"Kamu mau kan?" Ulang Rey karena belum mendapat jawaban dari Andrea.
"G-gua gak bisa..." jawab Andrea lirih. Rey yang mendengar itupun menegang.
"Kenapa?" Rey menahan nafas, "Kenapa, Ya?" Ulang Rey karena tak kunjung mendapat balasan, lagi.
"Lu tau kalau gua trau-"
"Trauma? Itu alasan kamu meragukan aku? Jangan takut, aku bukan dia. Kamu akan aman bersamaku, aku akan menjagamu. Jangan terima aku jika itu untuk menjadi pelarian. Jangan, karena itu akan membuat kamu merasa bersalah. Tapi terima aku agar aku bisa membantu kamu untuk melepas jerat masa lalu. Dan ya, satu lagi. Mulai saat ini, jangan meragukanku. Karena aku gak mau dalam hubungan yang aku jalani gak ada rasa kepercayaan. Percayalah pada si manjamu ini." Jelas Rey panjang lebar.
"T-tapi-" ucapan Andrea terpotong lagi.
"Apa lagi? Hiks,, apa lagi yang kamu ragukan? Hiks,, hiks,," Potong Rey sambil terisak dan menundukkan kepala. Andrea yang mendengar Rey menangispun terkejut, bagaimana bisa Rey menangis hanya karena ditolak? Andreapun kelabakan, bingung bagaimana agar Rey bisa kembali tenang.
"Rey, kenapa nangis?" Tanya Andrea dengan nada paniknya. Bukannya menjawab, Rey malah semakin terisak.
"Hiks,, hiks,," isaknya sambil menutup matanya menggunakan lipatan tangannya.
"Sshh, udah. Jangan nangis ya, nanti gua beliin Lego buat nambah koleksi lu deh." Ucap Andrea seperti sedang menenangkan anak kecil.
Rey menggelengkan kepalanya dengan kencang, mungkin jika tidak langsung dipegang oleh Andrea kepalanya akan pusing. Kemudian Rey memeluk Andrea dan menenggelamkan kepalanya di perut Andrea, karena memang Andrea masih duduk di atas meja dan Rey duduk di atas kursi.
Andreapun mengusap kepala Rey guna menenangkan laki-laki tersebut.
Nada yang baru datang dari toiletpun bingung dengan keramaian yang terjadi di depan kelas Rey, iapun bertanya pada salah satu siswi yang sedang mengintip adegan di dalam kelas tersebut.
"Eh, ada apaan sih rame-rame?"
"Itu loh, si Rey nangis karena pernyataan cintanya ditolak sama Andrea. Gua heran deh, gimana bis-" Nada tak mendengarkan lagi apa yang diucapkan siswi tersebut, ia langsung menerobos kerumunan itu dan mengintip lewat pintu.
Andrea yang melihat Nadapun mencoba bertanya apa yang harus ia lakukan lewat tatapan mata, Nada yang mengerti arti tatapan itupun mengucapkan 'terima aja' tanpa suara.
Andreapun menghela nafas berat, sebenarnya ia takut Rey akan berbuat kasar padanya. Tapi setelah dipikir-pikir, Rey yang manja tidak mungkin berbuat kasar. Akhirnya ia memutuskan,
"Oke, gua mau jadi pacar lu." Ucap Andrea dengan mantap. Rey yang mendengar itu langsung memandang wajah pujaan hatinya.
"B-bener? Kamu mau?" Tanyanya lagi untuk memastikan. Andreapun mengangguk mantap, Rey yang melihat itupun langsung berdiri dari duduknya. Dan dengan mata berbinar, ia mengangkat Andrea kedalam gendongannya, membawanya kedepan papan tulis seraya memutar tubuh mereka.
"Yaaaa, i love you, sweety. Love you so much." Ucapnya sambil berteriak masih dengan berputar-putar. Andreapun tertawa bahagia karena bisa melihat Rey tersenyum sambil mengeratkan pegangannya pada leher Rey karena takut terjatuh. Dan saat ini Andrea baru paham, jika dengan melihat Rey tertawa bahagia itu bisa membuatnya lupa dengan segala keraguannya tentang Rey. Ia percaya, melihat tawa bahagia Rey, Rey tak mungkin menyakitinya. Yeah, walau saat itu ia melihat Rey memukul Yash, tapi mungkin itu adalah bentuk rasa marahnya karena telah dijauhkan dari Andrea. Ia percaya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Childish Boy [REVISI]
Teen FictionPERHATIAN! Beberapa part diPRIVATE secara acak. Jadi buat yang belum FOLLOW akun Rea harap diFOLLOW dulu. Hal ini dilakukan untuk mencegah para plagiat yang berkeliaran. Cerita ini murni dari imajinasi penulis, jadi apabila ada kesamaan tempat, toko...