DuapuluhEnam

22 4 2
                                    

Seseorang berjalan melewati gundukan-gundukan tanah. Dengan sebuket bunga mawar merah ditangannya. Hingga ia berhenti di salah satu gundukan yang nisannya bertuliskan nama 'Alvina Dayita Delmora'. Orang tersebut menaruh bunga di batu nisan,lalu mengusap batu nisan tersebut sayang. Seakan-akan batu nisan itu adalah kepala dari orang yang sudah tertidur dengan tenang didalam gundukan tersebut.

"Hai kembaran gue yang bawel. Apa kabar?" ucap Alvino dengan setetes air mata jatuh di pipinya. Ya, orang itu adalah Alvino. Alvino menyeka air mata di pipinya.

"Gue kangen sama lo. Lo kangen gue gak?" ucap Alvino yang tidak dibalas oleh siapapun dan Alvino hanya bisa tersenyum sedih menatap nisan yang ada dihadapannya.

"Lo tau gak? Entah kenapa saat gue bangun tidur tadi perasaan gue gak enak. Kaya bakal ada sesuatu yang terjadi. Gue jadi inget beberapa tahun yang lalu yang pernah gue rasain dan ternyata lo pergi ninggalin gue. Apa dengan munculnya perasaan ini bakal ada yang ninggalin gue lagi kaya lo?" ucap Alvino panjang lebar yang hanya dibalas oleh hembusan angin.

"Lo tau gak? Waktu lo pergi gue kaya kehilangan separuh jiwa gue. Dan gue gak mau ini terjadi untuk yang kedua kalinya. Gue gak mau kehilangan orang yang gue sayang untuk kedua kalinya. Entah kenapa perasaan ini sangat kuat dan bikin gue makin takut bakal kehilangan seseorang yang entah orang itu siapa" ucap Alvino lalu setetes air mata kembali menetes di pipinya. Alvino menyeka air mata itu lalu mencium batu nisan itu sayang.

"Gue sayang lo. Dan semoga gue gak bakal kehilangan orang yang kaya lo untuk yang kedua kalinya. Gue balik dulu ya. Gue bakal balik lagi kesini" ucap Alvino lalu berdiri dari duduknya lalu pergi meninggalkan gundukan tersebut. Namun langkahnya terhenti saat melihat seseorang dengan sebuket mawar merah ditangannya dan seulas senyum dibibirnya.

"Hai No. Bisa kita ngomong sebentar?" tanya orang itu. Tanpa pikir panjang Alvino pun menganggukan kepalanya setuju.

-DeepLoss-

"Apa kabar?" tanya Adrian memecahkan keheningan diantara mereka. Ya, orang yang bertemu dengan Alvino di pemakaman adalah Adrian. Setelah pertemuan mereka tadi di pemakaman Alvina. Mereka memutuskan untuk mengobrol di kafe dekat rumah Alvira.

"Seperti yang lo liat" ucap Alvino yang dibalas senyuman oleh Adrian.

"Kenapa lo jauhin Galang?" tanya Alvino membuat senyum Adrian luruh seketika.

"Come on No dia yang udah bunuh adek lo. Udah bunuh orang yang gue sayang. Gue udah mati rasa saat tau Alvina mati dan yang lebih parah lagi sahabat gue sendiri yang ngebunuh" ucap Adrian dengan tawa sinis.

"Itu semua kecelakaan. Lo gak bisa salahin Galang. Karena bukan sepenuhnya salah Galang" ucap Alvino membuat Adrian berdecak kesal.

"Lo tau apa?! Lo gak ada saat kejadian itu terjadi!" ucap Adrian marah.

"Lo yang gak tau apa-apa disini! Lo gak pernah dengerin penjelasan dari Galang! Lo selalu tutup kuping dengan kejadian meninggalnya Alvina! Denger Yan lo udah kehilangan Alvina, jangan sampai lo kehilangan sahabat lo yang ke dua kalinya, karena lo bakal nyesel nantinya! Kalo lo tau fakta yang sebenarnya!" ucap Alvino kesal lalu berdiri dari duduknya meninggalkan Adrian yang termenung di bangku kafe.

Tanpa mereka berdua sadari ada yang mendengar pembicaraan mereka. Dan satu tetes airmata jatuh dilanjuti dengan tetes mata selanjutnya. Orang itu menangis.

"Ini semua salah gue" ucap orang itu lirih lalu bangun dari duduknya dan berjalan meninggalkan kafe.

-DeepLoss-

Alvira mengambil beberapa cemilan di supermarket tanpa memperdulikan orang-orang disekitar menatapnya. Ia melihat keranjang belanjaan yang sudah penuh dengan berbagai makanan. Langsung saja ia berjalan menuju kasir untuk membayarnya. Setelah membayar belanjaannya Alvira berjalan menuju taman dekat supermarket tersebut.

DeepLossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang