Part 31

3.7K 196 12
                                    

Yara berjalan sedikit tergesa-gesa di sepanjang lorong rumah sakit itu, ia sudah terlambat 20 menit dari janji yang ia katakan kepada Arya tadi. Dan itu semua tentu saja karena ulah dari Radit, andai tadi laki-laki itu mengijinkannya untuk pulang lebih awal pasti ia tidak akan terlambat datang ke rumah sakit tempat dimana Arya bekerja.

Ponsel di sakunya berbunyi nyaring, ia mengambil benda pipih tersebut menggunakan tangan kirinya karena tangan kanannya tengah sibuk memegang makanan yang memang sengaja ia beli untuk dimakan bersama Arya nanti.

Di sana tertera Abang gendut sebagai si pemanggil, Yara pun langsung menekan tombol hijau di layar ponselnya dan mendekatkan benda pipih itu ke telinga kiri tanpa mengurangi kecepatan berjalannya.

"Assalamu'alaikum Ayara." sapa Dika begitu Yara mengangkat panggilan darinya.

"Wa'alaikumssalam, kenapa bang nelpon gue?"

"Gimana keadaan lo? Udah mendingan apa belum dut?"

"Udah, lo masih lama bang baliknya?"

"Iya dut, masih lama banget. Oiya, gue denger-denger lo jadian yaa dut sama Vano?" Kata Dika sambil menahan emosinya, sesungguhnya ia sangat lah marah begitu mendengar berita Yara jadian dengan si brengsek Vano. Namun apa daya, ia tidak mungkin memarahi sahabat tersayangnya, tidak sampai hati ia memarahi Yara.

Gadis itu menghentikan langkahnya begitu mendengar nama Vano disebut-sebut, ia memutar bola mata jengah. Pasti laki-laki itu telah mengadu kepada Dika perihal hubungannya dengan Vano. "Pasti Radit deh yang udah ngadu ke lo."

Terdengar helaan nafas lelah di seberang sana, "Bukan dut, justru gue mau nanyain di mana si Radit sama lo. Dia itu---"

"Ngapain lo nanyain dia ke gue, emangnya gue mak nya dia yang tau dia ada di mana." Potong gadis itu cepat begitu Dika menanyakan keberadaan Radit kepadanya. Ia masih sangat-sangat kesal dengan laki-laki itu, pertama karena ketidaksukan Radit terhadap hubungannya dengan Vano dan yang kedua karena laki-laki itu melarang dia untuk pulang lebih awal.

"Jutek amat yaaa jawabnya, biasa aja kali duuttt. Gue kan cuman nanya, yaa siapa tau gitu lo lagi sama Radit, berhubung ini hari Sabtu kan jadwalnya lo sama dia ngelatih paskib."

"Gue lagi bete sama dia." Kata Yara sambil kembali melanjutkan langkahnya dan kali ini ia benar-benar mempercepat langkahnya setelah tadi berhenti beberapa saat untuk berbincang dengan Dika.

"Bete kenapa? Dia ngapain lo? Nyakitin lo yaaa? Waaah berani-beraninya tuh orang buat nyakitin lo, padahal kemaren janjinya mau ngejagain lo." Dika mendumel sendiri di seberang sana.

"Gue bete karena dia ngelarang hubungan gue sama Vano." Jawab Yara dengan nada judes nya.

"Ya bagus lah kalo gara-gara itu." Ujar Dika semangat, mendukung 100% pendapat Radit. "Gue sendiri pun nggak setuju Yar lo jadian sama Vano, dia itu nggak baik buat lo. Inget Yar, dia pernah nyakitin lo, apa lo---"

"Iya dia emang pernah nyakitin gue, tapi itu kan dulu bang bukan sekarang. Lagian dia itu udah berubah, udah minta maaf juga ke gue dan nyesel karena pernah nyakitin gue dulu." Lagi-lagi Ayara kembali membela Vano mati-matian di depan sahabatnya.

"Dan lo percaya sama dia?"

"Gue percaya 100% kalo dia nggak bakal nyakitin gue untuk yang kedua kalinya." Jawab gadis itu mantap, ia benar-benar sudah terlalu jatuh cinta kepada sosok Vano.

Kembali Dika menghela nafas lelah, benar-benar keras kepala sekali gadis ini. "Yaudah kalo emang lo percaya sama dia, gue menghargai itu. Tapi inget satu hal Yar, sampe dia nyakitin lo sekali lagi, lo jangan pernah halangin gue buat nonjokin itu orang." ujar Dika tegas, ia benar-benar tidak akan tinggal diam melihat sahabatnya disakiti oleh Vano untuk yang kedua kalinya.

DILAMAR(?) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang