Part 8✔

10.8K 365 2
                                    

Ini masih flashback yah...

***

"Lepaskan saya! Lepas! Aw, lepas tangan saya! Ini sakit." Teriak seorang gadis sambil meronta, berharap ikatan pada pergelangan tangannya akan terlepas.

"Hey, jangan meronta, honey. Kamu melukai dirimu sendiri." Ucap seorang pria yang berusia 23 tahun itu dengan pandangan yang membuat gadis itu muntah, dia adalah Dion Abraham. Dia adalah pria yang terobsesi pada Andrea, ia juga berniat membuat Devan, orang yang sangat dibencinya itu menderita jika kehilangan putrinya. Di satu sisi Dion akan senang karena Andrea bersamanya, di sisi lain ia juga senang karena Devan akan sangat menderita karena putrinya menghilang. Licik bukan? Ya, itulah Dion.

Kemudian Dion berjalan mendekat pada gadis tersebut dan mengangkat dagu gadis tersebut agar mendongak.

"Kita akan bersama, honey. Selamanya, jangan khawatir." Ucap Dion sambil tersenyum. Gadis itu, yang tak lain adalah Andrea. Bukannya bahagia, ia malah merasa takut, tapi ia tak menunjukkannya. Ia takut Dion akan berbuat macam-macam, pria sinting itu benar-benar licik. Hanya karena obsesinya, ia sampai menculik Andrea.

"Hey, kamu senang kan? Katakan." Ucap Dion sedikit kesal karena sedari tadi Andrea tak menanggapi ucapannya. Andrea masih bungkam, enggan membuka suara.

"Katakan kamu senang bersama denganku." Ucapnya lagi dengan geraman yang tertahan, kesabarannya bisa habis jika menghadapi sifat keras kepala Andrea.

"GUA BILANG KATAKAN!" Bentak Dion. Kemudian Andrea mengangkat wajahnya lagi. Dion senang, ia mengira Andrea akan menjawab ucapannya tadi. Namun tiba-tiba...

'Cuiiih' Andrea meludah tepat di wajah Dion.

Mendapat perlakuan tersebut membuat Dion murka kemudian

Plaaakkk

Satu tamparan mendarat pada pipi mulus Andrea yang meninggalkan bekas merah pada pipi kirinya.

" LU! KURANG AJAR!" Bentak Dion sambil menunjuk muka Andrea. Para penjaga yang melihat kejadian tadi hanya diam, tak berani menolong Andrea walau terbesit rasa kasihan pada hati mereka.

Andrea yang terkejut karena bentakan tersebutpun, reflek meneteskan air matanya. Dion yang melihat Andrea menangispun mencengkram dagu Andrea dengan kuat sehingga membuat Andrea meringis merasakan perih pada dagunya karena tertancap oleh kuku-kuku tajam Dion.

"Setelah meludahi wajah gua, LU MASIH BISA MENANGIS?! Bitch!" Dion menghempaskan wajah Andrea dengan kasar, sedangkan Andrea hanya bisa menahan perih yang ia rasakan pada dagunya.

"Sebenarnya apa mau anda? Kenapa anda lakukan ini pada saya?" Tanya Andrea lirih, ia sudah tak bisa menyembunyikan ketakutannya lagi. Dion yang mendengar pertanyaan Andrea pun terkekeh sinis.

"LU MAU TAU, HAH?! AYAH LU! DIA ITU UDAH BIKIN GUA KEHILANGAN KAKAK PEREMPUAN GUA! DIA NEMBAK KAKAK GUA! KAKAK GUA MATI DITANGAN AYAH LU! Gua gak punya siapa-siapa lagi." Bentak Dion dengan kalimat terakhir yang diucapkan lirih. Andrea menggeleng tak percaya, tak mungkin ayahnya membunuh seseorang tanpa alasan.

"Tapi ayah saya gak akan membunuh orang tanpa alasan." Bantah Andrea dengan sisa keberaniannya. Dionpun memiringkan kepalanya ke kanan mendengar bantahan Andrea.

"Ya, memang ayah lu punya alasan. Tapi gua tetep gak bisa terima, dia udah renggut satu-satunya keluarga yang gua punya. Dan kamu, sekarang dia mau rebut kamu dari aku? Haha... gak akan bisa, kamu itu pengganti kakak aku. Biar aku gak kesepian lagi, kamu mau kan?" Pintanya dengan nada seperti anak kecil yang sedang membujuk orang tuanya agar dibelikan mainan.

Andrea merasa heran dengan perubahan sifat yang sangat drastis tersebut. Awalnya lembut, kemudian marah-marah dan sekarang seperti anak kecil. Apa jangan-jangan dia bipolar?

"Kamu mau kan gantiin kakak aku?" Desak Dion. Andrea tau, Dion hanya pria yang kesepian, tapi hal yang dilakukan Dion ini salah.

"KAMU MAU KAN?!" Andrea tersadar dari lamunannya karena terkejut mendengar nada bicara Dion yang kembali meninggi.

"Kamu gak mau ya?" Tanya Dion dengan senyuman iblisnya berjalan mengitari kursi yang diduduki oleh Andrea. Kemudian ia berhenti lagi tepat di depan Andrea dan tersenyum pedih.

"Kalo gitu, lebih baik kamu temani kakak aku di surga. Dia pasti senang karena aku memberinya teman." Ucap Dion dengan seringai gilanya. Kemudian ia mengeluarkan pisau lipat dari saku jaket yang ia kenakan. Andrea terkejut melihat pisau lipat tersebut dan berteriak kesetanan.

"Jangan! Jangan! Saya mohon, jangan! Jauhkan pisau itu!" Ucap Andrea ketakutan sambil meneteskan air matanya terus menerus.

"Ounch, jangan menangis. Kamu akan bertemu kakakku, jangan khawatir. Kamu gak sabar kan?" Ucap Dion semakin mendekat. Tubuh Andrea semakin bergetar hebat karena rasa takut yang semakin mendera.

"J-jangan, saya mohon. Jang-"

'Jleb'

Tubuh itu tergeletak tak berdayaa karena pisau yang menembus dadanya.

"Andrea!" Devan yang baru saja datangpun berteriak dengan cemas dan menghampiri putrinya. Kemudian ia melepas ikatan tali pada pergelangan tangan Andrea dan memeluk putrinya dengan erat. Andreapun sesenggukan di dalam dekapan ayahnya, ia tak menyangka sang ayah akan menemukannya dan menyelamatkannya.

"Ayah, a-aku aku. Dia d-dia jahat, ak-kuh takhut." Ucap Andrea dengan suara sesenggukan. Sang ayah hanya mengangguk dan mengelus puncak kepala putrinya, tak sanggup memandang wajah putrinya yang berantakan. Kemudian ia membopong Andrea untuk dibawa ke rumah sakit. Sedangkan para anak buahnya mengurus mayat-mayat yang berserakan di ruangan tersebut karena ditembak oleh para anak buah Devan dengan peredam. Ya, yang tertusuk adalah Dion. Pria malang itu kini menyusul kakaknya di surga, yang entah masuk surga atau tidak mengingat dosa-dosa yang ia perbuat memang begitu banyak dan belum sempat bertaubat.

Flashback off

Sejak saat itu Andrea mengalami trauma, ia bahkan enggan untuk berdekatan dengan laki-laki selain ayahnya dan Yash. Sehari setelah kejadian itu, Andrea dibawa oleh ayahnya ke jerman untuk menjalani terapi agar traumanya hilang. Tapi Andrea akan selalu histeris setelah melihat kekerasan di depan matanya, maka dari itu Yash selalu menghindarkan hal-hal berbau kekerasan dari Andrea.

Yash beruntung karena saat mereka berlibur dipantai waktu itu, Andrea tak melihat dirinya yang memukul Rey. Karena jika tidak, Andrea pasti membencinya karena telah melakukan kekerasan. Itu juga alasan mengapa Yash tidak membalas pukulan Rey saat Rey memukulnya, karena ia tak mau Andrea membencinya. Dan satu keuntungan lagi baginya, karena pukulan itu membuat Andrea membenci Rey dan pasti akan menjauhi Rey.

Katakan saja Yash licik, tapi memang itu yang terjadi. Ia hanya pandai memanfaatkan situasi, benar kan?

TBC

Maaf kalo pendek, kapan-kapan deh Rea bikin panjangan dikit. 😂😂😂

Childish Boy [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang