Part 33

3.7K 200 41
                                    

Kehidupan sekolah yang membosankan kembali harus dijalani oleh Yara dan kawan-kawannya, mereka sudah lelah karena terus-terusan diberikan tugas yang tidak ada habisnya.

Bila pepatah mengatakan "Mati satu tumbuh seribu" kira-kira seperti itulah kondisi tugas yang harus mereka kerjakan, baru saja selesai mengerjakan tugas yang ini, tidak lama tugas yang lain pun muncul dan begitu seterusnya hingga tugas mereka bertumpuk bak gunung.

"Capeeeeekk wooyyyy... Keriting udah nih tangan gue dari tadi nulis kagak kelar-kelar." Ayara mengeluh sambil melakukan peregangan pada otot-otot tangannya.

Sedangkan kedua sahabatnya, Sesil dan Aul masih sibuk mengerjakan tugas-tugas mereka. "Kapan selesainya coba, kalo tiap abis nyelesaiin satu tugas eeeehhhh tugas lain dateng lagi." kembali gadis itu mengeluh, kali ini ia menelungkupkan wajahnya ke atas meja sambil memasang wajah lelah.

"Berisik Yar, kalo lo ngeluh terus yang ada nggak bakal selesai itu tugas." ujar Aul masih terfokus pada tulisannya.

"Mending lo lanjutin lagi itu tugas biar cepet selesai, atau nggak istirahat dulu bentar abis itu lanjut lagi." Sesil memberi saran.

Gadis itu tampak menimbang saran dari Sesil sebelum akhinya ia memutuskan untuk kembali menelungkupkan wajahnya, "Oiya gue udah cerita belom sih ke kalian kalo gue jadian sama Vano?" kata Yara, kedua sahabatnya yang mendengarkan merasa tidak mengerti apa yang gadis itu katakan barusan.

"Lo ngomong apaan si? Nggak jelas suaranya." Aul berkata sambil terus sibuk dengan buku juga pulpen di tangannya.

"Tau Yar, kalo ngomong jangan ditutupin gitu mukanya. Nggak jelas suara lo jadinya." timpal Sesil.

Kembali Yara menengadahkan kepalanya dan menatap kedua sahabatnya sebal, "Gue jadian sama Vano." ujar gadis itu.

Kalimat barusan berhasil mengalihkan perhatian kedua sahabatnya dari tugas-tugas mereka, Aul merasa geram mendengar kabar buruk itu. Sedangkan Sesil, gadis itu lebih memilih meredam emosinya dengan menarik nafas panjang dan menghembuskannya secara kasar .

"Apa lo bilang? Lo jadian sama Vano?" tanya Aul cukup keras, kentara sekali kalau ia sudah mulai emosi.

Yara hanya mengangguk mantap sebagai jawabannya, "Sejak kapan?" tanya Aul sembari berusaha meredam emosinya.

"Jumat kemaren."

"Oohh..." Aul menanggapi dengan singkat.

"Lo setuju kan gue jadian sama Vano?" tanya Yara dengan polos.

"Gimana ya? Sebenarnya gue kasihan sih sama lo, hijrah lo gak guna." ucap Aul terdengar judes.

"Maksudnya?"

"Lo bilang lo udah berhijrah.  Apa yang hijrah? Pakaian doang? Kerudung lo tambah panjang? Itu bukan hijrah. Pemikiran lo, akhlak, adab sama sekali gak berubah. Percuma kemarin-kemarin lo ganti penampilan tapi gak sesuai dengan perilaku lo."

"Yar. Sadar Yar, lo udah kelewat jauh kalo kayak begini." Sesil berujar sambil merangkul sahabatnya yang keras kepala ini, sedangkan gadis itu nampak masa bodo dengan segala perlakuan kedua sahabatnya.

"Kenapa lo jadi begini si Yar? Sejak kapan lo mulai lupa sama agama lo sendiri?" Sesil bertanya lebih lembut meski dalam hatinya ia ikut merasa kesal dengan keputusan sahabatnya itu.

"Kenapa sih Sil, lo sama Aul itu nggak pernah ngedukung gue. Gue kan---"

"Siapa yang bilang kalo kita berdua nggak pernah ngedukung lo hah? Kita itu selalu ngedukung lo, cuma untuk kali ini aja kita bener-bener nggak dukung lo." potong Aul cepat.

DILAMAR(?) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang