DUA

172 17 1
                                    

***

Sesampainya didepan kelas, terdengar suara nyanyian teman laki-laki dikelasnya yang diiringi petikan gitar yang dimainkan oleh doni. Lantunan lagu yang sudah lama ia tak dengar selama 2 minggu terakhir ini, lagu legend dari anak-anak kelasnya, butiran debu.

aneta pun segera masuk ke dalam kelasnya, terlihat sepasang mata bertemu pandang dengan matanya, mata yang selalu ia bayangi dalam mimpinya tapi tidak jika itu cinta, lalu aneta pun duduk di kursinya diikuti utari.

"Net, pulang sekolah nanti kita ke cafe dulu yu!" Ucap utari.

"ke cafe ya? Tapi lo yang traktir ya? Tadi kan gue udah traktir lo" ucap aneta.

"iya-iya deh gue traktir"

"Ok deh kalau gitu!"

Bel tanda istirahat selesai berbunyi, aktivitas belajar mengajar pun di mulai. Pelajaran sejarah yang membuat suasana bertambah panas karena cuaca hari ini pun cukup panas. Aneta hanya memilih mencorat-coret di selembar buku untuk menghilangkan rasa bosan, lalu dengan tidak sengaja terukir di selembar kertas bertuliskan nama doni. tanpa sepengetahuan aneta, guru yang sedang mengajar itu pun mengahampirinya.

"Sedang apa kamu aneta?" ucap pak mulya guru yang mengajar di kelasnya, kelabakan aneta langsung menyembunyikan kertas itu dibawah mejanya.

"Nggak kok pak, nggak ada" ucap aneta gemetar.

"Keluarkan kertas itu!"

"Nggak ada pak, bukan apa-apa kok" aneta merasa semua mata sedang menatapnya sekarang, dan aneta bingung harus apa, bodoh dasar bodoh! Umpat aneta dalam hatinya.

"Keluarkan kertas itu atau kamu yang keluar dari pelajaran saya!!" sentak pak mulya.

Aneta bingung harus bagaimana, kalau ia keluarkan kertas itu bisa gawat ketahuan sama doni, tapi kalau nggak, dia yang keluar dari pelajaran pak mulya, sedangkan pak mulya termasuk guru yang super galak dan pelit nilai.

"Aneta! kamu denger saya tidak?!"

kali ini aneta bingung bukan kepalang, kalau ia keluar dia akan dapet nilai kecil dari pelajaran pak mulya, sedangkan ini semester penentuan lulus tidaknya, karena sekarang aneta sedang mengejar nilai untuk masuk ke sma favoritnya itu.

Aneta menyapu pandang ke sekeliling, terlihat doni sedang memperhatikannya, lalu dengan pasrah aneta mengeluarkan kertas selembaran itu dan memberikannya pada pak mulya.

"Ohhh... maaf ya bapak gak percaya sama kamu, padahal kamu kan termasuk murid yang baik disini" ucap pak mulya yang tiba-tiba melembutkan suaranya.

ada apa ini? Kenapa pak mulya tidak memarahinya? Lalu di lihatnya kertas itu ternyata sudah berganti dengan kertas lainnya yang sudah digantikan oleh utari disebelahnya, 'huh...selamat' batinnya.

"Saya bilang juga apa pak, ini bukan apa-apa" ucap aneta merasa menang dalam pertarungan ini. Pertarungan antara hidup dan mati aneta.

"Yaudah, bapak minta maaf, lanjutin aja" ucap mulya kembali menjelaskan materi lalu kembali menjelaskan materi di papan bor putih.

"Kalo gue gak tepat waktu gantiin kertas itu, lo bisa habis sama pak mulya sekaligus lo bisa malu sama doni, lo tau dari tadi tuh doni liatin lo terus" ucap utari dengan nada berbisik.

"Oh ya? Duh makasih ya tar, terus kertasnya mana?" ucap aneta sama berbisik.

"Nih.." utari memberikan kertas bertuliskan nama doni tadi. "Mangkannya lo itu harus liat situasi dong, lagian ngapain sih lo nulis-nulis nama doni, kalo ketauan yang lain gimana?"

"Ya mana gue tau, gue nulis nama doni itu refleks tau"

"Ah lo".
___

Bel pulang sekolah berbunyi, sesudah memberi salam pada guru yang mengajar, aneta pun lantas pergi bersama utari, menungu angkutan umum di depan gerbang sekolah.

Tak lama kemudian angkutan umum pun datang dan langsung melaju membawa aneta dan utari ke cafe biasa tempat mereka nongkrong atau hanya untuk melepas penat dari tugas sekolah yang menumpuk untuk hanya sekedar memesan teh hijau atau milkshake kesukaan mereka.

Sesampainya di cafe tersebut segera aneta dan utari memilih tempat duduk di pojokan cafe itu untuk lebih leluasa memandang ke sekeliling cafe, lalu memesan minuman kesukaan mereka berdua. tak lama pesanannya pun sampai.

Sebenarnya cafe itu juga adalah tempat nongkrong anak-anak di sekolahnya, termasuk doni dan teman-teman. Aneta menelusuri ruangan itu dengan matanya. Rupanya memang doni belum datang.

"Cari doni?" ucap utari.

"Euhhmmm..." sangkal aneta berpikir kata apa yang harus ia keluarkan.

"Iya kan?"

"Nggak kok, so tau kamu"

"Iya-iya deh, net habis ini lo mau lanjutin kemana??"

"Gue sih pengennya bareng doni lagi"

"Ah lo, kalo misalkan lo bareng lagi sama doni tapi lo masih tetep kayak gini aja sama dia, gimana?"

"Ya gak gimana-gimana, karena gue cukup bisa liat dia aja udah seneng banget, gue gak ngarep dia jadi pacar gue juga kali"

"Gini deh ya, sekarang lo kan lagi ngejar nilai buat masuk ke sekolah favorit lo, siapa tau di sekolah itu lo dapet yang lebih, yang bisa nerima lo"

"Gue kira gue gak bisa masuk  ke sekolahan itu, lo tau itu sekolah terfavorit banget, dan pasti murid-muridnya pun pinter-pinter, dan kayaknya gue mengurungkan niat gue buat sekolah kesana"

"terus lo nyerah gitu? Ini baru awal aneta, lo belum ke kategori berjuang, ada pepatah mengatakan tinggalkan cinta untuk cita-cita, jadi lo harus tinggalin rasa lo sama doni dan kejar apa yang lo impikan, karena dunia ini bukan hanya tentang apa yang ingin lo miliki saat ini tapi juga tentang apa yang belum lo miliki di masa yang akan datang, cinta akan menghampiri kamu tanpa kamu cari, tapi cita-cita harus kamu perjuangkan" ucap utari.

aneta hanya diam memandangi sahabatnya, tumben dia bisa sebijak itu.

"Berapa lama lo ngapalin kata-kata itu? lo tau? Lo hebat!" ucap aneta mengacungkan jempolnya.

"Gue bisa lebih dari ini buat nyadarin sahabat gue dari cintanya yang gak pasti"

"Uuuhhhh.. Kamu memang sahabatku yang palik baik" aneta seraya memeluk utari.

Sudah lama aneta dan utari di cafe, lalu mereka pun memilih untuk pulang karena waktu pun sudah sore. Namun ketika ia bangkit dari duduknya, ia melihat doni dan teman-temannya masuk kedalam cafe.

"Eh itu doni" ucap utari berdiri di samping aneta.

"Euhh, kita langsung pulang aja yu!" ucap aneta seraya mengambil tasnya.

"Loh, tadi aja nyariin"

"Nggak, aku mau pulang, udah ah ayo kita pulang" ucap aneta menarik lengan utari keluar dari cafe itu dengan mulus tanpa melihat laki-laki yang sedang memperhatikan keduanya itu.

Tidak ini bukan cinta, hanya sekedar suka, bantu aku menyangkal semua itu!

Dia & Egoku [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang