Part 16 a

5.5K 266 2
                                    

Gadis itu berlari sambil sesekali melirik arloji di tangan kirinya, ia hampir terlambat datang ke acara itu. Di tengah aktivitas lari siangnya, ia mengeluarkan ponsel dari saku kirinya dan menghubungi seseorang.

"Assalamu'alaikum, lo di mana?" ujar gadis itu kepada lawan bicaranya dengan nafas tersenggal-senggal akibat berlari.

"Wa'alaikumssalam, gue udah di depan nih. Lo udah sampe mana?" Aul menjawab panggilan tersebut sambil melihat ke sekitar berusaha mencari keberadaan gadis itu. Saat ini dirinya tengah berdiri di depan pintu masuk gedung yang akan menjadi tempat kajian kali ini.

Dilihat dari luar gedung itu nampak biasa saja, seperti gedung pada umumnya dan terlihat tidak terlalu luas. Namun siapa sangka bahwa gedung itu mampu menampung 1.000 orang bahkan lebih untuk suatu acara, dan interior gedung itu pun cukup unik sehingga memiliki kesan tersendiri bagi pengunjung yang datang ke sana.

"Gue di perempatan jalan, tunggu bentar dikit lagi gue sampe." Gadis pelari itu mempercepat larinya agar segera sampai di tempat tujuan. Ia bisa melihat Aul tengah berdiri menanti kedatangannya, senyumnya terkembang karena tinggal beberapa langkah lagi ia sampai di tempat.

Aul mendengar suara derap kaki dan menoleh ke arah sumber suara, ia melihat sahabatnya tengah berlari ke arahnya.

"Lo nggak kenapa-kenapa kan Yar?" Aul bertanya khawatir melihat kondisi sahabatnya yang dibanjiri oleh peluh keringat.

Yara langsung memeluk sahabatnya begitu ia tiba di hadapannya, langkahnya sudah mulai goyah sebelum akhirnya ia menjatuhkan dirinya ke Aul yang untung dengan sigap menahan bobot tubuhnya agar ia tidak terjatuh ke tanah.

Yara menegakkan badannya kemudian mengelap peluh di dahinya sambil menyengir menatap Aul, "Gapape hehehe, biasa olah raga siang." candanya. Namun sahabatnya itu hanya menggelengkan kepala heran dengan tingkah lakunya.

"Lo kenape lari-lari segala sih? Lagian bukannya lo dianterin Radit ke sini? Mana si Radit? Kok gue nggak liat dia sih." Aul mengedarkan pandangan ke sekeliling berusaha mencari keberadaan Radit, namun hasilnya nihil.

Yara berusaha mengatur nafasnya sehabis berlari tadi. Setelah tenang, ia menarik sahabatnya dan memasuki gedung. "Tadi di perempatan situ macet banget, karena takut telat ya udah deh gue turun aja dari motornya Radit, terus lari ke sini, yaaa meskipun tadi tuh orang sempet marah-marah ke gue gara-gara gue turun dari motornya tiba-tiba." jelasnya.

Kesan pertama Yara saat masuk ke gedung tersebut adalah rasa kagum akan keindahan bagian dalam gedung, terutama dekorasinya yang dominan berwarna putih. Ia tertegun melihat banyaknya peserta yang hadir di kajian hari ini, ratusan manusia menempati ruangan itu, tidak bahkan jumlah peserta mencapai seribu lebih. Antusias peserta sangat terasa hingga ke diri gadis itu, tanpa sadar ia menjadi lebih semangat untuk mengikuti kajian ini apalagi kajian ini khusus untuk akhwat saja yang dimana tidak ada peserta ikhwan sama sekali.

Yara menarik Aul mendekat kearahnya. "Ul gue harus duduk di belakang dong kalo gitu? Liat aja, udah penuh banget." bisiknya di telinga sahabatnya itu.

Aul tersenyum dan balas berbisik ke gadis itu. "Tenang, apa gunanya sahabat lo di sini kalo nggak bisa bikin lo duduk di barisan depan." ujarnya dengan penuh percaya diri.

Aul membawa Yara ke barisan paling depan agar gadis itu bisa menyimak kajian dengan lebih jelas. Siapa tahu sepulang dari tempat itu, gadis itu bisa berubah menjadi pribadi lebih baik lagi. Setelah menunjukkan tempat yang di book khusus untuk sahabatnya, Aul meninggalkan Yara dan bergegas ke area belakang panggung untuk menyiapkan acara yang akan segera dimulai.

10 menit telah berlalu, sebentar lagi kajian akan dimulai kembali dengan hadirnya sosok yang diminati dan dinanti para jama'ah.

Aul berjalan menaiki panggung, hendak membuka kajian kali ini.

DILAMAR(?) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang