"S-sweety..."
Andrea yang merasa terpanggil pun menoleh dan menatap datar pada Rey.
Rey yang ditatap seperti itu hatinya mencelos. Dimana senyum manis itu? Rey menginginkan senyuman itu, bukan wajah datar tanpa ekspresi.
Matanya memanas, ia mencoba tersenyum lebar dan tidak memperlihatkan kesedihannya. Biarlah Andrea tidak mau tersenyum untuknya, setidaknya Andrea ada disini untuknya. Bukankah ia harus senang? Tentu saja.
"S-sweety, kesini. P-peluk aku." Pinta Rey. Andrea tak bergeming membuat Rey lagi-lagi tersenyum masam.
Bibir Rey bergetar menahan tangisnya agar tidak terisak.
Andrea tidak tega, ia berjalan mendekati Rey dan membawa laki-laki itu dalam dekapannya.
Rey menengang, masih tak percaya bahwa Andrea memeluknya. Tak lama kemudian ia membalas pelukan Andrea dan menangis, menumpahkan segala kerinduan yang ia rasakan.
Andrea mengusap kepala Rey sambil sesekali mengecupnya. Tak lama kemudian Andrea melepas pelukannya pada Rey, tapi Rey tak mau melepas tangannya dari pinggang ramping Andrea.
"Makan dulu." Andrea mengatakannya dengan nada yang datar tanpa senyuman.
Setetes air mata meluruh dari mata Rey yang berkantung itu. Andrea memang perhatian padanya, tapi tak ada lagi senyuman dan nada lembut yang biasa Rey terima dari gadis itu.
Rey mengangguk dan menundukkan kepalanya saat Andrea menyodorkan mangkuk berisi bubur padanya. Tadi Athaya mengantar bubur itu saat Rey belum sadar.
"Makan!" Titah Andrea pada Rey yang masih diam tanpa menerima mangkuk di tangannya.
Rey meremas seprai kasurnya. Ia ingin disuapi seperti dulu, tapi apa Andrea masih mau menyuapinya? Ia tak berani meminta pada gadis itu. Ia takut Andrea akan pergi lagi jika Rey membuat gadis itu kesal.
Akhirnya Rey menerima mangkuk itu tanpa memakan bubur yang ada didalamnya.
Andrea mengernyit. "Kenapa gak dimakan?"
Rey memegang pinggiran mangkuk itu dengan erat. Kemudian dengan perlahan, ia menyerahkan sendok yang masih bersih itu pada Andrea.
Andrea diam. Rey mau disuapi? Kenapa tidak bilang padanya? Akhirnya dengan menghela nafas pelan, ia menerima sendok itu dan mulai menyuapi Rey dengan telaten.
Rey makan sepeti anak kecil, sangat lahap dan belepotan di pipi dan bibirnya. Ia terlampau senang saat Andrea mau menyuapinya.
Setelah selesai, Andrea mengelap pipi dan bibir Rey dengan tissu dan mengangsurkan air minum pada Rey. Rey meminumnya dengan tangan Andrea yang memegangkan gelas itu untuknya.
Andrea mengusap kepala Rey, membuat Rey memejamkan matanya nyaman.
Tatapan Andrea melembut. Jujur, ia sangat merindukan Rey, tapi ia masih sedikit kecewa dengan perbuatan Rey dulu.
Tiba-tiba hp Andrea berbunyi menandakan telfon masuk.
Setelah melihat nama penelfon, Andrea mengangkat telfon itu.
"Kenapa?"
"..."
"Udah deh, to the point aja."
"..."
"Angga! Serius dong!" Entah apa yang diucapkan orang disebrang sana sehingga membuat Andrea kesal.
Rey mendengar Andrea mengucap nama seorang pria. Jantungnya berpacu lebih cepat dari sebelumnya. Ia melamun, hingga Andrea bertanya pada orang disebrang sana yang ia ketahui bernama Angga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Childish Boy [REVISI]
Teen FictionPERHATIAN! Beberapa part diPRIVATE secara acak. Jadi buat yang belum FOLLOW akun Rea harap diFOLLOW dulu. Hal ini dilakukan untuk mencegah para plagiat yang berkeliaran. Cerita ini murni dari imajinasi penulis, jadi apabila ada kesamaan tempat, toko...