Part 25

4.4K 232 5
                                    

Sepanjang perjalanan tak henti-hentinya Aul memanjatkan doa kepada sang Maha Mengetahui, Allah SWT, ia berharap semoga tidak ada hal buruk yang akan menimpa sahabatnya ini. Akram sesekali melihat ke belakang melalui kaca kecil yang terletak di atas dashboard mobil untuk melihati kondisi gadis yang tengah tidak sadarkan diri itu, Alif pun berusaha sebisanya agar segera sampai di rumah sakit terdekat dengan cepat namun tetap hati-hati.

Begitu sampai di depan pintu masuk UGD, Alif segera turun dan berlari untuk meminta bantuan para suster yang tengah berjaga. Mereka pun langsung sigap membawa brangkar dan mengangkut tubuh lemas Ayara. Akram turun dari mobil diiringi Aul. Beberapa suster membantu mengangkat tubuh Yara dan segera dibawa ke dalam untuk mendapatkan pertolongan pertama.

Begitu rombongan mereka melewati pintu masuk, terdapat dua orang dokter yang tengah sibuk bercakap-cakap. Yang satu terlihat masih sangat muda, mungkin baru berumur 22 tahun, sedang yang satu lagi terlihat sudah berumur, seperti dokter senior.

Mendengar adanya keributan di dekat mereka membuat perhatian mereka berdua teralihkan sejenak untuk melihat apa yang sedang terjadi. Begitu brangkar yang membawa Yara melewati kedua dokter tersebut, si dokter muda tadi membeku di tempat seketika.

Wajah itu, wajah yang selama ini ia rindukan. Wajah yang selalu menghantuinya, dan tak sengaja ia melihat badge name yang terpasang di baju gadis itu. Di sana tertera dengan sangat jelas nama seorang gadis yang sangat ingin ia temui begitu ia sampai di Jakarta, Ayara Zameena I.

Seakan tersadar dari sesuatu, si dokter pun ikut berlari mengikuti rombongan itu. "Biar saya saja yang menangani pasien ini, saya kenal dengan dia." ujar sang dokter dengan penuh percaya diri. Para suster yang mendorong brangkar itu mengangguk mantap, namun tidak dengan tiga pasang mata yang tengah menatap dokter itu penuh tanda tanya, siapa lagi kalau bukan Aul, Alif, dan juga Akram.

Tanda tanya tecetak jelas di dahi mereka bertiga, bagaimana bisa dokter ini mengaku kenal dengan Ayara sedang mereka saja tidak pernah bertemu. Dan Yara sendiri tidak pernah bercerita kepada Aul bahwa dirinya punya kenalan seorang dokter muda yang, ehm...tampan.

Begitu brangkar itu memasuki sebuah ruangan khusus untuk menangani pasien gawat darurat, mereka bertiga menunggu di depan ruangan dengan perasaan risau. Dokter itu dengan sigap memeriksa dan menangani kondisi gadis yang terlihat sangat pucat ini, gadis yang selama ini ia rindukan di pulau seberang sana.

Ia sama sekali tak menyangka bahwa akan seperti ini pertemuan pertamanya dengan gadis itu, dimana ia yang berperan menjadi dokter, dan gadis itu yang menjadi pasiennya. Padahal selama ini ia selalu berharap bila bertemu dengan gadis ini dalam suasana yang bisa dibilang romantis, namun apa daya, takdir berkata lain.

***

Pintu ruangan itu terbuka, dan muncullah si dokter tadi. Aul dan Alif langsung menghampiri dokter itu, "Bagaimana keadaan sahabat saya dok? Dia baik-baik saja kan?" tanya Aul terdengar khawatir.

Dokter itu menghela nafas, "Sebelumnya saya mau tanya, dimana keluarganya Yara?" dokter itu menanyakan keberadaan kedua orang tuanya Yara, ia bahkan menyebutkan nama Yara dengan sangat baik, seolah sudah kenal lama dengan gadis itu.

"Keluarganya sedang dalam perjalanan menuju sini dok." jawab Alif.

"Baiklah, Yara tidak apa-apa, dia hanya kecapekan saja. Mungkin, kegiatan paskibnya di sekolah sudah membuat dia sampai seperti ini. Selain itu, akibat pola makan yang kurang teratur membuat maag dia kambuh. Dia harus dirawat di sini dulu untuk beberapa hari ke depan, supaya saya bisa pantau kondisi kesehatannya." jelas dokter tersebut mengenai kondisi Yara.

"Saya permisi dulu, mau mengurus administrasi Yara karena habis ini dia akan dipindahkan ke ruang rawat inap supaya mendapatkan penanganan lebih lanjut." ujar dokter tersebut sebelum berlalu meninggalkan mereka bertiga.

DILAMAR(?) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang