MAAF2

66 5 0
                                    

***

Hari pertama masuk sekolah barunya, setelah kepindahannya dari bandung aneta menjadi sangat tertutup. Rasa bersalahnya terhadap firman membuatnya tidak lagi memiliki perasaan apapun. Bahkan saat beberapa kali doni menanyakan jawaban kepada aneta, aneta selalu menghindari doni.

"net, lo kenapa sih?" ucap utari, melihat aneta yang hanya menatap makanannya. Namun aneta hanya bergeming.

"net, ada masalah? Lo cerita dong ke gue, oh iya tadi doni titip pesan ke gue, hari ini dia ada pertandingan futsal, kalo lo mau liat dia biar gue anter" ucap utari.

Aneta hanya mengangguk

___

Pertandingan futsal sore itu sangat ramai, terlihat doni begitu tampan memakai setelah futsalnya tersenyum ramah ke arah aneta, aneta hanya membalasnya dengan senyuman tipis. Pertandingan di mulai, sangat sengit antara sekolahnya melawan sekolah lain.

Saat pertandingan di mulai, beberapa kali handphone nya berdering, namun aneta tidak menghiraukannya.

"net, handphone lo dari tadi bunyi terus tuh, siapa tau penting" ucap utari. Aneta hanya melirik layar handphone nya nomor tanpa nama.

"gak ada namanya, berarti gak penting" ucap aneta singkat.

"kalo gak penting, gak mungkin nelponnya sampe berkali-kali, angkat dulu".

Lalu aneta menjauh dari tempat keramaian menuju tempat yang agak sepi, lalu menekan tombol hijau untuk menjawab.

"net kenapa baru di angkat?" ucap seorang laki-laki dari dalam telpon dengan tergesa-gesa

"ini siapa?" ucap aneta.

"gue lufi net"

"ada apa?"

"net, ini penting, lo harus ke bandung sekarang"

"ngapain?"

"firman kecelakaan"

Aneta tertegun mendengarnya Dan butiran bening itu keluar dari selah mata aneta begitu derasnya hingga membasahi pipi aneta.

"net lo kebandung ya, di RS bina sehat" suara lufi masih terdengar dari dalam telpon. Aneta lalu berlari mencari taxi. Ia berusaha menghubungi orang tuanya untuk meminta ijin ke bandung, dan juga utari.

Sesampainya di rumah sakit, aneta berlari mencari informasi tentang firman.

"ada yang bisa saya bantu mbak?" ucap seorang penjaga di rumah sakit itu.

"korban kecelakaan, namanya firman" ucap aneta yang masih menangis.

"bentar ya mbak" ... "korban kecelakaan semalem ada di ruang icu mbak"

"makasih mbak" ucap aneta sebelum pergi berlari menyusuri setiap ruangan di rumah sakit sambil beberapa kali menyeka air matanya.

Sesampainya di depan ruangan icu, terlihat revania dan lufi di sana. Aneta menatap seseorang yang terbaring yang di penuhi alat bantu di balik kaca besar ruangan icu. Ia menangis penuh penyesalan.

"aneta" panggil revania sambil menarik tangan aneta kasar.

"gue gak nyangka ya lo setega itu, lo tau kan firman nungguin lo, jangan kan firman, gue juga nungguin lo" ucap revania, aneta hanya menangis tersedu-sedu.

"gue kira gue tau segalanya tentang lo, ternyata jauh dari itu gue gak kenal lo sama sekali. Lo tau? Lo tuh egois, lo hanya mementingkan diri lo sendiri. LO EGOIS!" ucap revania. Kata-kata itu seakan menampar keras dirinya, benar jika dia egois.

Sementara, pertandingan futsal berakhir dan dimenangkan oleh doni dan teman-temannya.

"aneta kemana?" ucap doni setelah berganti baju.

"don, tadi aneta terima telpon, katanya dia harus ke bandung sekarang" ucap utari.

"ngapain?"

Utari menjelaskan semuanya.

"jadi..."

"iya don, sekarang lo mau gimana?"

"gue mau nyusul aneta, lo harus ikut"

"yaudah ayo"

Aneta duduk di kursi taman rumah sakit, menatap kosong ke depan. Berharap semua yang terjadi itu hanya mimpi. Beberapa kali menyeka air matanya yang terus jatuh. Lalu seseorang menyodorkan sapu tangan dan duduk di sebelahnya.

"apa iya aku egois?" ucap aneta.

"iya" ucap lufi singkat, membuat aneta semakin menangis.

"aku hanya berusaha untuk menyenangkan hati aku, walau tanpa sadar banyak hati yang terluka karena aku. Maafin aku ya kalo dulu aku nyakitin kamu" ucap aneta.

"gak ada yang merasa tersakiti disini, hanya saja kamu memang harus sedikit memikirkan orang lain dan menghilangkan egomu, karena semuanya bukan tentang apa yang kamu cinta tapi juga siapa yang mencintai kamu, bukan aku, tapi firman"

Aneta terdiam mendengar penuturan lufi, begitu benarkah semua yang di katakan lufi, jadi memang selama ini ego telah menguasai dirinya.

Aneta membuka pintu ruangan itu perlahan, terlihat seseorang terbaring lemah di ranjang rumah sakit dengan alat bantu pernapasan dan alat lainnya yang terpasang di tubuhnya. Ruangan itu sangat sunyi, hanya detak jantung firman yang terdengar melalui alat pendeteksi yang terdengar.

Aneta duduk di samping firman, menatapnya penuh harap, berharap seseorang yang sedang berada di hadapannya sekarang itu membuka matanya.

"Maafin aku man, aku salah, aku minta maaf. Bangun man, jangan buat aku khawatir. Buka mata kamu man" rintih aneta menangkup tangan firman.

~~~
Dan kesalahan terbesarku adalah menghancurkan kepercayaanmu yang begitu mempercayaiku, aku harap saat kamu bangun kamu bisa memaafkan ku man...

Dia & Egoku [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang