L I E -10-

20 5 0
                                    

Kemalasan yang hakiki itu ketika hari Minggu tidak ada yang ngajak keluar. Apalagi tidak ada tugas rumah yang harus dikerjakan. Apalagi orang yang 'katanya' pacar pun tidak mengabari. Padahal sebelum-sebelumnya orang itu men-spam Layla.

"Kak, anterin ke toko buku, yuk!" teriak Kayla dari kamarnya.

Mata Layla berbinar senang. Baru kali ini suara adiknya terdengar seperti nyanyian surga. "Ganti baju dulu!"

Layla membuka lemari bajunya. Menarik acak baju yang berada paling atas. Bodo amat kalau itu baru dicuci dan dipakainya lagi. Yang penting ganti baju.

Lima menit kemudian, Layla telah berdiri manis di depan pintu kamar adiknya. Begitu Kayla keluar, dia terkejut karena kakaknya menunjukkan wajah yang tidak mengenakkan. Hampir saja Kayla memukul wajah itu semisal Layla tidak menghindar begitu saja.

"Jangan ngagetin, deh, Kak," kata Kayla sebal.

"Ya maaf. Terlalu bersemangat, sih."

Kakak-beradik itu berjalan beriringan. Kayla terlihat feminim dengan dress floral berwarna putihnya. Rambutnya tergerai rapi. Juga flat shoes putih gading pemberian kakaknya terlihat pas di kaki Kayla.

Berbanding terbalik dengan Kayla, Layla tampak seperti gadis kurang aturan. Kaus biru tua bertuliskan 'Metallica' serta celana hitam selutut membuat penampilannya mirip dengan anak jalanan. Jika Kayla membawa sling bag, maka Layla lebih memilih membawa uangnya di saku. Atau paling tidak menitipkannya ke tas Kayla.

"Nah, itu anaknya. Layla, dicari temenmu."

Layla dan Kayla menoleh bersamaan. Beda orang, beda ekspresi. Layla menatap Devan datar. Tidak terganggu dengan kehadiran laki-laki itu. Di pikirannya saar ini, terbesit rasa senang karena mendapat sopir gratis. Di sampingnya, Kayla mengangkat sebelah alis. Tidak percaya jika kakaknya bisa menjaring laki-laki sekeren ini.

"Siapa, Kak?" tanya Kayla sambil berbisik.

"Sopir gratis. Ayo, buruan berangkat," jawab Layla sambil berbisik juga. Sedetik kemudian, dia mendatangi ibunya untuk pamit jalan-jalan. Ibunya mengiakan saja.

"Pake mobil lo aja. Yuk, Kay."

Devan menganga di belakang Layla. Padahal niatnya ke sini untuk jalan berdua dengan Layla. Eh, malah disuguhkan pemandangan kakak-beradik yang sudah naik ke jok belakang.

"Sabar ... Harus sabar ngadepin pacar kayak Layla," monolog Devan.

---

Layla menelan ludahnya untuk kesekian kali. Mengumpulkan keberanian untuk masuk ke ruang OSIS. Bukan karena dia takut. Tidak mungkin Layla merasa takut. Alasan kuatnya, karena OSIS itu isinya cogan-cogan yang hits. Beda dengan OSIS tahun lalu yang isinya anak serius pengurus organisasi.

"Ngapain masih berdiri di sini?" Devan muncul dari belakang Layla. Heran dengan kebiasaan gadis itu yang suka berdiri di depan pintu.

"Ayo, masuk," ajak Devan dan disambut Layla dengan langkah pelan. Suara-suara seperti dengungan lebah merasuki indra pendengaran Layla. Saat dia masuk, sebisa mungkin menahan diri untuk tidak mengeluarkan ponsel dan berselfie dengan ketua OSIS yang gantengnya setara sama Boy William.

"Layla!" pekik sang ketua OSIS, "sini, duduk sini."

Layla berjalan ke arah Rio –sang ketua OSIS– dengan canggung. Bisa dibilang Rio adalah mantan pacarnya. Akan tetapi, hanya orang-orang tertentu saja yang tahu.

Devan berdiri menyorot Layla dengan mata singanya. Alarm peringatan mulai berdendang di telinganya. Dia meringsek bangku di sebelah Layla. Mengusir gadis yang duduk di sana dengan amat-sangat-halus. Tujuannya hanya satu, ingin mendengar apa pembicaraan antara Layla dengan serigala-berbulu-domba-yang-kapan-saja-bisa-merebut-Layla.

"Lama nggak ketemu, La. Gimana kabar Kayla? Om Haris sama Tante Sandra? Rumah kamu masih di sana, 'kan? Akhir pekan sibuk nggak? Kalo enggak, jalan yuk."

Rentetan pertanyaan dari Rio membuat Layla tersenyum. Panggilan 'kamu' yang semakin membuat Layla ingat masa lalunya. Kenangan manis memang nggak mudah dilupakan. Apalagi kalau kenangannya seperti Rio.

"Mama, Papa, sama Kayla baik-baik aja. Rumahku masih di sana, masih ada pucuk merah di depan. Sekarang udah setinggi anak umur tujuh tahun. Dan untuk akhir pekan, gue nggak tahu ada jadwal apa enggak."

Rio tertawa lalu mengacak rambut Layla. Devan melirik itu. Hatinya panas melihat pacar-nya tertawa bersama laki-laki lain.

"Pak Ketos, jadi bahas kalender enggak?" tanya Devan sedikit sengit.

Rio mengangguk dan mulai membuka rapat untuk kalender baru. Rio bukan hanya tampan, tapi dia juga punya potensi untuk jadi pemimpin. Pantas jika banyak gadis naksir Rio pada pandangan pertama.

"Untuk foto-fotonya, ada yang usul mau seperti apa? Tahun ini udah foto organisasi yang terpampang. Tahun depan harus beda lagi. Mungkin dari perwakilan jurnalistik ada masukan?" Rio menatap Layla lembut. Untung hati Layla udah kebal sama tatapan Rio.

"Sekadar masukan, gimana kalau foto dari tiap kelas? Kalau foto organisasi lagi, nggak menutup kemungkinan seseorang bisa numpang wajah dua atau tiga kali. Sedangkan foto kelas bisa digunain untuk mengingat-ingat teman atau pentengin gebetan dari kelas lain. Untuk penutupnya kita edit beberapa acara sekolah, seperti class meeting atau lomba-lomba. Setelah itu, kita bikin quote di tengah yang besar. Biar bacanya bisa jelas."

Devan melongo melihat pemikiran Layla yang di luar batas imajinasinya. Dia sebagai ketua jurnalistik saja tidak kepikiran sejauh itu. Pantas saja Layla disukai banyak orang. Dia cukup adil kalau sudah mementingkan urusan orang lain.

"Bagus juga. Sarah, catat ide Layla. Mungkin ada lagi?" Rio tersenyum. Layla tidak berubah, pikirnya.

Tidak ada yang bersuara. Semua menggeleng. "Ya sudah. Tiga hari lagi kita rapat sepulang sekolah. Kalau tidak ada yang usul, kita pakai usul Layla. Terima kasih. Kalian boleh pulang."

Acara berkemas menjadi sedikit riuh. Tidak sabar untuk pulang ke rumah masing-masing. Tak terkecuali Layla.

"La, pulang bareng, yuk," ajak Rio. Sebelah tangannya digunakan untuk menahan lengan Layla.

Devan reflek menjauhkan tangan Rio. "Jangan godain pacar gue atau elo mau tahu rasanya dihajar," ancam Devan.

Seisi ruangan terdiam mendengar fakta ini. Jadi, kembarannya salah satu cogan sekolah dan salah satu gadis-idaman pacaran?

———————————

Selamat berkenalan dengan Rio. SMA Angkasa isinya cogan semua. Nggak kayak punya ....

I'd LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang