Part 37

4.1K 196 18
                                    

Untuk apa jatuh cinta bila akhirnya menderita karena sakit yang mendera. Kau bodoh jika berfikir cinta itu indah, tidakkah kau lupa bahwa cinta hadir diiringi rasa duka?!

Benar!! Cinta hadir diiringi rasa duka.
Mengapa demikian?
Karena tidak ada jatuh yang tidak sakit, begitupun dengan jatuh cinta.

Jika kau sudah siap jatuh cinta, maka persiapkanlah pula hati mu akan luka yang segera tiba setelah cinta itu tiada.

Aku hanya memperingatkan, jangan dekat-dekat dengan yang namanya CINTA jika kau menolak hadirnya DUKA. Karena mereka selalu beriringan, tak pernah terpisahkan.

Bagai air dan api, Yin dan Yang, mereka selalu melengkapi. Memberikan sensasi tersendiri bagi mereka yang berani dekat-dekat dengan cinta.

-Ayara Zameena

Yara menutup buku hariannya dan kembali menghela nafas lelah, ia benar-benar lelah. Sesak dihatinya masih mendera, tak ada hentinya.

Ini sudah kesekian kalinya ia merasa terluka, luka tak kasat mata yang menyayat perasaannya. Dan sudah kesekian kalinya ia dibodohi oleh yang namanya cinta, entah memang benar cinta itu ada atau hanya angan belaka yang ada di dunia khayalan.

Awalnya ia memang percaya akan adanya cinta, namun setelah apa yang terjadi, membuatnya takut berurusan dengan hal-hal berbau cinta lagi. Takut sakit hati untuk yaaang kesekian kali, takut hatinya tak kuat bila terus disakiti.

***

"Brengsek!!!" umpat seseorang sambil menendang tumpukan drum kosong di dekatnya.

"Keterlaluan banget itu orang, berani dia nyakitin sahabat gue untuk yang kedua kalinya!!! Dasar bajingan! Udah bosen idup rupanya dia itu!" kembali orang itu memaki seraya mengumpat, ia marah, marah akan berita yang didengarnya barusan.

Sambungan telepon masih terhubung pada ponselnya, namun ia sudah tidak perduli dengan lawan bicaranya. Yang ia pedulikan adalah perasaan sahabat tersayangnya saat ini.

"Makasih infonya, gue usahain balik cepet. Awasin terus si Vano, biar pas gue balik jadi gampang buat nonjokin dia." titah Dika kepada orang suruhannya.

Arman yang tak sengaja lewat di dek kapal pun terkejut melihat beberapa drum kosong yang berserakan, "Kenapa lagi itu orang sampe drum-drum ini berantakan." kata Arman sambil berjalan menghampiri salah satu temannya, yaitu Dika.

"Kenapa lo?" tanya Arman, ia merasakan aura buruk melingkari tubuh temannya itu.

"Ayara... Ayara sahabat gue disakitin lagi sama si bajingan itu!" murka Dika, ia kembali melampiaskan kekesalannya dengan menonjok pintu masuk ruang kendali kapal di dekatnya.

"Hadehh... Kendaliin tuh emosi lo, lo nggak liat itu drum kosong jadi berantakan gara-gara siapa." ujar Arman sembari menunjuk drum-drum itu dengan dagunya, namun tetap saja amarah sudah menguasai Dika. Ia tidak peduli dengan apa yang dibuatnya, yang ia pedulikan hanya perasaan sahabatnya.

Melihat ketidakpedulian laki-laki di sebelahnya membuat Arman menghela nafas lelah, "Trus mau lo apa? Mau balik ke Jakarta sekarang?"

"Iya. Gue pengen balik sekarang, tangan gue udah gatel mau ngeremukkin tulang-tulang si bajingan itu." jawab Dika sambil memasang wajah ganasnya.

"Lo mau balik naik apaan? Lo lupa kita ini lagi di tengah laut? Kalo kita di darat sih enak, lo bisa balik naik kendaraan umum. Lah kalo sekarang? Emang lo mau ngedayung sampan dari Pontianak sampe Jakarta? Keburu mati di laut itu mah, jangan belaga gila deh jadi orang. Pikirin dulu baik-baik, jangan langsung bertindak aja." nasihat laki-laki itu untuk temannya yang sedang emosi ini.

DILAMAR(?) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang