24 Hari kami berada di Tirtanan.
Untuk sejenak, kami dapat bernapas lega, ketika tidak ada lagi penyerangan malam itu. Wah, padahal aku juga sudah bersiap siaga untuk menghadapi serangkaian kericuhan yang ditimbulkan oleh para Sekte sok narsis itu. Namun, Desa Tirtanan tidak mau hal ini terulang kembali. Juga, ada sebuah tanggungan untuk segera menemukan orang-orang yang diculik. Kami berharap mereka baik-baik saja selama penculikan berlangsung, tetapi aku tidak dapat memastikan keselamatan mereka. Maka orang-orang Desa Tirtanan memutuskan untuk mengangkat senjata mereka.
Bung! Ini adalah seruan perang dari para peradaban pedalaman! Maksudku, ketika orang-orang dikumpulkan untuk saling mengangkat senjata mereka, bergerak dalam garis pertahanan yang dibangun seadanya. Tidak banyak pejantan tangguh di desa ini, tetapi mereka tetap ikut andil dalam usaha mempertahankan tanah Tirtanan dari segerombolan begundal yang fanatik dengan pemimpin mereka. Aku yakin, Orang-Orang Bersarung adalah para petarung kawakan di tanah yang telah lampau ini. Sejarah menceritakan bagaimana mereka berkutat hidup di dataran buas tidak terkenal selama bertahun-tahun, lalu mendirikan sebuah peradaban kecil di daerah Tenggara Pulau Jawa.
Para pendatang dari Jepang itu telah berurusan dengan perang selama hidup mereka di zaman lampau. Aku rasa, ketika mereka dihadapkan pada sebuah pertempuran, mereka akan mengeluarkan taji mereka sebagai orang-orang yang hidup di tanah pertempuran. Orang-orang Eropa yang tidak mau kalah, memperkenalkan peradaban modern awal di tanah ini. Bedil-bedil yang mereka bawa—juga yang telah dimodifikasi—mengubah pengaturan pertempuran di daerah ini.
Aku tidak mau basa-basi mengenai hal ini, karena dalam sehari setelah penyerbuan kedua, kami benar-benar seperti dipaksa menjadi tentara konskripsi—alias wajib militer—di Tirtanan. Semua pria diharuskan memegang senjata untuk membela diri. Bahkan aku tidak yakin, apa para perempuan Tirtanan setangguh itu. Namun, aku dapat melihat sebuah cerminan kekuatan perempuan Orang-Orang Bersarung yang sudah biasa menyandang bedil.
Beberapa warga terpaksa mengungsi di Desa Tirtanan, atau menegakkan bivak-bivak darurat di tanah lapang yang telah disediakan oleh Suku Bersarung. Bila dapat digambarkan, Tirtanan terbagi dua oleh sebuah jalan besar. Wilayah Timur adalah tempat para pendatang asing—orang Belanda dan orang Jepang—bermukim. Wilayah barat adalah tempat para penduduk Tirtanan yang merupakan eksodus termuda berbahasa Jawa. Wilayah barat daya dihuni oleh orang-orang dari Suku Bersarung. Kami menegakkan pertahanan di sepanjang wilayah perkampungan orang Jepang dan Belanda. Kami menggunakan menara lonceng dari gereja Fransesco Ayala untuk dijadikan menara pengawas. Gerejanya sendiri dibuat tempat penyimpanan amunisi dan logistik.
Atas desakan para warga desa, Lisbeth dan komplotannya akhirnya bersedia membantu. Namun, mereka tidak akan ikut maju jika kami melakukan serangan balik. Lisbeth dan anak buahnya cukup bertugas mengamankan desa. Pun, mereka juga tidak berniat untuk ikut campur lebih jauh dengan Kah Raman. Lisbeth bersikeras untuk melindungi kepentingannya sendiri, mengingat ia adalah seorang ketua dari Mafia barang selinthutan yang terdampar di pantai. Ia akan dibayar satu kotak uang emas yang telah dijanjikan oleh Patih Cakra.
Koin emas, bung! Lisbeth terang menerimanya! Aura-aura liciknya untuk membuat kaya dirinya sudah terlintas dalam benak. Whuah, aku tidak tahu, berapa kiranya harga sebuah koin emas langka yang sudah diedarkan oleh sebuah kebudayaan kuno selama berabad-abad silam? Harga yang tidak main-main di pasar gelap dan Lisbeth akan untung besar dari hasil koin emas yang dijanjikan Patih Cakra.
Yah, mudah sekali menyogok para mafia itu, terutama dengan sesuatu yang berbau prestisius. Ah, jangan kira aku tidak tahu. Hal-hal seperti itu sudah lumrah terjadi di kalangan para pemilik sawah di tempat tinggalku. Mereka saling bertukar guci, cincin, batu giok, pedang katana zaman baheula, bahkan bisnis binatang tokek.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BACKWOODS LOST - ARCHIVED
Aventura[15+] Narendra Surbakti tidak menyangka, Kuliah Kerja Nyata yang dia ikuti dapat membuat perubahan drastis hidupnya dalam kurun waktu satu bulan. Terjebak di wilayah tanpa ada sinyal telepon dan listrik, membuat dia dan sembilan belas orang yang iku...