"Tidak akan." Jawab Andrea dengan tegas. Dickypun menghela nafas berat.
"Sampai kapan kamu kayak gini, sayang? Jangan egois, jangan hanya karena bajingan itu kamu jadi gak mau menginjakkan kaki di tanah kelahiran kamu sendiri. Lagipula disana ada Yash dan makam mama kamu, kamu gak mau mengunjungi mereka?" Andreapun tertegun. Kemudian menunduk sedih.
"A-aku sebenernya juga pingin ke makam mama, tapi aku takut bertemu dengan dia lagi. A-aku gak mau merasakan rasa sakit itu lagi." Ucap Andrea lirih. Dickypun menatap Andrea dengan teduh.
"Aku akan menemani kamu disana, lagipula disana kan ada Yash juga. Gak ada yang perlu kamu takutkan, bajingan itu gak akan aku biarin nyentuh kamu walau seujung kuku sekalipun." Bujuk Dicky mencoba meyakinkan. Ia tak mau Andrea melupakan makam mamanya, orang yang telah melahirkannya dengan penuh perjuangan.
Akhirnya Andreapun mengangguk ragu. "O-oke, besok kita ke Indonesia. Aku benar-benar udah rindu sama mama." Dicky yang mendengar itupun tersenyum bahagia dan langsung memeluk Andrea sambil mengusap punggung kecil itu.
"Bagus, aku akan urus semua yang perlu disiapkan. Kita berangkat secepatnya, aku tau kamu udah kangen mama kan?" Andreapun mengangguk sambil tersenyum tulus walau sangat kecil, tapi Dicky bisa melihat itu. Dan ia merasa senang dengan Andrea yang sudah mau kembali ke Indonesi, walau hanya sementara karena ia masih karus kuliah disini.
Keesokan harinya
Andrea, Yash dan Dicky turun dari mobil Yash. Mereka berjalan menuju pemakaman kemudian duduk disamping pusara milik Saphiera. Andrea terisak disamping makam mamanya, setelah berdo'a dan menabur bunga, mereka berbalik dan akan kembali ke mobil jika saja suara Andrea tak menghentikan langkah mereka.
"Pak Adryan." Panggil Andrea terkejut. Orang yang merasa terpanggilpun menengok dan terkejut pula. Ingat Adryan? Dia adalah kepala sekolah Andrea dulu saat SMA, yang ganteng dan muda itu loh. Gak inget? Baca part 1 lagi deh.
"Apa yang kamu lakukan disini?" Tanya Adryan masih terkejut.
Pertanyaan bodoh. Batin Yash.
Dicky yang juga terkejutpun menyahuti pertanyaan Adryan. "Kami ke makam mama Andrea, pak. Bapak sendiri sedang berkunjung ke makam siapa?" Tanya Dicky dengan sopan.
Nah, ini baru pertanyaan orang pinter. Batin Yash lagi.
"Saya ke makam istri dan adik ipar saya." Andrea, Dicky dan Yashpun terkejut. Ternyata Adrian adalah seorang DUREN, alias DUda keREN.
"Oh ya?" Tanya Yash memastikan. Kemudian Adryan mengagguk sambil menunjuk makam di belakangnya. Yashpun membaca nama yang tertulis di batu nisan tersebut.
Lucyana Abraham dan Dion Abraham. Batin Yash yang terkejut saat membaca nama tersebut. Andreapun juga terkejut saat melihat makam orang yang membuatnya trauma kini ada dihadapannya. Yashpun kemudian angkat bicara.
"Anda kenal Dion dan Lucy?" Tanya Yash masih dengan terkejut. Adryanpun mengagguk heran.
"Iya, kenapa kamu bisa kenal dion dan istri saya?" Tanya Adryan heran.
"Dion adalah orang yang hampir membunuh Andrea, dan L-lucy-"
"Jadi kalian adalah anak dari Mr. Devan!" Potong Adryan terkejut. Yash dan Andreapun mengagguk dan Dicky diam saja menyimak percakapan didepannya.
"M-maafkan istri saya dan adik ipar saya, tolong maafkan mereka. S-saya tidak bisa mencegah perbuatan buruk istri saya d-dan membuat Dion memiliki dendam pada keluarga kalian. Saya minta maaf, sungguh." Mohon Adryan sambil berlutut didepan Yash dan Andrea yang membuat saudara kembar itu mundur beberapa langkah. Dickypun memegang bahu Adryan dan mencoba membangunkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Childish Boy [REVISI]
Teen FictionPERHATIAN! Beberapa part diPRIVATE secara acak. Jadi buat yang belum FOLLOW akun Rea harap diFOLLOW dulu. Hal ini dilakukan untuk mencegah para plagiat yang berkeliaran. Cerita ini murni dari imajinasi penulis, jadi apabila ada kesamaan tempat, toko...