Suasana ricuh memenuhi pandangan Andrea. Gadis itu tengah celingukan mencari tempat duduk yang kosong ditengah keramaian kantin sekolah bersama Nada. Tak lama, ada seorang laki-laki yang melambaikan tangan pada Andrea dan Nada. Andreapun tersenyum dan membalas lambaian tangan itu.
"Lu pesen makanan, biar gua yang nyari tempat duduk." Ujar Andrea.
"Yeuu, apanya yang dicari? Orang bangkunya udah disiapin si Dicky." Balas Nada dengan kesal, Andreapun nyengir dan kemudian melangkahkan kakinya pada Dicky, laki-laki yang tadi melambaikan tangan padanya tanpa menghiraukan Nada yang merasa kesal karena disuruh-suruh olehnya.
"Boleh gabung?" Tanya Andrea to the point.
"Yeah, tentu." Jawab Dicky yang langsung disoraki oleh dua temannya yang lain, pasalnya semua murid di sekolah itu juga tau jika Dicky memang memiliki rasa yang lebih pada Andrea. Tapi Andrea tak memperdulikan itu, ia hanya ingin berteman.
"Udah pesen makan? Kalo belum, biar gua pesenin." Tanya dan tawar Dicky.
"Gak usah, temen gua udah pesenin." Tolak Andrea. Dickypun mengangguk ringan.
"Nih, baik kan gua." Ucap Nada yang tiba-tiba datang sambil membawa nampan berisi pesanan mereka berdua.
"Ya ya ya" Jawab Andrea sambil memutar bola matanya.
"Tom, lu gak mesen?" Tanya Andrea saat melihat Tomi, salah satu teman Dicky yang tidak memesan apapun.
"Eh? Kenapa? Mau bayarin? Gak usah deh, makasih. Tapi kalo maksa sih gak papa." Jawab Tomi sambil nyengir.
"Yeeuu, dasar upil badak! Mintanya gratisan mulu." Ucap Rendy, teman Dicky yang lain sambil menoyor kepala Tomi.
"Gak papa kali. Mau gua pesenin?" Tawar Andrea dengan senyum manisnya.
"Eh, gak usah. Gua lagi puasa." Tolak Tomi, memang dia adalah anak yang berbakti pada orang tua dan Tuhan. Jadi bukan suatu keajaiban jika dia melakukan puasa sunah senin kamis.
"Oh, kirain. Eh, betewe gua belum bayar utang puasa!" Seru Andrea yang baru ingat hutang puasanya.
"Lobang brapa emang?" Tanya Dicky.
"10 hari."
"Buset, banyak amat." Kaget Nada.
"7 hari kedatengan tamu."
"Trus 3 harinya?" Tanya Rendy yang juga penasaran.
"Batal, gak kuat liat godaan es krim di taman komplek." Jawab Andrea yang membuat empat orang yang mendengarnya terkekeh geli. Bukan rahasia umum jika Andrea adalah maniac es krim.
Setelah mereka makan, Andrea yang merasa kebeletpun berpamitan untuk ke toilet. Setelah kembali dari toilet, Andrea teringat bahwa ia meninggalkan hpnya diatas meja kantin dan ia lupa mengabari Rey kalau dia sedang ada di kantin. Akhirnya iapun terburu-buru kembali ke mejanya sebelum Nada yang tangannya usil itu membajak akun sosmednya. Tapi karena terlalu terburu-buru, iapun tersandung kakinya sendiri dan jatuh menimpa Dicky yang kebetulan sedang lewat. Dan yang lebih mengejutkan lagi, posisi mereka adalah HAMPIR berciuman. Tapi mungkin bagi mereka yang melihat itu, itu terlihat seperti sedang berciuman. Mereka berdua sama-sama kaget dan masih terdiam diposisinya.
Tak lama kemudian sebuah tangan menarik pergelangan tangan Andrea dengan kasar dan menariknya menjauh dari kerumunan. Andrea yang masih terkejutpun hanya mengikuti tanpa tau siapa yang menyeret tangannya dengan sangat kencang saat ini.
Tak lama kemudian ia merasa tubuhnya dihimpit diantara tembok dan tubuh bidang seorang siswa. Saat mendongak, ia terkejut saat mengetahui bahwa siswa itu adalah Rey. Ia yakin kalau saat ini Rey sedang salah paham.
"Jadi gini? Kamu gak ngabarin aku dan malah cium-ciuman di kantin sama cowok lain. KAMU TAU GAK SIH AKU TUH NYARI-NYARI KAMU DARI TADI HAH!" Bentak Rey tepat didepan wajah Andrea. Andreapun terkejut mendapat bentakan dari Rey.
"A-aku minta maaf karena lupa ngabarin kamu, t-tapi apa yang tadi kamu lihat i-itu semua salah paham." Jelas Andrea terbata-bata.
"Lupa? Salah paham? JADI KAMU LUPAIN AKU CUMAN GARA-GARA COWOK BANGSAT ITU HAH! Dan salah paham? AKU LIHAT DIDEPAN MATA KEPALA AKU SENDIRI KALO KAMU SAMA DIA CIUMAN! CIUMAN, YA! DAN KAMU BILANG ITU SALAH PAHAM." Bentak Rey lagi dengan menggebu-gebu.
"A-aldi, biarin aku jela-"
"Gak ada yang perlu dijelasin. Aku pergi." Potong Rey tanpa mau mendengar penjelasan dari Andrea dan pergi dari sana, sedangkan Andrea dibelakang masih mencoba meredam ketakutannya saat mendengar Rey membentaknya.
***
Pyarr
Prang
Bugh
Kegaduhan terdengar dari dalam kamar yang ditempati oleh Rey. Sang bunda yang memang sedang ada dirumah merasa khawatir, entah apa yang sedang terjadi pada putranya itu.
"Rey, buka pintunya, nak." Ucap bunda Rey sambil terus mengetuk pintu kamar anaknya yang dikunci dari dalam.
"Aaarrrggghhh, Apa kurangnya aku? APA!" Sayup-sayup terdengar teriakan Rey yang terdengar begitu marah. Bundanya terkejur mendengar suara Rey yang terdengar mengerikan, ia berfikir pasti kali ini Rey sedang marah besar.
"KENAPA COWOK ITU, ANDREA?! KENAPA DIA?! KENAPA BUKAN AKU?!"
Prang
Pyarr
Athaya yang mendengar nama Andreapun segera menghubungi gadis itu.
"Halo, Andrea."
"Iya, bun?"
"Kamu tau Rey kenapa?" Tanya Athaya dengan nada cemas yang sangat terlihat.
"M-memang Rey ngapain, bun?" Tanya Andrea khawatir dengan Rey yang mungkin akan berbuat sesuatu yang membahayakan.
"Dia ngamuk di kamarnya, nak. Bunda mendengar suara pecahan-pecahan kaca, bunda takut dia membahayakan dirinya sendiri." Ucap Athaya menyuarakan kecemasannya.
"O-oke, aku kesana sekarang ya, bun."
"Iya, nak. Cepat ya, bunda takut Rey kenapa-napa."
"Iya." Setelah itu Athaya memutus sambungan telfonnya.
Di sisi lain Andrea sedang terburu-buru menuju kamar Yash untuk meminta adik kembarnya itu agar mengantarnya ke rumah Rey.
Yash yang tau hubungan Rey dan Andrea sedang tidak baik bukannya senang, tapi malah sedih melihat Andrea yang terlihat lebih murung dari biasanya. Gadis itu sudah berusaha menjelaskan berkali-kali, tapi Rey tak mau mendengar penjelasannya.
Dengan kecepatan penuh, Yash mengendarai motornya sambil membonceng Andrea. Setelah sampai, Andrea langsung masuk karena Athaya sudah menunggunya didepan pintu.
"Ayo, nak. Rey semakin menjadi-jadi." Ujar Athaya panik karena barusan ia mendengar teriakan Rey dari kamarnya di lantai atas. Setelah itu, Andrea segera menuju ke atas ditemani Athaya dan Yash yang mengikutinya dari belakang.
Athaya segera menghubungi suaminya agar segera pulang karena putra mereka yang mengamuk saat ini. Sedangkan Andrea sedang berdiri didepan pintu kamar Rey sambil meremas jari-jarinya gugup. Kemudian ia merasakan elusan pada pundaknya yang tertutupi kaos berwarna putih itu.
"Kamu bisa, aku yakin."
"Tap-"
"Kamu mau Rey kenapa-napa?" Potong Yash. Andreapun menggeleng.
"Yaudah, sekarang kamu ketuk. Siapa tau dibuka." Ucap Yash. Andreapun mengangguk dan mengetuk pintu tersebut.
Tok tok tok
"R-rey, i-ini aku, Andrea." Ucap Andrea dengan suara bergetar. Tak lama kemudian terdengar suara orang membuka kunci. Kemudian pintu terbuka, Andrea menolehkan pandangannya pada Yash yang mengangguk memberi semangat.
Mungkin Rey memang yang terbaik buat kamu. Batin Yash.
Andreapun masuk kedalam kamar Rey.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Childish Boy [REVISI]
Teen FictionPERHATIAN! Beberapa part diPRIVATE secara acak. Jadi buat yang belum FOLLOW akun Rea harap diFOLLOW dulu. Hal ini dilakukan untuk mencegah para plagiat yang berkeliaran. Cerita ini murni dari imajinasi penulis, jadi apabila ada kesamaan tempat, toko...