L I E -12-

16 3 0
                                    

"Gimana UAS terakhirnya?" tanya Gitta sambil meletakkan pesanan Layla. Mengambil tempat di depan gadis itu.

"Biasa aja. Kayak UAS-UAS sebelumnya." Layla menyeruput cappucino-nya. Rasa pahit-manis mengecap di lidahnya. "Gue mau ikut kemah yang diadain anak OSIS. Lo mau ikut, nggak?"

"Lah, gue, kan, nggak sekolah di sana. Emang boleh?"

"Kalo elo mau, gue bantuin cari izin. Anak-anak OSIS itu temen gue semua." Layla berkata dengan bangga. Gitta hanya memutar bola mata malas.

"Git, meja nomor 10!" teriak teman seperjuangan Gitta dari kasir.

Gitta pamit sebentar untuk mengantar pesanan. Sembari menunggu Gitta melayani pelanggan, Layla membuka Instagram di ponselnya. Tidak ada yang menarik. Layla menutup kembali aplikasi itu. Dia menyimpan ponselnya lalu memandang ke jalanan. Anak-anak berseragam putih-biru berlalu-lalang lewat.

Sampai seseorang membuka pintu kafe secara paksa. Membuat pelanggan dan pelayan kaget. Orang itu duduk di kursi depan Layla. Wajah babak belurnya menjelaskan kalau orang itu baru saja adu jotos. Yah, itu malah membuat Layla senang karena tidak perlu bersusah payah meninju wajah Aldo.

"Siapa yang make-up-in elo? Hera? Atau anak yang dulu elo hajar? Keren amat bisa biru-biru gitu," ledek Layla tepat mengenai sasaran.

"La, temen lo? Kok wajahnya kayak gitu? Gue ambilin kotak obat, ya?" Belum sempat Gitta melangkah, Layla sudah lebih dulu mencengkeram lengan Gitta.

"Nggak usah. Kalo kesakitan pasti pulang sendiri."

---

Layla merapatkan lagi jaketnya. Suhu di dataran tinggi pada malam hari bisa mencapai sepuluh derajat. Dan api unggunnya tidak sampai di tempat Layla duduk. Alhasil, Layla harus menyempil di antara Hera dan Gitta.

"Habis ini kelas kita tampil. Lo udah siap, kan, La?" tanya Hera memecah suasana dingin yang menguap di sekitarnya.

"Harus siap dong. Cuma nyanyi terus selesai, 'kan? Itu gampang. Suara gue juga setara sama Taylor Swift. Nyanyi lagu Everything Has Changed lebih gampanglah."

Gitta dan Hera menyoraki Layla. Tingkat kepedean gadis itu melebihi Devan. Pantas saja kalau dua temannya ingin memanggang Layla di api unggun yang masih menyala.

"Gue masih bingung, nih, La. Kok elo bisa nelusupin gue buat ikut kemah ini?" Gitta sedikit berbisik saat mengucapkannya. Bukan hanya Gitta, Hera juga ingin tahu bagaimana caranya.

Layla tersenyum jahat. "Cukup gue aja yang tahu. Kalian jangan. Nggak baik anak kecil kepo."

Lagi, Hera dan Gitta menyoraki Layla. Memukul tubuh Layla walaupun itu sama sekali tidak berasa bagi Layla. Pukulan dari sabeum-nya lebih parah dari ini. Tak lama, Kevan datang untuk mengajak Layla segera ke panggung. Layla pamit ke temannya. Mungkin tidak bisa dikatakan pamit karena yang dilakukan Layla adalah menjulurkan lidah.

"Wuih, ada persembahan dari band XI IPA 2, nih. Si Kembar ikut juga loh. Yang satu jadi bassist, yang satu jadi gitaris. Cowok idaman banget mereka," kata gadis yang menjelma menjadi MC pada malam itu.

"Apalagi ada si Cantik Layla sebagai vokal. Nama band ini apa, La?"

"Breakable." Layla memandang dua temannya yang loncat-loncat di baris belakang. Nama itu yang mengusulkan adalah dua teman sejenisnya. Entah kenapa Layla juga suka.

"Kenapa mudah pecah?"

"Kita masih muda. Masih bisa dipecah-belah. Masih bisa dihasut buat musuhin teman kita sendiri karena kita masih labil. Dari situ dua curut kesayangan gue ngusulin nama Breakable."

Penonton bertepuk tangan. Kata-kata yang Layla susun tadi bersama teman-temannya tidak ada satu pun yang keluar. Layla hanya asal bicara. Yang penting menjawab pertanyaan, 'kan?

"Kita langsung dengar saja lagu-lagu dari Breakable. Semoga suara Layla sama pecahnya dengan nama band ini."

Kedua MC itu turun dari panggung. Kevan memberi aba-aba lalu musik dimulai. Mereka membawakan tiga lagu yang di-mashed up, antara lain Everything Has Changed, Akad, dan Photograph. Penonton menikmati suara lembut Layla yang sesekali ditimpali Devan. Perpaduan yang bagus di telinga.

"Ya ampun, suara Layla pecah banget. Apalagi waktu duet sama Devan. Berasa Taylor Swift sama Ed Sheeran beneran," kata MC perempuan ketika sampai di panggung.

"B aja," jawab Layla cuek.

"Wah, mulai sombong, nih, jawabannya." Penonton tertawa melihat tingkah MC itu. "Mau persembahin lagu lagi?"

"Engga--"

"Iya! Satu lagu lagi." Devan memotong perkataan Layla. Berharap semoga tubuhnya tidak babak belur setelah ini. "Gue mau nyanyi lagunya Anji, Dia."

Selepas Devan berkata seperti itu, suara petikan gitar terdengar. Bukan Devan yang memainkannya. Gitarnya sudah diletakkan sedari tadi. Kevanlah yang mengeluarkan suara dari gitar. Suasana kembali hening di malam yang dingin. Suara Devan mulai terdengar seiring petikan gitar Kevan.

Disuatu hari tanpa sengaja kita bertemu
Aku yang pernah terluka, kembali mengenal cinta
Hati ini kembali temukan senyum yang hilang
Semua itu kar'na ... Dia ...

Oh, Tuhan ...
Kucinta dia ...
Kusayang dia, rindu dia, inginkan dia
Utuhkanlah ...
Rasa cinta di hatiku, hanya padanya, untuk dia

Petikan gitar masih terdengar. Devan menarik nafas panjang. Bersiap mengeluarkan kata-kata yang sudah diajari oleh Kevan kemarin.

"La," kata Devan, "hari itu kita ketemu di toko. Hari berikutnya kita ketemu di sekolah. Sejak hari itu gue udah kagum sama lo. Rasa kagum ini berubah jadi suka dan rasa suka ini lama-lama jadi cinta. Waktu itu gue maksa lo buat jadi pacar gue kalo gue berhasil jadi ketua jurnalistik. Gue tahu elo pacaran sama gue karena terpaksa. Biar lebih afdol, gue mau nembak elo sekali lagi. La, mau nggak lo jadi pacar gue?"

Gadis-gadis seangkatan memasang wajah berseri. Siapa, sih, yang tidak mau ditembak dengan cara romantis seperti Devan? Dari baris belakang nun jauh, Hera dan Gitta berteriak agar Layla mau menerima Devan. Diikuti anak-anak lain yang bersorak. Layla menutup wajahnya dengan tangan. Dia malu. Seumur hidupnya, ini adalah perasaan malu yang paling membekas.

"Gimana, La?"

"Oke, deh. Mau."

Devan tersenyum lebar. Dia mengedarkan pandangan ke penonton laki-laki. "Untuk kalian cowok-cowok yang kurang beruntung, barangsiapa yang berani deketin Layla, siap-siap aja kena tonjok kembaran gue."

------

Ganti cover lagi. Oke, fine!

I'd LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang