sehari sebelum pisah

61 8 0
                                    


Tidak semua awal menunjukkan kemajuan lebih lanjut. Kadang sesuatu yang kita anggap sebagai awal yang baik malah berakhir menyakitkan, begitupun sebaliknya. Ketika sesuatu yang bahkan kita mulai dengan setengah hati maka cepat atau lambat akan segera berakhir. Entah itu hari ini, besok atau lusa.

Aneta bahkan masih bisa menghitung hari semenjak ia berpacaran dengan lufi. Sekitar beberapa minggu ini hubungan antara aneta dan lufi memang sedang tidak baik.

"apa yang kamu pikirkan sayang?" ucap mamahnya.
Hari ini kunjungan ketiga setelah aneta tinggal dibandung. Kedua orang tuanya itu termasuk orang yang ceoat rindu, bahkan sehari bisa nelpon sampai 3 kali lebih untuk memastikan anaknya baik-baik saja.

"aneta lagi nggak mikirin apa-apa kok mah"

"hmm, gimana itu sama pacar kamu net, baik-baik aja kan?"

Aneta yang sedang meminum es jeruknya pun tiba-tiba tersedak mendengar perkataan mamahnya. Aneta sama sekali belum cerita apa-apa mengenai lufi atau kehidupan percintaannya. Karena selama ini kedua orang tuanya selalu melarang aneta untuk pacaran dulu.

"eh hati-hati dong" ucap bibinya.

"bibi yang cerita ke mamah soal lufi?" ucap aneta dengan wajah merahnya.

"emangnya kenapa? Mamah nggak boleh tau tentang itu? Kamu kan anak mamah satu-satunya, jadi mamah harus tau tentang siapa teman kamu, siapa pacar kamu, bagaimana kamu" jelas mamahnya.

"tapi kan mamah ngelarang aku buat pacaran"

"asal pacaran yang positifnya aja, yang hisa buat kamu lebih semangat belajar, sekolah, mamah pasti setuju. Apalagi kan katanya lufi orangnya baik, sopan lagi, lain kali kenalin mamah sama dia ya"

"kalo sempet ya mah"

___

Setelah kedua orang tuanya pamit untuk kembali ke jakarta. Aneta mengurung dirinya di kamar. Seharian ini lufi sama sekali belum mengabarinya lewat chat ataupun lewat telpon. Mau chat duluan kegedean gengsi apalagi telpon.

Awal yang manis sama sekali tidak terlihat setelah berlanjut. Aneta yang mulai nyaman dengan lufi malah semakin aneh sendiri dengan perasaannya.

Biipp biip...
Suara getar handphone aneta membuat aneta segera meraih handphonenya diatas meja belajar. Satu pesan muncul dari lufi.

"katanya mamah kamu datang hari ini, aku kesana ya"

Aneta mendengus kesal.

"udah pulang"

"yaahh, telat deh. Kalau gitu kita jalan aja gimana? Mau nggak? Kebetulan hari ini aku belum makan nih, kita cari makanan"

Aneta menoleh ke arah jam dinding bergambar doraemon yang menempel manis di kamarnya. Menunjukkan pukul setengah tujuh malem.

"jam tujuh jemput aku"

"oke"

Setelah mendapat pesan terakhir itu aneta langsung bergegas kekamar mandi, membersihkan dirinya. Membuka lemarinya, menguras baju-baju yang aneta punya.

"sibuk amat" ucap sifa tiba-tiba menyembul dari balik pintu kamarnya.

"ih ngagetin aja deh"

"hehe.. Mau kemana nih?"

"kepo, gimana baju aku? Bagus nggak? Cocok nggak?" aneta melenggokan tubuhnya kekiri dan kekanan, lalu berputar seperti model.

"udah bagus, cocok kok"

"yaudah aku pergi dulu ya, bilangin sama bibi aku nggak makan malem dirumah ya, bye"

Lalu aneta berlari menuju pintu depan. Tepat saat aneta membuka pintu, terlihat lufi sudah sampai dan hendak memarkirkan motornya.

"langsung pergi aja yu" ucap aneta.

"ijin dulu dong"

"nggak perlu, bibi lagi nggak di rumah, lagi kerumah temennya"

"oke deh"

Lalu merekapun melaju meninggalakan rumah, membelah jalanan kota bandung dimalam hari yang cukup membuat aneta mengetatkan pelukannya dan memasukkan tangannya kedalam saku hoodie lufi.

Sampai akhirnya tiba disebuah tempat makan yang lumayan cukup ramai dengan aroma makanan yang khas. Malam ini aneta habiskan dengan lufi sampai ia lupa bahwa waktu telah larut.





Dia & Egoku [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang