Yg di mulmed itu castnya Dicky as Francisco Lachowski.
***
Andrea terkejut saat melihat pecahan kaca yang berserakan dimana-mana dan barang-barang yang tergeletak begitu saja dilantai. Ia mengedarkan pandangannya dan menemukan Rey yang menatap dirinya datar.
Kemudian ia berjalan perlahan ke arah Rey, ia ingin menjelaskan kesalah pahaman yang terjadi.
"R-rey, ak-"
Grep. Ucapan Andrea terhenti saat Rey tiba-tiba memeluknya. Tubuhnya menegang seketika.
"R-rey."
"Diam." Sahut Rey masih dengan nada yang datar. Setelah lima menit berlalu, Rey melepaskan pelukannya pada Andrea.
"R-rey, aku-"
"Pergi." Potong Rey lagi.
"T-tapi-"
"GUA BILANG PERGI YA PERGI! LU BEGO ATAU APA HAH!" Bentak Rey dengan wajah dingin. Andreapun terpaku karena terkejut, wajahnya memerah menahan tangis.
"PERGI!" Teriak Rey lagi, kali ini dengan menarik pergelangan tangan Andrea kasar. Kemudian menutup pintunya dengan keras, membuat empat orang yang ada di depan pintu itu terkejut. Yup, empat karena ayah Rey sudah tiba di rumah. Tak lama kemudian Andrea menghambur ke pelukan Yash dan terisak.
"Sstt, jangan nangis." Ucap Yash sambil menenangkan Andrea yang ada dalam pelukannya.
"Kami permisi dulu, om dan tante. Sepertinya Rey masih butuh waktu." Pamit Yash pada kedua orang tua Rey.
"Iya, nak. Maafkan Rey yang sudah membentak Andrea ya."
"Gapapa kok, yah. Rey mungkin masih belum bisa berfikir jernih."
"Iya, ayah juga tau kalau sebenarnya Rey hanya salah paham. Ayah yakin kamu gak akan setega itu pada Rey." Ucap Ayah Rey sambil tersenyum menenangkan Andrea.
"Yaudah, kalau begitu. Kalian hati-hati di jalan, jangan ngebut loh." Nasehat bunda Rey. Andrea dan Yashpun mengangguk dan pergi setelah mencium tangan kedua orang tua Rey.
Sesampainya di apartement, Andrea dan Yash mendudukkan pantatnya pada sofa di ruang tamu. Melihat Andrea yang masih murung, Yash merangkul bahu kembarannya sambil membisikkan kata-kata penenang.
"Besok di sekolah, kamu kan bisa jelasin sama Rey. Kalian pasti ketemu kan?"
"Iya, sih. Tapi kalau Rey pergi?"
"Ya kamu kejar, jelasin dengan baik-baik. Aku yakin Rey pasti dengerin kok." Jawab Yash sambil terus mengusap bahu Andrea.
"Yaudah, kamu tidur gih. Udah malem loh, gak ngantuk?" Lanjut Yash.
"Hm, aku tidur nanti. Abis telfon papa, aku kangen papa soalnya."
"Iya deh. Terserah kamu, kalo gitu aku tidur dulu." Ucap Yash sambil mengacak rambut Andrea, kemudian pergi ke kamarnya. Andreapun masuk ke kamarnya juga dan menelfon papanya, setelah puas iapun tertidur lelap.
Disisi lain, Rey, dia menangis dalam diam sambil meringkuk seperti janin diatas lantai setelah mengusir Andrea dengan sangat kasar. Jujur, saat itu ia merasakan rasa sakit yang menjalar di dadanya. Sebenarnya Rey tak ingin mengusir Andrea, sungguh. Tapi entah dimana akal sehatnya saat itu, ia telah dikuasai oleh kabut emosi saat mengingat ciuman Andrea dan Dicky, laki-laki yang diketahuinya telah menyimpan rasa pada kekasihnya sejak lama. Ia cemburu, merasa terbakar pada dadanya saat melihat adegan itu secara langsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Childish Boy [REVISI]
Teen FictionPERHATIAN! Beberapa part diPRIVATE secara acak. Jadi buat yang belum FOLLOW akun Rea harap diFOLLOW dulu. Hal ini dilakukan untuk mencegah para plagiat yang berkeliaran. Cerita ini murni dari imajinasi penulis, jadi apabila ada kesamaan tempat, toko...