"Yash, lihat! Aaaaah ada sosis bakar! Aku mau itu!" Seru Andrea sambil menarik-narik kaos yang digunakan Yash. Yashpun terkekeh melihat tingkah menggemaskan Andrea, iapun merangkul Andrea dan membawanya ke penjual sosis bakar tersebut.
"Kamu mau berapa?" Terlihat Andrea sedang berfikir dengan ekspresi yang benar-benar menggemaskan.
"Emm, aku mau lima. Dengan rasa super pedas." Yash melotot.
"Hey, apa apaan. Gak, gak! Jangan terlalu sering memakan makanan pedas, baby."
"Tapi-"
"Manis atau tidak sama sekali" potong Yash cepat. Andrea menghela nafasnya pasrah.
"Hm, oke. Berikan lima dengan rasa manis ya, pak."
"Siap, neng cantik" penjual sosis itu segera membuatkan sosis pesanan Andrea, tak lama sosis yang dipesan Andreapun jadi.
"Berapa, pak?"
"10.000, den" Yash mengeluarkan uang hijau dari dompetnya.
"Kembaliannya ambil aja, pak" penjual itu menerimanya dengan mata berbinar.
"Terima kasih, den. Terima kasih banyak" Yash dan Andreapun tersenyum dan melanjutkan acara jalan-jalan mereka.
Andrea menyodorkan satu tusuk sosis bakar di depan mulut Yash, Yashpun menerimanya dengan senang hati. Setelah itu, mereka memutuskan untuk berhenti di taman dekat gedung apartement tempat mereka tinggal.
"Kamu tau gak-"
"Gak" potong Andrea cepat, Yash melotot kesal.
"Ish, kan belum selesai ngomongnya." Ujar Yash sambil berdecak kesal. Andrea hanya tersenyum lebar menunjukkan gigi-gigi putihnya.
"Yaudah, iya. Kamu mau ngomong apa?"
"Kamu tau gak, kemarin papa telfon. Katanya, papa mau pulang ke Indonesia."
"Oh iya? Aaaah aku gak sabar. Kapan emang?" Tanya Andrea antusias, pasalnya ia memang sudah sangat merindukan papanya itu.
"Katanya sih lusa, tapi gak tau deh." Andrea manggut-manggut sambil tersenyum.
"Jadi gak sabar deh" Yash mengacak rambut Andrea karena gemas dan membuat Andrea mendengus kesal, tapi kemudian Yash merapihkannya lagi.
"Gimana kamu sama Rey?" Tanya Yash penasaran, ia berharap hubungan mereka sedang tidak baik-baik saja. Katakan ia jahat, tapi ia hanya ingin agar Rey dan Andrea putus. Kemudian Andrea hanya fokus dengan dirinya, buka Rey.
"Kemarin sempet Aldi salah paham..." Yash diam-diam tersenyum mendengar itu, itu berarti mereka bertengkar kan?
"... tapi setelah itu aku jelasin, jadi gak salah paham lagi." Lanjut Andrea yang menyurutkan senyuman Yash. Yash mencoba memasang senyum palsunya.
"Hmm, bagus deh." Jawabnya singkat sambil berusaha menahan rasa kecewanya. Entahlah, ia sudah mencoba menghapus perasaannya yang tak seharusnya itu, tapi terlalu sulit melakukannya. Mungkin memang tak seharusnya ia menghapus rasa itu, mungkin itu pertanda dari Tuhan bahwa ia harus memperjuangkan cintanya? Hahah mungkin saja. Ia akan mencoba membuat Andrea juga memiliki perasaan yang sama dengannya, mungkin.
Setelah merasa puas berjalan-jalan akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke apartement.
***
"Martabak manis atau asin ya?" Gumam Rey sambil memegang dagunya, ia bingung akan membelikan Andrea martabak yang mana.
"Dua-duanya aja deh, pak" ujarnya pada sang penjual martabak, kemudian ia mencari tempat duduk yang kosong.
"Berapa?"
"35.000, den"
"Nih, makasih, pak." Setelah itu Rey pergi tanpa menghiraukan panggilan bapak-bapak penjual tadi yang ingin memberikan uang kembalian, tapi memang dasar Rey yang terlalu bersemangat. Ia tak menghiraukan bapak-bapak itu dan mengendarai motornya menuju apartement Andrea.
***
Ting tung,, ting tung,, ting tung..
"Ish, siapa sih? Gak sabaran banget. Udah malem juga." Gerutu Andrea karena merasa terganggu.
Ting- ceklek
"Berisik!" Rey terkejut mendengar teriakan Andrea, bahkan Yash yang sedang menonton TV pun sampai melemparkan remot yang ia pegang.
"Ck, pacar dateng bukannya disambut eh malah diteriakin." Ucap Rey sambil nyelonong masuk tanpa dipersilahkan. Kemudian ia duduk di sofa, diikuti oleh Andrea yang duduk di sampingnya.
"Apaan tuh?" Tanya Andrea tanpa menghiraukan protesan Rey. Tanpa menunggu jawaban, ia segera membuka keresek yang dibawa oleh Rey.
"Waaah martabak!" Serunya dengan berbinar. Yash yang mendengar kata martabak langsung menghampiri Andrea.
"Mana martabaknya? Mau dong!" Ucap Yash yang langsung mengambil posisi di tengah-tengah Rey dan Andrea yang membuat Rey berdecak kesal.
"Lu apa-apaan sih?" Yash tak menggubris protesan Rey dan langsung mencomot martabak manis dari dalam kotaknya.
"Ish, main comot-comot aja. Ini tuh Aldi beli buat aku, bukan buat kamu." Ujar Andrea sambil menepis tangan Yash yang akan mencomot martabak. Yash yang kesalpun akhirnya memilih diam dan hanya memandang Andrea yang tampak sangat menikmati martabaknya, kemudian Yash memutuskan untuk mencomot martabak asin yang belum tersentuh. Tapi lagi-lagi ia harus meratapi nasibnya karena Andrea baru saja menarik kotak itu dan menjauhkannya dari jangkauan Yash.
"Ngapain? Pingin? Beli sendiri dong, kan uang kamu yang dari papa banyak." Protes Andrea yang tak mau martabaknya diusik. Akhirnya Yash menyerah dan diam seperti patung, kemudian ide jahil terlintas dikepalanya. Tiba-tiba ia memeluk Andrea dari samping dan menggigit martabak asin yang ada di tangan Andrea. Kemudian...
"ANDREAS VERNANDOOOO! AWAS LU GUA JITAK BENJOL LU!" Teriak Andrea dengan kesal sambil memandang Yash yang langsung lari terbirit-birit sambil terkikik geli.
"Ketawa lagi" dengus Andrea. Rey yang masih shock dengan teriakan Andreapun terdiam mematung, kemudian ia tersadar dan menggosok-gosok telinganya yang terasa berdengung. Ia rasa, ia perlu ke dokter THT besok.
"Kenapa?" Tanya Andrea polos.
"Telinga aku sakit, kamu sih teriaknya kenceng banget. Untung mejanya gak terbelah." Andrea hanya terkekeh dan mengusap telinga Rey yang katanya sakit.
"Ya maaf, abisnya tadi aku kesel." Rey yang menerima usapan Andreapun tersenyum dan langsung menyenderkan kepalanya pada bahu kanan Andrea dengan manja.
"Iyaaaaa, udah. Sekarang kamu makan lagi martabaknya, udah gak ada yang ganggu lagi." Andrea tersenyum dan menyuapkan martabak asin ke mulut Rey.
"Yang beli juga harus makan dong." Rey dengan senang hati menerima suapan Andrea, sedangkan Yash yang mengintip dari ruang sebelahpun berujar dengan kesal.
"Tadi aku minta gak boleh, sekarang malah suap-suapan sama Rey." Ujarnya yang masih bisa didengar Andrea. Andrea melotot pada Yash yang menyebabkan laki-laki itu masuk ke kamarnya dan menutup pintunya dengan keras, takut dengan teriakan menggelegar dari Andrea lagi. Rey yang melihat kejadian di depannya hanya terkekeh lucu.
"Lagi dong. Aaaa" ucap Rey meminta disuapi lagi.
"Nih makan nih" ucap Andrea sambil memasukkan tissu kemulut Rey yang membuat laki-laki itu melotot tak terima.
"Iiih"
"Hahahahaha" Andreapun tertawa puas karena melihat wajah Rey yang memerah karena kesal.
"Ih kok ketawa sih! Yaudah aku pulang kalo gitu." Kesal Rey pura-pura akan beranjak pergi.
"Yaudah, pulang aja. Makasih martabaknya yah" jawab Andrea cuek. Rey melotot.
"Kok gak dicegah sih, sweety?" Kesal Rey.
"Katanya mau pulang, ya udah sana." Usir Andrea. Kemudian Rey pergi dengan menghentakkan kakinya seperti anak kecil yang ngambek karena tidak dibelikan mainan yang diinginkan. Andreapun terkekeh.
'My childish boy' batin Andrea sambil tersenyum geli.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Childish Boy [REVISI]
Teen FictionPERHATIAN! Beberapa part diPRIVATE secara acak. Jadi buat yang belum FOLLOW akun Rea harap diFOLLOW dulu. Hal ini dilakukan untuk mencegah para plagiat yang berkeliaran. Cerita ini murni dari imajinasi penulis, jadi apabila ada kesamaan tempat, toko...