Ayara mendengus kesal membaca sebuah pesan yang masuk ke ponselnya. "Gimana gue mau tidur kalo dari tadi lo gangguin mulu." ocehnya sendiri sambil membuang asal ponsel tersebut ke atas kasur.
Ayara berjalan ke arah jendela kamarnya, ia membuka lebar jendela itu yang membuat angin berhembus lembut seketika menerpa wajahnya. Ia tersenyum sambil memejamkan mata, merasakan hembusan-hembusan angin malam ini.
Lagi-lagi pikirannya kembali melayang ke masa lalu, dirinya seakan terhempas kembali pada kejadian dulu, dimana dia kembali menangis akibat seorang lelaki.
Ia kembali menghela nafas lelah, sudah cukup rasanya gadis itu membuang waktunya percuma hanya untuk menangisi kejadian yang sudah terjadi dan takkan pernah bisa ia ulang kembali. Yara kembali menutup jendela kamarnya dan berbaring di atas kasur.
Hari semakin larut, tapi ia masih terjaga. Akhirnya ia memutuskan untuk membalas pesan Vano.
Lama ia chat an dengan Vano hingga akhirnya Yara terlelap begitu saja dengan tangan yang masih memegang ponsel.
***
Ada yang berbeda dengan pagi ini dibanding biasanya, semua mata terlihat memperhatikan dua sejoli yang asik bercengkrama sambil berjalan di lorong lantai satu. Mereka tertawa bersama seakan tak pernah ada masalah diantara mereka berdua, seolah hubungan mereka baik-baik saja sejak dahulu kala.
Gita yang saat itu tengah berdiri di depan kelasnya pun menoleh begitu mendengar suara tawa yang tampak tak asing baginya, di sana, ia melihat Vano tengah tertawa bersama Ayara, terlihat bahagia sekali mereka berdua.
Melihat itu pun membuat hatinya sakit seketika dan memilih masuk ke dalam kelas dari pada harus melihat pemandangan di hadapannya. Vano tidak langsung ke kelasnya yang terletak tidak jauh dari kelas Yara. Ia mengantar Ayara ke kelasnya dulu dan memastikan bahwa gadis itu sudah sampai di kursinya dengan selamat tanpa kurang apapun.
"Gue ke kelas dulu ya Yar, nanti kalo lo mau ke kantin kabarin gue aja." ujar Vano sambil berusaha mengontrol sisa tawanya sambil menatap Yara lembut.
Yara pun masih tertawa kecil dan hanya mengangguk sekilas sebagai jawaban atas ucapan Vano, laki-laki itu kemudian mengelus lembut puncak kepala Yara sebagai tanda sayang sebelum berlalu meninggalkan gadis itu.
Saat hendak keluar kelas, tanpa sengaja Vano berpapasan dengan Aul yang nampaknya baru saja tiba di sekolah, terlihat dari tas yang masih berada tepat di punggungnya serta binder yang selalu ia bawa kemana-mana. Aul memandang sinis Vano yang dibalas dengan tatapan dinginnya sebelum berjalan begitu saja melewati Aul tanpa memandang sedikitpun sahabat Yara itu.
Setelah memastikan bahwa musuhnya itu sudah pergi jauh, Aul berjalan memasuki kelas dan melihat sahabatnya tengah senyum-senyum sendiri. Yara yang menyadari kedatangan Aul pun mengajaknya agar segera duduk, ia ingin menceritakan hubungannya dengan Vano yang tampak semakin membaik kepada kedua sahabatnya, namun sayang Sesil masih belum datang rupanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DILAMAR(?) [TAMAT]
SpiritualAyara : Berawal dari keisengan belaka, hingga suatu peristiwa tak terduga berhasil mengubah hidupku kedepannya. BELUM DIREVISI Rank : #1 in Motivasi (20-05-18) #38 in spiritual (11-05-18) #47 in spiritual (25-04-18) #51 in spiritual (09-03-18) #52...