Jangan pernah ingin terlibat dengan cinta yang salah, sungguh.. Rasanya sangatlah tidak enak, kau akan merasakan sakit yang tak terhingga karena cinta yang salah. -Ayara
Acara kembali dilanjut setelah jeda dzuhur, seorang narasumber sudah berbicara sejak tadi. Namun, sejak awal acara dimulai, Yara sama sekali tidak fokus pada apa yang disampaikan oleh si narasumber. Ia sibuk dengan pikirannya, terlebih setelah ia sadar bahwa Akram sudah hadir sejak tadi di panggung tersebut, berada tepat di depan poster dirinya.
Sesak di hatinya kembali menguasai diri, penyesalan itu hadir kembali. Sesekali ia melihat Akram, namun setiap matanya menatap laki-laki itu, rasa penyesalan itu semakin bertambah dan membuatnya sesak seketika.
Di sisi kiri dan kanannya, Sesil dan Aul duduk tenang dan fokus pada materi yang disampaikan, sedangkan ia kembali tenggelam akan luka di hatinya.
'Kenapa lo bego banget si Yar jadi orang? Kenapa lo harus sebodoh itu?! Lo liat noh di depan lo! Lo udah nolak laki-laki kayak dia demi laki-laki brengsek kayak Vano!!
Seharusnya lo dengerin apa kata sahabat-sahabat lo! Mereka itu udah ngingetin lo dari awal tapi tetep aja lo nya batu jadi orang! Sekarang liat kan hasilnya, lo balik sakit hati karena cinta yang salah. Bodoh lo Yar!! Lo bener-bener bodoh!' Maki Yara dalam hatinya, ia benar-benar menyesal akan tindakan bodohnya selama ini. Seharusnya ia lebih memilih mendengarkan nasihat sahabat-sahabatnya ketimbang mengikuti kata hatinya yang salah.
***
"Acaranya udah mau mulai lagi nih, kita mau keluar kapan?" tanya Aul pada kedua sahabatnya, "Mending sekarang deh Ul, kalo nanti-nanti takutnya keburu ramai." saran Sesil.
"Yaudah, yuk keluar sekarang aja." kata Aul sambil mengambit lengan kedua sahabatnya, mereka bertiga berjalan keluar dari ruang tunggu panitia khusus akhwat.
Ruangan ini tidak terlalu besar, tidak juga terlalu kecil. Di dalamnya terdapat beberapa panitia yang tengah sibuk mengerjakan tugas-tugas mereka, di sisi kanan ruangan terdapat camilan kecil untuk para panitia mengisi tenaga nya setelah bekerja di acara itu. Mereka bertiga bisa keluar masuk ke ruangan itu dengan mudah karena Aul merupakan salah satu dari panitia tersebut, ditambah keberadaan Bang Alif sebagai bagian dari panitia tersebut semakin memudahkan akses mereka untuk kesana kemari sesuka hati.
Baru beberapa langkah mereka keluar dari ruang tunggu, tiba-tiba terdengar suara laki-laki yang memanggil Aul. Ayara kenal akan suara itu, maka dari itu ketika suara itu memanggil nama Aul membuatnya berhenti dan terpaku di tempat.
Aul menghentikan langkahnya dan menoleh kebelakang, di sana Akram tengah mendekat ke arah mereka bertiga. Aul dapat melihat jelas bahwa sahabatnya terpaku di tempat dengan tatapan mata terkejut bercampur kekosongan, rupanya kekosongan masih mendominasi diri gadis itu.
Akram berjalan melewati Ayara tanpa menoleh sedikitpun ke arah gadis itu, Yara merasakan hatinya kembali dihujam oleh ribuan pisau tak kasat mata begitu melihat reaksi Akram akan dirinya. Sesil yang melihat kejadian itu berusaha menghibur sahabatnya, ia tahu pasti sulit bagi Yara untuk menerima kenyatan pahit yang ada, resiko akan perbuatannya sendiri.
"Ada yang ingin aku katakan, sambil jalan saja." ujar Akram ketika sampai dihadapan Aul. Gadis itu mengangguk dan berjalan berdampingan di depan sahabat-sahabatnya.
Yara masih terpaku di tempatnya hingga Sesil menepuk bahunya lembut, kembali menyadarkan dia akan dunia nyata.
Gadis itu mengjerap, Sesil dengan sigap langsung menarik lembut lengan sahabatnya dan kembali melanjutkan langkah mereka yang tertunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
DILAMAR(?) [TAMAT]
SpiritualAyara : Berawal dari keisengan belaka, hingga suatu peristiwa tak terduga berhasil mengubah hidupku kedepannya. BELUM DIREVISI Rank : #1 in Motivasi (20-05-18) #38 in spiritual (11-05-18) #47 in spiritual (25-04-18) #51 in spiritual (09-03-18) #52...