Sabtu ini, masih sama seperti sabtu-sabtu lainnya. Masih ada waktu 10 menit lagi bagi Yara untuk menunggu Radit menjemputnya. Pagi ini Yara merasa sangat bersemangat dalam beraktivitas, senyumnya selalu terukir indah di wajahnya. Pasalnya, impian yang ia inginkan sudah menemui jalannya. Impiannya untuk memiliki sosok pendamping seperti Ardi.
Kata-kata Ardi subuh tadi masih terngiang-ngiang di benak Yara. Setiap kali ia mengingat perkataan tersebut, ia selalu tersenyum seperti gadis gila.
"Ayara Zameena.. Saya tahu tidak sepantasnya saya berbicara seperti ini ke kamu. Namun, saya ingin kamu mengetahui sesuatu tentang saya, sesuatu tentang perasaan saya. Sejak awal saya membimbingmu belajar agama, saya merasa seperti sedang membimbing calon pendamping saya kelak. Setiap kali saya membimbingmu belajar mengaji, perasaan aneh ini pun muncul tanpa mampu saya halangi. Saya menyayangimu, dan saya hendak memuliakanmu. Tahukah engkau bahwa namamu lah yang selalu saya sebut di setiap sujud terakhir sholat malamku? Ya, saya selalu mendoakanmu kepada Rabb-ku, saya selalu menceritakanmu kepada sang pemilik hati. Saya tahu saya salah dengan berucap begini, maka dari itu, saya memintamu untuk menunggu kedatanganku dengan maksud dan tujuan untuk mengkhitbahmu. Saya harap kamu mau menjaga hati dan terus memperbaiki diri hingga tiba saatnya nanti saya meminta restu secara langsung kepada kedua orang tuamu." Ujar Ardi kepada Yara melalui Free Call.
Tin Tin
Radit membunyikan klakson motornya hingga membuat Yara terlonjak dan memberenggut kesal. Yara berjalan menghampiri Radit sambil menghentakan kaki dengan kesal, laki-laki itu sudah menghancurkan potongan-potongan impiannya dengan suara bising klakson motor itu.
"Senyum-senyum sendiri kayak orang gila lo lama-lama gue liat hahaha." Radit meledek Yara karena dari tadi ia melihat gadis itu tersenyum sendiri, tetapi di lain sisi ia penasaran dengan alasan dibalik senyuman itu.
"Berisik! Ayo jalan!" Ujar Yara yang kemudian menaiki kursi belakang motor Radit.
***
Suasana latihan terasa lebih santai dari biasanya, karena Yara tidak terlalu banyak ambil alih pada latihan kali ini. Di saat Radit tengah fokus melatih anak didik mereka, Yara diam-diam mengambil ponselnya dan memfoto Radit dengan tangan membentuk tanda Love ala Korean Style dan mengunggahnya di snapstory miliknya dengan caption "Saranghae❤"Ia terkikik melihat hasil fotonya, 'untung aja tuh robot nggak sadar lagi difoto-foto' gumamnya sangat pelan hingga hanya mampu didengar oleh dirinya dan Allah saja.
Radit menoleh dan mendapati Yara tengah asyik bermain ponsel sambil tersenyum sendiri, melihat hal itu ia merasa penasaran dan berjalan dengan langkah sangat pelan menghampiri gadis itu. Sebelumnya, ia menyuruh salah satu anak didik mereka untuk mengambil alih pasukan untuk latihan mandiri.
"MAEN PONSEL MULU LO!!" Seru Radit sengaja mengagetkan Yara. Yara terlonjak seraya mengelus pelan dadanya, berusaha menetralkan detak jantungnya yang mendadak berdetak lebih cepat akibat ulah Radit. Ia menoleh dan tersenyum manis. "Kenapa? Sirik ya liat gue udah bebas dari tugas? Mau ikutan juga ya? Haha gambreng dulu sini kalo mau ikutan gue. " Ujar Yara sambil memeletkan lidahnya meledek Radit.
Radit kaget melihat Yara meledeknya, ia tersenyum namun hanya sedetik dan kembali memasang wajah datarnya. "Lo nanti pulang sendiri, gue nggak mau nganterin lo." Ujarnya dingin lalu berjalan meninggalkan Yara yang terbengong melihat reaksi Radit.
"Radiiiittttttt ih kok lo gitu sih." Yara berteriak sambil menghentakkan kaki kesal, sedangkan Radit tersenyum jahil dibalik punggungnya. Semua anak didik mereka hanya tersenyum melihat kelakuan kedua pelatih mereka, memang sudah sangat biasa Radit dan Yara berlaku demikian, dan hal itu menjadi hiburan tersendiri bagi mereka.
Merasa dihiraukan Radit, Yara berlari kecil seraya menghampiri laki-laki ternyebelin sepanjang hidupnya Yara sambil berteriak memanggil namanya. Semakin Yara bergerak menghampiri Radit, semakin jauh pula laki-laki itu dan mempercepat langkahnya. Lelah Yara mengejar Radit, akhirnya ia melepas sebelah sepatunya dengan niatan melempar sepatu tersebut ke arah makhluk gaib itu. Namun gerakannya terhenti karena memori di otaknya kembali menayangkan adegan yang sama di sekolah Yara.
Flashback On
Saat itu Radit tengah berkunjung ke sekolah Yara, namun seperti biasa, mereka kembali bertengkar dan Yara melempar sebelah sepatu sekolahnya ke arah Radit dengan penuh emosi.
Namun sayang, sepatu tersebut tidak mengenai sasaran. Yara meringis dan menepuk pelan jidatnya. Radit menghampiri sepatu tersebut dan berlari sambil membawa sepatu itu keliling lapangan basket.
Yara terperangah melihat kelakuan Radit, refleks dirinya berlari mengejar si cowok menyebalkaan itu. Bak atlet basket profesional, Radit mengoper sepatu Yara dengan gerakan sangat atletis dari tangan kanan ke tangan kiri. Ia berputar-putar seolah sedang menghindari lawan yang ingin merebut bola. Sementara sang empu sepatu masih terus berlari mengejar Radit dengan sebelah sepatu di kaki kirinya.
Radit sengaja berlari mengelilingi lapangan basket dengan tujuan membuat Yara lelah sekaligus melatih kemampuan berlari Yara yang terkenal sangat lemah. Si cowok nyebelin itu berlari mendekati ring dan sebagai pelengkap aksi main basketnya, ia melompat sambil melakukan tembakan ke arah ring dengan jarak 3 poin hingga sepatu Yara berhasil masuk ke dalam ring.
"Yes masuk!!" Ujarnya penuh semangat sambil bertepuk tangan.
Yara kaget melihat kelakuan makluk menyebalkan itu, ia menutup kedua mulutnya tak percaya melihat sepatu sekolahnya di lempar dan masuk ke dalam ring basket.
"Sepatu gue..." ujar gadis itu lesu.
Yara berjalan lemas ke arah ring dan mengambil sepatunya, lelah sehabis berlari tadi. Ingin ia memarahi laki-laki nyebelin itu namun tenaganya sudah terkuras habis, alhasil dia hanya berjalan melewati Radit lalu pergi meninggalkan sekolah.
Flashback Off
Yara bergidik mengingat kejadian itu, akhirnya ia hanya menghela nafas pasrah dan kembali sibuk dengan ponselnya.
Radit kesal merasa dihiraukan Yara, ia kembali menghampiri gadis itu dan dalam sekali gerak ponsel Yara sudah berada di tangannya.
Yara berdiri dan hendak mengambil ponselnya, namun Radit berlari menjauh dari gadis itu dan mengangkat ponselnya tinggi-tinggi sambil memasang wajah meledek Yara.
"RADIT BALIKIN PONSEL GUE IH!!!" Teriak gadis itu kencang hingga membuat anak-anak didik mereka menoleh dan memperhatikan kelakuan pelatih mereka.
Yara kembali berlari menghampiri Radit, ia melompat-lompat berusaha menjangkau ponsel nya namun gagal.
"Pendek sih, makanya nggak sampe hahahaha." Radit meledek Yara dan kembali meninggikan tangannya agar gadis itu tidak dapat meraih ponselnya.
"Radit ih balikin..." Rengek Yara sambil terus melompat berusaha menjangkau ponsel tersayangnya.
"Bodo.." Radit kembali meledek Yara.
Lelah dengan usaha yang tak kunjung berhasil, Yara terduduk di lantai dengan nafas tersenggal-senggal. Radit tertawa melihat wajah lelah Yara. Sebelum ia mengembalikan ponsel Yara, makhluk terngeselin itu sengaja membuka lockscreen ponsel Yara dan tanpa sengaja ia melihat sebuah pesan masuk dari laki-laki yang menjadi pesaingnya.
Ardiansyah_
(Jangan lupa Dzuhur ya nanti, dan jangan lupa doain saya agar kita berjodoh😊😁)_10.58
Seketika ekspresinya berubah menjadi sangat-sangat datar dan menggenggam ponsel Yara sangat erat setelah membaca pesan tersebut, ia mengembalikkan ponsel tersebut ke empunya dengan menjatuhkannya ke pangkuan Yara yang masih terduduk.
Yara mendongak berusaha melihat ekspresi Radit, namun laki-laki itu langsung meninggalkan gadis itu dan kembali melatih anak didik mereka dengan perasaan cemburu di hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DILAMAR(?) [TAMAT]
SpiritualAyara : Berawal dari keisengan belaka, hingga suatu peristiwa tak terduga berhasil mengubah hidupku kedepannya. BELUM DIREVISI Rank : #1 in Motivasi (20-05-18) #38 in spiritual (11-05-18) #47 in spiritual (25-04-18) #51 in spiritual (09-03-18) #52...