"Jadi, aku kapan boleh pulang Ar? Aku mau cepet-cepet pulang, gabetah lama-lama disini, makanannya nggak enak." celoteh gadis itu perihal keinginannya untuk segera keluar dari rumah sakit ini.
Arya yang baru saja selesai memeriksa kondisi gadis itu pun terkekeh, ia mengelus puncak kepala Yara lembut. "Mungkin besok pagi, tapi kita liat dulu kondisi kamu besok. Kalo semakin membaik, semakin cepet kamu pulang."
"Aku udah sehat kok Ar, seriusan deh... Udah nggak sakit lagi, boleh yaa aku pulang sekarang... Please.." Yara merengek di depan Arya, ia benar-benar sudah tidak betah bila harus berlama-lama di tempat ini.
Laki-laki itu tersenyum lembut, baru kali ini ia melihat secara langsung ekspresi Yara ketika sedang merengek. Lucu sekali ternyata, seperti anak kecil yang merengek meminta di belikan permen oleh ibu nya.
"Makanya jangan sakit lagi kalo nggak mau di rawat, dengerin nasihat orang buat berenti ngurusin paskib nya."
Gadis itu merenggut kesal, lagi-lagi topik harus berhenti dari paskib kembali di bahas.
Arya menarik bangku terdekat dan duduk di sebelah gadis yang tengah merajuk itu, ia melepas jas dokter yang melekat di tubuh atletisnya dan menggulung sebagian kemejanya hingga ke siku.
"Udah ah jangan cemberut gitu, nanti bibirnya makin monyong looh kayak bebek, mau bibirnya tambah maju?" ledek Arya yang membuat Yara kesal sekaligus senang disaat bersamaan.
"Nyebelin deh, masa aku di samain kayak bebek sih Ar..."
"Aku nggak nyamain, aku cuman ngingetin, beda looh nyamain sama ngingetin."
"Iya siih."
"Oh iya Yar, aku mau tanya sesuatu ke kamu boleh?"
"Boleh, mau nanya apa emang."
Arya terlihat sedikit ragu untuk mengutarakan pertanyaan yang memenuhi kepalanya belakangan ini, harus kah ia tanyakan sekarang, atau lebih baik nanti saja menunggu kondisi gadis ini lebih baik lagi dibanding sekarang.
"Kamu mau nanya apa Ar? Kok jadi diem, nggak jadi nanya emangnya?" Yara yang melihat keraguan di wajah Arya dan keterdiamannya laki-laki itu pun akhirnya bertanya.
"Oh ini... Aku mau nanya, alamat rumah kamu masih di tempat yang sama kayak waktu dulu kamu pernah kasih tau ke aku atau udah pindah lagi?" tanya Arya yang tentu saja berbohong, bukan itu sebenarnya pertanyaan yang akan ia ajukan. Namun, sepertinya ini bukan saat yang tepat baginya untuk bertanya hal yang bisa dibilang sensitif.
Gadis itu tampak berfikir sebentar, mengingat-ingat tentang alamat yang pernah ia beritahu Arya dahulu kala. Kemudian ia mengangguk mantap setelah ingat bahwa alamatnya masih sama seperti alamat yang dulu.
"Syukurlah, jadi seandainya aku ada waktu luang nanti boleh kan aku main ke rumah kamu nanti?"
Ayara tampak menimbang sebentar, namun akhirnya ia kembali mengangguk pertanda mengizinkan laki-laki itu untuk berkunjung ke rumahnya.
"Kamu mau Apel Yar? Biar aku kupasin kalo mau, inget loh kamu harus banyak makan buah biar cepet sembuh." tawar Arya, belum sempat gadis itu menjawab ia sudah mengambil sebuah Apel yang berada di nakas.
Lagi-lagi kembali hening, Arya sibuk mengupas buah tersebut dan Ayara lebib memilih diam di tempatnya dan memperhatikan laki-laki di depannya itu dengan serius.
'apa masih ada nama dia yaaa di hati gue? Atau gue udah mulai bisa lupain dia sepenuhnya?' pikir gadis itu dalam hati.
Di tengah keheningan itu, terdengar suara pintu yang di buka. Dan tak lama muncullah sosok Radit dengan wajah datar, laki-laki itu membawa sekotak buah-buahan yang masih segar, terlihat dari warna buah itu dan kondisi buah yang masih bagus.
KAMU SEDANG MEMBACA
DILAMAR(?) [TAMAT]
SpiritualAyara : Berawal dari keisengan belaka, hingga suatu peristiwa tak terduga berhasil mengubah hidupku kedepannya. BELUM DIREVISI Rank : #1 in Motivasi (20-05-18) #38 in spiritual (11-05-18) #47 in spiritual (25-04-18) #51 in spiritual (09-03-18) #52...