Titipan Ilahi

21.6K 813 2
                                    

"Baiklah, kalau kau merindukan aku. Aku sudah di sini dan kamu harus segera sembuh" kataku
Dia tersenyum sambil menganggukan kepalanya.
"Istirahatlah, aku akan menunggu disini" kataku
Dia pun memejamkan matanya. Indah sangat indah ketika aku melihat mulu matanya yang lentik itu.
Ketika aku ingin pergi dia mencekal tanganku
"Ada apa?" Tanyaku
"Tetaplah disini sampai aku terlelap" katanya
"Hmmm" sambil aku mengangguk
Ya dia menggenggam tangan ku sampai aku mendengar deru nafasnya yang teratur.

Aku pergi keluar sebentar untuk menghirup udara, ya jujur saja aku paling tak suka yang namanya bau rumah sakit, aku memilih taman sebagai tempat pemberhentian kaki ku.

                          🌸🌸🌸

Di sini lah aku, aku terduduk di sebuah bangku. Aku melihat ada seorang ibu muda menggendong balitanya, andai saja aku bisa punya balita pasti aku lebih bahagia. Pasti aku punya nantinya tak mungkin tidak.

Bagaimana pun hubungan ini harus di perbaiki, aku tak mungkin bertahan dengan egois ku pada suami ku gani. Di sini aku yang harus berusaha dan mengalah dengan semua ego.

Kesalahan gani di masa lalu semua itu harus aku maafkan. Aku harus mulai menerima gani, harusnya aku bersyukur gani mau menikahi janda di tinggal mati seperti aku ini.

                         🌸🌸🌸

Dari kejauhan ibu balita itu memandangi aku yang melihat dia dan anaknya, oh tidak aku tertangkap di sini, aku takut dia mengira aku mengintainya dan anaknya. Jangan sampai juga dia mengira aku akan menculik anaknya.

Aku melihat, tangannya di infus. Kepalanya pakai penutup kepala. Tubuhnya sangat kurus dia pun sangat pucat. Yang aku heran hanya ada balita itu. Kemana sanak saudaranya tanyaku dalam hati.

Tiba tiba saja dia mendorong kursi rodanya dan ya dia sekarang datang menuju ke arahku. Apa yang harus aku katakan sebagai alasan karena aku sudah melihat dia dan anaknya sedari tadi.

"Mbak, apakah mbak memperhatikan saya dan anak saya?" Tanyanya
Deg.. mampus aku harus jawab apa nih
" Hehe.. iya mbak saya memang sedang memperhatikan mbak dan anak mbak"
"Boleh saya tau alasannya mbak, Atau mungkin mbak mengenal saya" tanya dia lagi
"Tidak mbak saya tidak mengenal mbak, hanya saja saya melihat kenapa mbak hanya berdua dengan si kecil di sini. Mana keluarga mbak" aku yang bertanya sekarang karena penasaran ku
"Boleh saya cerita sedikit mbak tentang masalah pribadi saya" tanya dia
"Boleh mbak, oiya siapa nama mbak" tanyaku lagi
Kami berjabat tangan dan aaling mengenalkan diri.
"Saya shella" katanya
"Saya ani"  kata ku
"Begini mbak saya ini seorang janda mbak. Saya di tinggal suami saya karena saya punya penyakit parah"
"Sakit apa mbak" kata ku menyambar
"Saya kangker hati mbak. Suami saya meninggalkan saya karena saya sudah tidak mampu mengurusnya lagi dan anak saya, dia juga slama ini punya kelakuan buruk mbak dia suka main perempuan, alasannya karena saya sudah tidak bisa melayani dia lagi. Saya dan anak saya di tinggal begitu saja mbak" terangnya
"Lalu mbak, kemana sanak saudara mbak yang lain" tanyaku
"Saya dan suami saya dulunya bertemu di panti asuhan mbak, saya anak panti mbak saya tidak tau dimana orang tua dan keluarga saya. Saya bertemu suami saya disana ketika perusahaan mereka melakukan event amal mbak. Kami memutuskan untuk menikah ketika baru mengenal hanya 2 bulan. Karena saya memang tidak mau pacaran setelah satu tahun berlalu kami menikah dan si kecil ada saya sering merasa nyeri dibagian perut mbak, lalu kami memeriksakannya ternyata saya kena kangker hati stadium 3. Saya melakukan teraphy sampai rambut saya sudah tidak ada mbak. Saya tak tau lagi mbak bukan sembuh kangker saya sudah masuk stadium 4, saya pesimis untuk sembuh mbak" jelasnya dengan menangis tersedu
"Mbak gaboleh gitu ya mbak harus optimis tidak ada yang tidak mungkin untuk Allah mbak" kataku
"Iya mbak, ntah apa dan bagaimana mbak. Saya juga minta maaf tadi memperhatikan mbak yang melihat anak saya selalu senyum. Saya merasa percaya kalau mbak orang baik, mbak kalau umur saya tidak panjang boleh saya menitipkan anak saya pada mbak, saya tidak ingin anak saya sama dengan saya mbak harus merasakan tinggal di panti"
"Mbak, saya siap untuk menerima anak mbak. Saya akan menganggapnya seperti anak saya juga mbak" kataku.

Entah kekuatan mana yang datang padaku sehingga aku menjawab seperti itu pada mbak sela. Aku merasa seperti Allah telah menitipkan anak itu padaku.

Aku Suami PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang