Part 10

6.9K 307 9
                                    

"Ampun deh Yar, meja lo itu kapan sih bisa rapih? Tiap hari tuh meja selalu berantakan, kan gue jadi susah nih mau makannya." Protes Aul kepada Yara karena mejanya tak pernah rapih. Selalu berantakan, buku, binder, pulpen, pensil, juga bungkus ice cream serta choki-choki selalu bersemayam di meja gadis itu. Saat ini mereka ingin makan bersama di meja Yara, namun bagaimana ingin makan bersama jika mejanya saja sudah seperti kapal pecah.

Yara hanya nyengir sedangkan Aul mendengus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yara hanya nyengir sedangkan Aul mendengus. Terpaksa Aul yang merapihkan kekacauan di meja sahabatnya itu, agar mereka benar-benar bisa makan bersama.

"Buang-buangin aja lah nih pulpen, buat apaan punya pulpen banyak trus di berantakin tapi nggak mau di beresin." Kembali Aul memarahi Yara karena mejanya yang selalu berantakan.

"Jangan dong, kan gue beli itu semua pake uang sendiri. Masa mau di buang-buangin siih." Rengek Yara karena Aul ingin membuang pulpen-pulpen kesayangannya itu.

"Udah sih, katanya pada mau makan kenapa malah pada ribut begini coba. Mending kita beresin nih semua pulpennya biar bisa cepet makan, udah pada laper kan?" Sesil menengahi kedua sahabatnya itu, dan mereka pun bergegas membereskan kekacauan di meja Yara.

Biasanya pada jam istirahat, Yara dan kedua sahabatnya selalu ke kantin bersama dengan Risa, Caroline, juga Emi. Dan seperti biasa pula, Yara pasti mampir ke koperasi sekolah untuk membeli cemilan kesukaannya, apalagi kalau bukan ice cream rasa strawberry dan choki-choki. Pada saat makan bersama di mejanya Yara pun, memang selalu mejanya Yara yang di penuhi oleh makanan.

Saat tengah asyik menyuapkan makanan ke dalam mulutnya, tiba-tiba gerakan itu terhenti karena Yara teringat akan sesuatu. Hal ini yang terus mengganjal di hatinya sepanjang malam, ia terus memikirkan hal ini. Laki-laki itu, laki-laki itulah yang terus terbayang diangannya selama semalaman penuh.

"Eh Ul, gue mau nanya deh."

Aul berhenti menyuapkan nasi ke dalam mulutnya lalu beralih menatap Yara. "Nanya apaan?"

Yara memainkan sendok plastik di tangannya, terlihat menimbang-nimbang tentang bagaimana cara ia menanyakan hal ini. Sedangkan Aul, masih setia menunggu pertanyaan dari Yara.

Yara menghela nafas, menyerah dengan semua pikiran-pikiran yang berkeliaran di otaknya. "Itu...hmmm...yang kemaren itu..yang sama abang lo, dia siapa deh?" Tanya Yara kemudian.

Aul mengernyit dan kembali memutar memorinya ke kejadian sore kemarin. Lalu ia tersenyum, setelah mendapati siapa sosok yang di maksud oleh Yara. "Oh...itu. Dia calon imam gue, kenapa emang?" Jawab Aul enteng sambil tersenyum jahil. Sesil melihat senyum Aul itu, dan ia bertanya melalui gerakan mulut apakah Aul beneran atau hanya sekedar bercanda. Aul pun menjawab pertanyaan Sesil dengan gerakan mulut pula kalau ia sedang bercanda.

Yara menghela nafas panjang, kemudian ia meletakkan sendok makannya dan menjauhi makanannya itu. Hilang sudah nafsu makannya. Aul yang melihat reaksi Yara seperti itu pun semakin tersenyum jahil dan Sesil hanya mampu menahan tawa agar rencana Aul tidak gagal.

DILAMAR(?) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang