Part 18

5K 230 14
                                    

Bbbuuugggg

Terdengar suara seperti orang menonjok tembok di seberang sana. "Sialan tu orang berani-beraninya dia nyakitin lo!!!" Maki orang itu dengan penuh emosi sambil sesekali tangannya kembali menghantam tembok terdekat untuk meluapkan emosinya.

Sedangkan lawan bicaranya menghela nafas lelah, lelah akan semua permasalahan yang silih berganti hadir di hidupnya. "Udah lah bang, bukan salah dia kok. Mungkin gue nya aja kali yang terlalu berharap sama dia makanya gue balik sakit hati lagi." Tutur gadis itu dengan suaranya yang terdengar lemah.

"Nggak!! Nggak bisa gitu lah! Enak aja tuh orang udeh dateng seenak jidatnya trus tiba-tiba pergi juga sesuka hatinya, mending perginya bawa kabar bahagia, lah ini malah ninggalin rasa sakit!!"

Laki-laki itu menarik nafasnya sejenak lalu menghembuskannya dengan kasar. "Gue nggak terima ya Yar dia nyakitin lo kayak gini. Oke gue bersyukur gara-gara dia lo bisa berubah kayak gini, tapi kenapa malah dia juga yang nyakitin lo sampe kayak begini Yar.." ujar laki-laki itu lelah. "Dia bukannya udah janji mau ngelamar lo? Terus kenapa tiba-tiba dia ngingkarin janjinya itu, nggak gentle banget tau nggak sih! Cowo bukan sih dia, banci kali dia itu makanya bisa ngingkarin janji."

"Dia dijodohin Dik, bukan atas dasar kemauannya dia ninggalin gue." Bela Yara kepada Dika. Saat ini mereka sedang melakukan curhat session via free call melalui aplikasi Line, dan Yara sudah menceritakan semuanya kepada satu-satunya sahabat lelaki yang dia punya.

"Stop buat belain dia deh Yar!" Bentak Dika tanpa sadar. Yara terperangah mendengar bentakan Dika barusan, ini merupakan kali pertama Dika membentaknya selama mereka bersama.

Dika mengerang frustasi di seberang sana, ia mengambil nafas panjang dan menghembuskannya perlahan berusaha mengontrol emosinya. "Maaf Yar, bukan maksud gue buat ngebentak lo. Lo tau kan kalo gue sama sekali nggak bisa ngeliat lo diginiin sama orang lain. Gue paling nggak bisa ngeliat lo nangis cuma karena cowo brengsek yang udah nyakitin lo. Gue sayang Yar sama lo, sayang banget malah sampe-sampe gue rela jadi tameng lo demi ngelindungin elo biar nggak terluka." Ujar Dika tulus dengan nada sangat lembut seolah takut menyakiti perasaan sahabatnya itu.

Yara terenyuh mendengan ucapan Dika barusan, tanpa sadar senyum mulai mengembang di wajahnya walau pun tidak semanis biasanya, masih ada awan mendung yang mengelilingi hati gadis itu. Dan Dika juga kedua sahabatnya berusaha menjadi matahari yang akan menyinari hati sahabatnya dengan perasaan hangat serta mengusir jauh-jauh awan mendung tersebut.

Terkadang manusia itu lupa akan rezeki yang Allah berikan kepada mereka, lupa bersyukur dan malah membuat mereka menjadi kufur akan kenikmatan yang didapat.

Memiliki sahabat baik yang selalu setia berada di sisimu juga merupakan bagian dari rezeki yang Allah berikan kepada mu, untuk itu, Yara bersyukur sekali bisa memiliki dua sahabat serta Dika yang selalu setia menemaninya dalam keadaan apapun. Yara selalu bersyukur dan berdoa kepada Allah agar mereka bisa tetap bersahabat hingga kehidupan mereka berpindah ke akhirat nanti.

***

Pagi itu Yara kembali termenung di kursi kelasnya, sedangkan kedua sahabatnya tengah sibuk membuat tugas yang harus dikumpul hari itu juga dan kebetulan Yara sudah selesai mengerjakannya sejak 10 menit yang lalu.

Sebentar lagi waktu istirahat tiba, waktu yang sangat dinanti para siswa. Sebagian dari mereka bahkan sudah bergegas menuju kantin karena kelas mereka tidak ada guru yang mengajar, Sesil dan Aul mengeluarkan bekal yang mereka bawa, sedangkan Yara masih termenung sambil sesekali membuka lockscreen ponselnya berharap ada pesan masuk dari Ardi yang menyatakan bahwa perjodohannya batal dengan perempuan pilihan kedua orangtuanya.

DILAMAR(?) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang