Yara masih berusaha menyangkal apa yang dilihatnya, hingga pada detik berikutnya sebuah penyesalan kembali merayapi hatinya dengan perlahan tapi pasti.
Sup yang dibuatnya terjatuh hingga menimbulkan suara berisik, Yara menutup mulutnya dengan kedua tangan berusaha menahan isak tangisnya agar tidak terdengar.
Namun di sana, di depan sana Vano masih setia bermesraan dengan Gita. Gadis itu berlari meninggalkan dua orang yang masih setia dengan kegiatannya. Vano sadar akan kehadiran Yara, namun ia merasa bodo amat dengan gadis itu.
Benar, inilah cara Vano membalaskan dendam gita terhadap Yara. Dengan cara membuat gadis itu jatuh sejatuh-jatuhnya akan pesona dia, lalu mencampakkan gadis itu saat itu juga.
Dan ya, rencana yang sudah ia susun berhasil. Ia merasa bangga dengan apa yang diperbuatnya kepada Ayara, dan rasa bangga itu semakin bertambah begitu melihat ekspresi terluka dari wajah Yara.
"Selamat tinggal Ayara Zameena, semoga luka yang kali ini jauh lebih membekas di hati lo dibanding luka sebelumnya." ucap Vano dengan senyum sinisnya.
Yara berlari menjauhi pagar rumah Vano, air mata mengalir deras di pipinya, sesak di dada kembali menguasai hati.
Ia kembali patah hati, patah untuk yang kesekian kalinya. Gadis itu terus berlari hingga terdengar suara kumandang adzan maghrib, beruntung kompleks perumahan itu cukup sepi sehingga tidak ada yang melihatnya berlari sambil menangis karena sedang patah hati.
Cukup jauh ia berlari hingga akhirnya Yara jatuh terduduk sambil memeluk erat kedua lututnya, ia menangis di pinggir jalan.
Isakkan tangis itu terdengar begitu memilukan, ribuan pisau berhasil mengoyak hatinya hingga tak berbentuk, rasa sakit yang kembali hadir karena kebodohannya. Bahkan, luka di tangannya tidak sesakit luka di hatinya.
"Sakit... Sakit banget ya Allah... Kenapa Vano tega nyakitin aku lagi... Kenapa dia setega itu ya Allah... Apa salah ku? Kenapa dia terus menyakiti ku?" lirih Yara, sesak di hatinya semakin bertambah seiring isak tangis yang semakin keras.
Gadis itu menelungkupkan wajahnya sambil terus memeluk erat lututnya, air mata itu terus mengalir deras seakan tak mau berhenti.
Radit yang kebetulan tengah melintas di jalan itu merasa aneh, dari kejauhan laki-laki itu melihat seorang gadis menangis di saat maghrib seperti ini, semakin ia melajukan motornya, semakin jelas pula sosok perempuan itu. Ia sempat sedikit ragu hingga gadis itu sedikit mengangkat wajahnya untuk menghapus air mata yang masih mengaliri wajahnya, Radit tercekat melihat sosok itu.
Ia melajukan motornya dengan kencang dan menghampiri sosok tersebut, "Yara." panggil Radit.
Gadis itu menoleh, "Radit." balas Yara lemah, melihat itu Radit langsung memarkirkan motornya di pinggir jalan dan menghampiri gadis itu. "Radit.." panggil Yara lagi dengan suara yang semakin lemah, dunianya seakan terbalik melihat sosok gadis yang selama ini berusaha ia jaga sebaik mungkin menjadi seperti ini.
Menangis di pinggir jalan pada waktu maghrib, tidak pernah terbayangkan oleh Radit bahwa Yaranya akan seperti ini. Yara langsung menghambur ke pelukan Radit begitu laki-laki itu berada di sisinya, ia menangis sejadi-jadinya, meluapkan semua kekecewaannya kepada laki-laki itu.
"Sakit Dit..." ujar Yara di tengah-tengah isak tangisnya, Hati Radit terasa pilu mendengar rintihan Yara. Ia mengelus lembut punggung gadis itu, "Siapa Yar? Siapa yang udah bikin lo kayak gini?" tanya Radit, namun tidak ada jawaban dari Yara.
Gadis itu masih terus menangis, pelukannya pun semakin erat seolah-olah rasa sakit di hatinya semakin menyesekkan dada. "Vano Dit... Vano... Kenapa dia tega banget sama gue Dit? Salah gue apa sama dia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DILAMAR(?) [TAMAT]
SpiritualAyara : Berawal dari keisengan belaka, hingga suatu peristiwa tak terduga berhasil mengubah hidupku kedepannya. BELUM DIREVISI Rank : #1 in Motivasi (20-05-18) #38 in spiritual (11-05-18) #47 in spiritual (25-04-18) #51 in spiritual (09-03-18) #52...