pada si pemanggil yang sudah berada tepat di sampingnya.
Senyumnya melebar dan tak lama kemudian ia langsung memeluk pria di sampingnya itu.
"Angga! Aaaaa makasih banyak atas bantuan kamu." Pria yang di sebut Andrea sebagai Angga itu tersenyum kemudian mengacak rambut Andrea gemas.
"Kalo bukan karena Yash juga kan aku gak bakal bisa ngehandle butik kamu."
"Hm, terserah. Oh iya, anak-anak gimana kabarnya? Katanya Eno-"
"Mom!" Ucapan Andrea terpotong kala dua anak kecil memanggilnya dan memeluk kakinya dengan erat.
"Astaga. Eno, Leo kalian ngagetin mom tau gak..." ujar Andrea sambil berjongkok di hadapan dua bocah beda usia itu.
"Maaf, abisnya kan kita kangen sama mom. Ya kan, Eno?" Tanya bocah yang lebih besar kepada bocah yang lebih kecil yang hanya mengangguk polos.
Andrea terkekeh melihat ekspresi menggemaskan mereka hingga ia tak tahan untuk tidak mencubit pipi mereka.
"Iiih mom gemes deh sama kalian." Ucapnya sambil mencubit pipi kedua bocah menggemaskan itu.
Eno dan Leo mengaduh tapi tak meluntutkan senyum manis di wajah keduanya.
"Mom! Mom! Mom, tau gak kalo Eno abis jatuh dari tangga loh."
Astaga, Andrea bahkan hampir melupakan itu. Ia menatap khawatir pada Eno yang menatapnya polos.
"Hm, kenapa bisa jatoh sih? Leo, kamu gak jagain adik kamu ya, makanya Eno bisa jatuh?" Tudingnya sambil memasang wajah pura-pura garang kepada Leo.
Bocah 7 tahun itu mengkeret dibuatnya. Merasa bersalah karena tidak bisa menjaga adiknya yang masih 5 tahun itu. "Maaf, mom. Leo salah..." ucapnya sambil tertunduk.
Eno yang melihat kakaknya seperti itu lantas membela kakaknya itu. "Kak Leo gak salah kok, mom. Eno aja yang nakal, waktu itu Eno turun tangga sambil lari-larian karena lihat ayah bawa mainan. Jadi kak Leo gak salah."
Andrea terkekeh melihat kasih sayang yang kakak beradik itu perlihatkan. Itu mengingatkannya dengan ia dan kembarannya, Yash.
"Lain kali hati-hati, masa sampe harus dijahit sih. Itu berarti Eno ceroboh, lain kali jangan diulangi. Nanti malah bikin ayah, mom dan om Yash khawatir." Tutur Yash pada bocah kecil itu.
"Tuh, denger kan, No? Ih, masa gara-gara kamu kakak jadi dimarahin mom sih." Kesal Leo.
"Leo, jangan gitu sama Eno. Tadi kan kamu juga udah dibelain sama adik kamu." Tutur Angga pada putra pertamanya itu.
Leo memalingkan wajahnya kesal sambil menggembungkan pipinya yang merah.
Andrea terkekeh. Betapa menggemaskannya mereka.
Ia memeluk kedua bocah itu dengan erat seolah tidak rela meninggalkan mereka untuk kembali ke Indonesia.
Tak lama kemudian Yash dan Angga ikut memeluk mereka hingga terjadilah adegan peluk-pelukan ala-ala teletubis.
Tanpa mereka sadari, seseorang sedang memandangi mereka dengan raut penuh luka sambil memegangi dadanya yang berdenyut nyeri.
"Aku rasa, aku emang udah gak punya harapan lagi. Kamu udah bahagia, dan aku harap selamanya kebahagiaan itu akan bertahan."
Ia berbalik dan berjalan tertatih menuju mobil yang tadi ia gunakan dari bandara menuju tempat ini.
Ia membuka pintu mobil dan dengan berat hati memasuki mobil itu.
Di dalamnya sudah ada pria yang ayahnya tunjuk sebagai asisten pribadinya yang selalu siap siaga melayaninya yang masih terlampau lemah ini.
"Anda membutuhkan sesuatu, tuan?" Tanya pria itu.
Pria yang di sebut 'tuan' itu menggeleng. "Kita kembali ke Indonesia."
Ucapan pria itu membuat asisten pribadinya terkejut. Bahkan belum ada setengah hari mereka di negara ini, tapi sudah ingin kembali lagi ke Indonesia?
"Tapi tuan-"
"Jalankan mobilnya." Potong pria itu.
Dengan berat hati, sang asisten melajukan mobilnya meninggalkan tempat itu.
Rey, pria itu sedang merutuki dirinya sendiri. Kenapa aku terus berharap Andrea akan kembali? Sadarlah, Rey. Dia sudah bahagia bersama keluarga kecilnya.
***
"Ada apa ini? Kenapa jantungku berdenyut sakit?" Lirih Andrea.
TBC.
Maaf baru up, Rea lagi PTS. Selama PTS Rea berusaha mati-matian buat gak online sosmed dan sejenisnya. Tapi malah gajadi😂 gakuku ganana Rea tuh😄
Bener-bener pingin fokus PTS dulu sih, dan besok udah PTS hari terakhir...
Do'ain biar nilai Rea memuaskan yak...
😄Ntar kalo nilai Rea memuaskan, buat ngerayain ntar Rea bakal double up.
Tapi kalo nggak yaaaaa tau deh.
😂Okeee, sampai jumpa di lain part🙌
Salam sayang dari istrinya Daniel Seavey😘
Salam cintanya buat mas Daniel aja, jangan kalian😅
KAMU SEDANG MEMBACA
Childish Boy [REVISI]
Teen FictionPERHATIAN! Beberapa part diPRIVATE secara acak. Jadi buat yang belum FOLLOW akun Rea harap diFOLLOW dulu. Hal ini dilakukan untuk mencegah para plagiat yang berkeliaran. Cerita ini murni dari imajinasi penulis, jadi apabila ada kesamaan tempat, toko...