DUAPULUH DUA

55 4 0
                                    

***

Beberapa minggu kemudian, lama aneta tidak mendengar kabar firman. Bukan tanpa usaha aneta untuk mencari tau tentang firman namun tetap saja tidak ada hasil.

Beberapa kali juga aneta berusaha untuk menemui firman, namun selalu ada halangan ataupun yang menghalang-halangi. Putus asanya aneta, membuat dirinya tidak fokus kepada nilai dan sekolahnya. Meskipun beberapa kali utari mecoba membangkitkan semangatnya kembali.

"net, jangan nyiksa diri kamu kayak gini. Kamu juga harus pikirin kesehatan kamu" ucap utari.

"tar, segitu jahatnya aku sampai ibunya firman tidak membiarkan aku bertemu dengan dia, bahkan kabarnya pun aku nggak tau" lirih aneta.

Bukan satu dua kali utari mencoba menasehati aneta seperti itu, namun aneta tidak juga bisa mengerti. Aneta selalu menyalahkan dirinya atas semua yang terjadi dengan firman.

Disekolah, terlihat aneta sedang berkutat dengan bukunya di perpustakaan. Doni yang melihatnya segera menghampiri aneta.

"hai net" sapa doni lalu duduk didepan aneta.
Namun tidak ada jawaban dari aneta, ia terus membaca bukunya.

"net, bukannya aku nggak sabar nunggu jawaban dari kamu, tapi ini udah cukup lama aku nunggu. Jangan kira aku bisa nunggu kamu lebih lama"

Namun aneta bergeming.

"apapun jawaban kamu, nanti malam aku tunggu kamu di caffe biasa, dan aku memaksa kamu untuk datang" ucap doni sebelum berlalu pergi meninggalkan aneta.

Aneta menatap punggung doni yang menghilang di balik rak-rak buku yang tinggi.

Suasana caffe saat itu membuat aneta terbawa suasana saat pertama kali firman mengetahui segalanya dan akhirnya kecelakaan, semuanya seolah berputar di kepalanya.

"sudah datang" ucap doni dengan santai lalu mempersilahkan aneta untuk duduk.

"aku sudah lama nunggu kamu, aku sampai mengira kalau kamu nggak bakalan datang, net" lanjut doni.

Lalu tak lama seorang pelayan mengantarkan 2 cangkir coklat panas ke mejanya. Lalu berlalu kembali meninggalkan dua orang yang sama-sama canggung dengan keadaan.

"aku tau kamu suka minuman itu, mangkannya aku sudah memesannya terlebih dahulu" ucap doni.

"terimakasih..." aneta mencium aroma dari coklat itu, sangat khas dan membuatnya lebih tenang dan rileks. Lalu saat menyadari bahwa doni sedang memperhatikannya aneta segera sadar.

"net, aku sudah bilang kalau aku suka sama kamu, dan aku mau kamu jadi pacar aku" ucap doni, dari nadanya sedikit memaksa.

Namun hati siapa yang tau, orang yang dulu sangat dibanggakan menjadi terlihat biasa saja. Mungkinkah aneta mulai menyadari bahwa sebenarnya ia tidak mencintai doni? Hanya sebatas kagum? Kalau begitu kenapa ia begitu tergila-gila?

Lalu tiba-tiba doni memegang tangannya, begitu lembut dan hangat. Tapi aneta harus bisa menentukan pilihannya agar tidak salah lagi. Aneta menarik nafas berat.

"net, aku hanya ingin mendengar jawaban iya"

"aku masih belum mendapatkan jawabannya don, kalau kamu masih mau menungguku silahkan, tapi aku tidak memaksa, maaf..."

Setelah berharap begitu besar dengan jawaban aneta, tapi doni sama sekali tidak mendapat jawaban yang ia harapkan. Doni melepaskan tangannya dari aneta. Ekspresinya sangat sulit dibaca.

Namun aneta tau doni sangat merasa kecewa, tapi harus bagaimana lagi, semuanya harus dengan pilihan yang benar, atau tidak maka semuanya juga akan kacau.

...

Aku suka kalian baca ceritaku😊

Dia & Egoku [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang